Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Money

Bank Syariah, "Islamic Banking" yang Tak Kenakan Bunga

20 September 2017   20:11 Diperbarui: 20 September 2017   20:11 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Bank Syariah. Bank jenis itu sudah ngetrend dan tumbuh subur di tanah air. Tercatat, Indonesia yang terdiri dari 250 juta jiwa, 85% nya beragama Islam. Wajar saja kalau masyarakat kita makin merindukan, mengenal, menerima, mendukung dan berpartisipasi sehingga berkontribusi besar dalam perkembangannya. Pesat!

Bagaimana dengan Jerman? Negeri tumpangan saya itu berpenduduk 80 juta jiwa. Sebagai bangsa yang saya rasakan, amat sangat terbuka, wajar kalau negeri yang timnas sepakbolanya super duper itu, multi-kulti. Campuran orang dari berbagai latar belakang, termasuk budaya dan ... agama? Ada, semua ada dan mungkin untuk selalu bercampur-baur.

Selain agama Katholik, agama Islam tumbuh bak jamur di musim hujan di negara yang sedang mempersiapkan pemilu 24 September 2017 itu. Mengapa subur? Ingat, Jerman terkenal dengan industri mobil Mercedes Benz adalah pengimpor tenaga kerja dari Turki. Leiharbeit. Sampai hari ini, keturunan mereka masih ada di Jerman, bahkan jumlahnya membengkak dari tahun ke tahun. Hasilnya, dari 4,5 juta orang muslim yang ada di Jerman, 250.000 jiwa di antaranya tinggal di kota sebesar Berlin. Sisanya, menyebar di kota-kota besar dan kecil lainnya.

Nantinya, para pengungsi dari Suriah, Afrika dan negara-negara Islam lainnya, bisa jadi  menambahi jumlah angka penduduk Jerman yang beragama Islam di masa mendatang. Tentu saja setelah permohonan asyl mereka diterima negara.

Maka dari itu, tak salah jika bank seperti bank syariah mulai mendengarkan permintaan pasar. Menampung aspirasi masyarakat Islam yang ingin mengatur keuangannya berdasarkan ajaran Al-Quran, kitab suci umat Islam.

Jerman Membuka Diri Pada Bank Syariah

Ada sebuah bank Islam sudah berdiri di Frankfurt, Jerman sejak tahun 2015. Namanya KT (Kuveyt Trk) Bank AG. Cabangnya sudah ada di Mannheim dan Berlin. Pengaruh besar bank di Kuwait (Kuwait Finance House), sepertinya mendorong kekuatan KT Bank.

Bank syariah yang berazaskan Islam itu mempromosikan banknya sebagai bank khusus yang antara lain; dapat dipercaya, transparan, tidak riba (tidak mendapat bunga ketika meminjam atau meminjamkan uang), investasi bisnis yang sesuai dengan azas keislaman (tidak berhubungan dengan alkohol, daging babi, lotere, prostitusi, pornografi dan rokok), dan tidak ada spekulasi tinggi.

Prinsip menghindari riba ini, menggiurkan, menimbulkan rasa nyaman dan mantab karena nasabah tidak harus dipotong uangnya  ketika menyimpan uangnya di bank, atau tak dikenai bunga ketika meminjam uang. Dan lagi, bukankah kaum Islam diajari bahwa riba itu haram? Mengambil bunga atau mendapat bunga sangat dilarang.

Keingintahuan saya yang lain, bagaimana dengan bisnis yang mengandung babi? Di Jerman tidak ada lembaga seperti MUI, yang memeriksa semua produk dan ditandai halal, setelah lolos proses. Tidak ada. Hanya segelintir toko Turki yang melabeli barangnya dan itu tidak cukup.

Sedangkan keuntungan yang bisa diperoleh, sama seperti bank syariah di tanah air. Itu dari SHU atau  pembagian hasil usaha yang dilakukan.

Pertanyaan berikutnya, apakah dengan demikian, bank hanya untuk warga muslim dan tertutup untuk orang Jerman sendiri? Dalam video di youtube yang ditayangkan oleh KT Bank,  kepala cabang KT Bank di Mannheim, Ali Oezyurek mengatakan "...KT Bank ist offen fr alle Kunden, Muslim oder nicht Muslim. Unsere Filliale Mitarbeitern die sprechen auch dann Englisch, Trkish, Arabisch und auch natrlich Deutsch."

Artinya, Herr Oezyurek menekankan bahwa KT Bank yang merupakan bank Islam tetap membuka kesempatan bagi pemeluk kristiani bahkan yahudi untuk berinvestasi atau bergabung. Demi mendukungnya, para pegawai fasih berbahasa Inggris, Turki, Arab dan bahasa lokal, Jerman.

Pemikiran yang ideal dan bagus. Menurut pengamatan saya, banyak generasi tua Turki yang sudah puluhan tahun berada di Jerman tapi sayangnya, belum mulai berbahasa Jerman. Mengingat kemampuan bahasa itu penting dalam berkomunikasi, staff dianggap akan mampu membantu mereka sesuai harapan.

Satu catatan penting bagi saya bahwa KT bank itu memiliki ruang ibadah bagi yang ingin menjalankan sholat. Ruang sholat yang teramat mudah saya temukan di Indonesia, yakni ketika berada di sebuah kantor, perpustakaan, bank, sekolah atau universitas. Setidaknya ruang itu disediakan khusus untuk pegawainya agar tidak terlambat menjalankan ibadah serta tidak meninggalkan pekerjaan terlalu lama karena tempat ibadahnya dekat.

Tempat seperti itu, belum pernah saya temukan di Jerman. Kalaupun ada tempat ibadah di bandara, itu pun untuk bersama-sama, bukan khusus untuk sholat umat Islam. Saya salut atas ide pemberian ruang sholat di semua filial KT Bank Jerman.

Apa Tanggapan Masyarakat Terhadap Bank Syariah di Jerman?

Kasim Kolakoglu, seorang nasabah dari Turki berkomentar bahwa menjadi nasabah KT Bank adalah pilihannya karena tidak mau memilih bank yang memiliki spekulasi keuangan tinggi.

Kaan Oezturk, seorang pemilik butik perhiasan di Mannheim memandang kehadiran KT Bank  luar biasa. Bahwasannya bank tidak ada hubungannya dengan bisnis industri senjata dan lebih dinamis.

Rachid Boutachdat, pria dari Maroko yang tinggal lama di Jerman memilih menggunakan bank Sariah di Jerman untuk membeli rumah. Sebenarnya, ia tidak mempermasalahkan ketika ada bank lain yang tidak menawarkan hal yang diinginkannya tetapi pilihannya untuk menjadi nasabah bank yang sesuai moral dan etika adalah paling penting. Prinsip bank sariah yang tidak mengenakan bunga bank saat mengkredit rumah, menjadi keuntungan baginya.

Meski hanya segelintir contoh pendapat masyarakat Jerman yang ditayangkan dalam dokumentasi, jelas sekali terlihat bahwa rupanya KT Bank dikenal masyarakat dan memiliki manfaat bagi nasabahnya.

Beberapa generasi Turki sudah beradaptasi dengan segala nilai dan norma kehidupan di Jerman. Mereka itu sudah terbiasa untuk memanfaatkan jasa bank konvensional Jerman. Apakah mereka akan berpaling pada bank yang seharusnya sudah sejak dulu mereka temui ketika pertama kali menginjakkan kaki di Jerman? Belum tentu.

Beberapa tetangga kampung saya, yang asli dari Turki dan keturunannya mengaku senang dengan adanya bank dari negeri asalnya berhasil masuk ke Jerman, negeri tumpangan. Meskipun demikian, itu tidak serta merta membuat mereka segera tergopoh-gopoh untuk jadi nasabah KT Bank karena sudah terbiasa dengan managemen bank konvensional Jerman langganan sejak puluhan tahun yang lalu.

Saya sendiri menanggapinya separoh, antara optimis dan pesimis. Apakah bank syariah bertahan hidup di Jerman dan mampu bersaing dengan bank konvensional yang banyak digunakan masyarakat (yang mayoritas penduduknya Katolik roma) secara turun-temurun? Waktu yang akan membuktikannya.

Peluang Bank Syariah Indonesia

Menurut catatan KBRI Berlin, ada setidaknya 13.617 warga negara Indonesia yang tinggal di Jerman. Dari jumlah tersebut, 22% di antaranya pelajar dan mahasiswa. Itu berarti lebih dari 3000 orang Indonesia yang punya kualitas pendidikan tinggi dan memiliki peluang bekerja atau membuka bisnis di sana. Total WNI di Jerman itu bahkan dikatakan bisa lebih dari statistik karena ternyata ada juga WNI yang sudah berganti menjadi warga negara Jerman atau warga Eropa lainnya.

Nah, mengingat banyaknya angka yang tersebut di atas, adakah  peluang besar bagi bank syariah Indonesia untuk  menanamkan investasinya di Jerman?

Berandai-andai nasabah dari Indonesia mendapatkan banyak manfaat dari keberadaan bank syariah di Jerman. Contohnya, peminjaman uang tanpa bunga untuk membangun atau membeli rumah, berbisnis dan seterusnya. Mengapa tidak? (G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun