Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pengalaman Pertama Kali "Snorkeling" di Flores

11 September 2017   16:35 Diperbarui: 12 September 2017   16:26 2325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bukalah sepatu, tanpa alas kaki lebih mudah," kata pemandu. Betul, teman-teman. Rupanya justru lebih mudah mencengkeram tanah kering dan bebatuan yang ada.

Aduuuhh, jauh sampai puncak. Eh, nggak boleh patah semangat mendaki dan tetap hati-hati.

Begitu sampai atas, wow! Amboi, indahnya! Seperti surga dunia. Segera jeprat-jepret dan bergaya bersama keluarga. Anak-anak yang tadinya rewel selama perjalanan dari bawah ke atas, mulai ceria. Hahaha. Panas terik matahari tak terasa, padahal kulit sudah mulai gelap juga.

Setelah itu, kami turun dan berkeliling pantai, mengenal medan. Tampak para wisatawan lokal dan asing wara-wiri menikmati pasir putih, mencari kerang dan berenang.

Awak kapal (dok.Gana)
Awak kapal (dok.Gana)
Berlabuh di pulau Kelor (dok.Gana)
Berlabuh di pulau Kelor (dok.Gana)
Kopi dan teh selama perjalanan (dok.Gana)
Kopi dan teh selama perjalanan (dok.Gana)
Menu makan siang (dok.Gana)
Menu makan siang (dok.Gana)
Belajar Snorkeling

Sampai tiba sesi snorkeling. Diengggggg. Saya masih takut, saudara-saudara. No. Geleng kepala, saya nggak mau ikut. Keukeuhhh.

Seumur-umur belum pernah snorkeling, meski ada pemandu, tetaaap saja takut, ah. Coba deh. Ketika suami ngajarin, nggak bisa-bisa, tuh. Ditarik ke air eee ... jejeritan dan melarikan diri ke kapal. Dasar ibuk-ibuuuk.

Nggak heran, anak-anak dan bapaknya nyerah, masuk air lagi dan asyik snorkeling. Sepi, sunyi, senyap, sendiri, dahhh.

Sampai di sebuah titik, saya ngiler. Pulau terakhir (Kelor) itu, rupanya mampu menarik hati saya untuk ikutan snorkeling. Yaealah, dari kemarin-kemarinnya takut banget dan nggak yakin bisa. Kemudian, Entah kenapa, ada kekuatan yang muncul dari diri. Mungkin begitu lihat jernihnya air yang bisa bikin mata menembus pemandangan karang. Barangkali karena pemikiran mumpung di Flores, kalau nggak sekarang, kapan lagi? Dari Jerman jauuuhhhh.

Segera saya pasang alat-alat, mulai dari masker dan snorkel berbentuk J, pelampung dan kaki katak atau sirip selam.

Masker dan snorkel J (dok.Gana)
Masker dan snorkel J (dok.Gana)
Sepatu katak beragam ukuran (dok.Gana)
Sepatu katak beragam ukuran (dok.Gana)
Ukuran 37 (dok.Gana)
Ukuran 37 (dok.Gana)
Mengapa pakai pelampung? Pertama karena saya sendirian. Snorkeling biasanya dilakukan bersama-sama, jika ada apa-apa, biar gampang menyelamatkan diri. Kedua, meskipun bisa berenang tapi kalau saya panik, biasanya lupa daratan. Saved by the vest. Buat pelindung diri. Ketiga, biar tambah PD, badannya kan membusung gede. Hahaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun