Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

10 Hal yang Harus Dilakukan saat Bertemu Atasan Suami Anda

22 Mei 2017   16:57 Diperbarui: 23 Mei 2017   12:29 1813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ups, sudah Minggu. Habis ditanggap pada malam Indonesia di Heidelberg yang dua jam dari rumah, pengennya istirahat. Apalagi, Senin adalah hari pertama untuk beraktivitas. Harus fit!

Rupanya, keinginan itu bertepuk sebelah tangan ketika suami mengajak saya untuk menemaninya makan malam bersama big bos yang datang dua jam setelah kami tiba di rumah.

“Aku sudah menemanimu di malam Indonesia, sekarang gantian kamu temenin aku makan malam sama bos.“

“Nanti ngomong apa sama pak bos? Bingung, nggak ngerti, aaaaah! Di rumah aja, ya?“ Mata saya jadi kayak Garfield, berkedip-kedip. Wis ngantuk.

“Ich kenne dich ... komm schon“

Suami yang bikin saya pusing karena kadang nggak paham gayanya itu bilang bahwa ia mengenal istrinya. Mosok, pak?

Ia memeluk badan saya erat-erat dan mencium beberapa kali. Seperti biasanya, memang suami saya punya cara sendiri untuk membuat saya meluluskan permintaannya. Kami jadi berangkat, setelah yakin anak-anak sudah siap masuk kamar tidur.

Tak berapa lama, kami jemput bos di hotel. Begitu turun dari mobil, kami langsung menuju lobi di mana beliau berada.

OMG! The big boss was there. What did I do?

1. Berdandan rapi

Saya suka dandan. Baju yang saya pakai sederhana dan menunjukkan sisi kewanitaan tapi nggak vulgar but fantastic! Warna-warna terlalu girly yang biasa saya pakai dan genjreng, saya simpen.

Dulu waktu di Indonesia saya biasa pakai sepatu hak tinggi, eee ... begitu di Jerman berubah dengan sepatu ket atau boots terus. Hari itu, saya pikir istimewa jadi pakai baju lady cut, stocking dan sepatu hak tinggi lah. Agak menyiksa karena saya jadi kayak flamingo yang jalan kaki di rawa-rawa. Udah nggak kebiasa lagiiii.

Untuk make-up, saya pakai bedak, eyeshadow, alis, mascara dan lipstik yang disapu tipis-tipis. Selain lebih cepat, juga nggak terlalu heboh seperti kalau menari di panggung.

Saya memang nggak cantik-cantik amat (uhukk) tapi setidaknya wajah saya jadi asyik dipandang karena segar. Istri tameng suami, betul? Boleh malu-malu tapi jangan malu-maluin.

Endingnya, sebagai kolektor asesoris warna-warni, saya pilih kalung dan anting emas untuk dipakai makan malam itu. Modelnya sederhana dan saya kira emas, pas di mana dan kapan saja.

Dandan selesai dan taraaa ... suami bilang, “Wah, kamu cantik, buuuuu.“ Halah, wis ndang mangkat.

2. Diskusi dengan suami

Di dalam mobil, saya tanyakan isu-isu terbaru big boss yang biasa suami share. Biar nggak kudet, kannn?

Saya tanyakan juga, kalau dijemput, bos minta duduk di mana di dalam mobil? Ternyata big boss suka duduk di belakang. Barangkali karena lebih luas dan duduk di depan bisa sport jantung karena suami saya kalau nyetir kayak Michael Schumacher. Jadi ingat, kalau ibu dubes RI di Hongaria sampai kaget dan memotret speedometer dalam perjalanan Swiss-Jerman. Bukan naik mobil tapi terbaaaaang.
 Lho, lho, mengapa saya tanyakan tempat duduk? Karena saya diajari orang tua bahwa yang duduk depan adalah orang yang dihormati dan harus diutamakan untuk ditawari dulu.

3. Menyapa dengan ramah

Orang Indonesia terkenal ramah, kan. Soal ini pasti gampang untuk dilakukan, tinggal menarik senyum saja. Sayangnya, nggak semua orang bisa menjabat tangan dengan yakin dan menatap mata yang dijabat tangannya. Kontak tangan ini penting untuk meyakinkan kedua belah pihak. Ada kan orang yang jabatan tangannya kayak lelembut saking lembutnya, nggak terasa. Tadi udah salaman belum, ya? Belum dibalang.

Sembari mengguncangkan tangan saat menjabat, saya ucapkan selamat malam dan menyatakan bahwa saya senang bertemu dengannya. Begitu pula kepada kemenakannya yang kali itu ikut business trip.

4. Menyanjung

Weh. Siapa sih, yang nggak seneng disanjung? Anak kecil saja suka, apalagi orang dewasa?

Segera saya katakan bahwa bos suami saya itu terlihat top, sehat dan fit. Big boss memang punya masalah kesehatan dan harus dirawat di Jerman setahun sekali. Hari itu, meski tanpa jas, beliau tampak ganteng dan segar. Hidungnya yang bangir, kembang-kempis.

Ini beda dengan flirting, lho!

5. Membukakan pintu mobil

Karena sudah siap untuk berangkat ke restoran, kami segera menuju mobil yang sudah ada di depan pintu hotel. Saya bukakan pintu untuk beliau di bagian belakang. Apa yang big boss lakukan? Beliau membukakan pintu depan dan mengatakan “Lady first.“ Meski nggak nyangka beliau akan begitu, saya cepat-cepat mengucapkan terima kasih dan tertawa kecil. Hal itu terjadi lagi setiba di restoran!

Selama jalan kaki dari mobil ke hotel atau dari mobil ke restoran, saya selalu gandengan tangan/lengan dengan suami. Itu salah satu petunjuk bagi si bos bahwa anak buahnya punya kehidupan yang mapan dan harmonis. Bukankah itu mempengaruhi kualitas kerja seseorang?

6. Menanyakan kabar anak-anak dan istri

Begitu duduk dan memesan minuman dan makanan, kami ngobrol. Suasana di detik-detik pertama hening, sampai saya memulai menanyakan kepada kemenakan si bos yang diajak. Pria seumuran adik saya itu terlihat makin langsing berkat program diet makanan (hanya makan ikan, salat dan buah) dan berolahraga (fitness) yang teratur. Saya tanya apa pendapat istrinya tentang perubahan fisik suaminya. “She’s very happy!“ Dan kami pun tertawa bahagia.

Pertanyaan tentang anak-anak dan suami juga saya layangkan kepada big boss.

“I feel happy and unhappy that my daughters have already grown up. Happy because they’re already independent but unhappy as we manytimes felt lonely without them. We watched TV together, I am in the left chair and my wife in the right chair but both have Smartphones. Few years ago, they were most of the times around us in the livingroom.“

Namanya anak, waktu kecilnya rame ... begitu sudah pada besar dan mandiri rumah/dunia jadi sepi, sunyi, senyap, sendiri. Makanya, enjoy times with family as much as we can. I love my family.

Banyak makan ikan biar sehat (dok.Gana)
Banyak makan ikan biar sehat (dok.Gana)
7. Menanyakan makanan

Saya komentar tentang fillet yang saya makan, lembut nggak bikin gigi sakit mengunyah. Harganya, jangan tanya.

Si boss yang makan ikan pakai demonstrasi pembukaan ikan agar durinya pada ilang di meja kecil oleh waitress, terpesona. Menurut saya, itu menu yang cocok untuk dipilih beliau. Nggak cuma karena enak dan sehat tapi juga menarik untuk dilihat.

Sampai di depan mata boss, apa yang ada di piring difotonya “I want to make my wife in London jealous about what I’m eating now. It’s nice and I believe so delicious.“

Nggak hanya didokumentasikan, segera beliau menulis status dan mengunggah foto di FB serta menanyakan nama saya. Selain suami dan kemenakannya, rupanya nama saya perlu untuk ditag. Sinyal yang bagus, berarti kehadiran saya diakui.

Meski nggak pernah ikut kursus table manner, saya harus tahu bahwa nggak boleh sendawa, piring dan alat makan nggak boleh beradu kenceng, cara minum yang nggak kayak orang kehausan, sering menggunakan kata “tolong“ dan “terima kasih“ serta sikap duduk yang baik dan wajah manis.

8. Mengikuti topik diskusi ringan

Bisnis big boss adalah alat kedokteran. Jangankan tentang alat-alat kedokteran, lihat jarum suntik saja sudah ngilu. Betapa tidak, lihat endoskopi yang biasa dimasukin ke dalam tubuh jadi bayangin kalau itu di tubuh sendiri. Lihat gunting bedah, sudah lemes bayangin kalau yang digunting tubuh sendiri. Kayak gitu, dehhhh.

Jadinya sebenarnya, topik tentang itu saya nggak begitu suka tapi tahu sedikit-sedikit karena hampir tiap hari suka bantuin suami untuk menyortir dan mengepak, sebelum dikirim ke seluruh dunia.

Nah, topik utama yang diambil hari itu adalah tentang pisau. Yang selain mengutamakan segi manfaat juga keindahan, pakai bordir. Topik lain tentang apa yang dilakukan anak-anak si bos dan kemenakan.

Apa yang harus diperhatikan dalam obrolan ringan dengan boss?

-Sebaiknya hindari topik tentang agama dan hal-hal yang terlalu pribadi. Topik offensive seperti itu, saya yakin bisa menimbulkan rasa tidak nyaman banyak pihak.

-Jaga intonasi dan volume suara.

-Jangan sok tahu.

-Jaga diri.

9. Mengucapkan terima kasih

Makanan ludes. Kami bersiap-siap pulang. Para tamu sudah lelah dari perjalanan dan kami harus ngecek anak-anak di rumah.

Bos mengeluarkan kartu kredit. Kata beliau dengan kartu kredit kita jadi boros karena nggak ngerti pengeluaran. Makanya, beliau menggunakan apps laporan penggunaan kartu langsung ke HP. Apa yang terjadi? Suami dan anak-anak mengeluh karena merasa dimata-matai. Bagaimana dengan penggunaan kartu kredit Anda?

Karena bos membayar makan malam kami, saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga. Hari itu saya nggak usah masak, kecuali untuk anak-anak saja tadi sebentar aka kilat.

10. Mendoakan yang baik-baik

Bos sudah kami antar ke hotel. Sebelum meninggalkan gedung, saya jabat tangan beliau erat-erat sembari menatap mata dan mengatakan:

-Nice to meet you

-Was a great dinner

-enjoy your short business trip

-take care of your health, we need you.

-greetings to your family.

***

Waduhhh, sudah tiga lembar! Baiklah, setiap orang punya pengalaman dalam hidup yang berbeda. Semoga kisah saya saat makan malam bersama big boss tetap bermanfaat, selamat siang. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun