Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Karena Kemendikbud, Orang Hongaria Lestarikan Budaya Indonesia

18 April 2017   21:36 Diperbarui: 18 April 2017   22:06 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Niyogo Suryokencono dan ibu dubes (dok.KBRI)

Niki belajar dari ISI Solo (dok.Niki)
Niki belajar dari ISI Solo (dok.Niki)
Menari tarian tradisional

Lain lagi cerita dari Niki. Salah satu perempuan yang menari bersama saya di sanggar itu, pernah jadi darmasiswa di ISI Solo. Mengapa Solo? Karena itu rekomendasi teman-temannya. Kedua, karena ia ingin bisa menari bedhaya. Execuse me, bedhaya? Itu kan susah dan luamaaaaa. Saya saja belum pernahhh. Dia beruntung bisa belajar di keraton Jogja dan Solo. Amazing! Ketiga, sebab itu satu-satunya pos yang lowong waktu ia lamar.

Dalam wall facebooknya, Niki pamer waktu ia menari gambyong di kota Pecs. Kegiatan KBRI Budapest itu ia ikuti dengan senang hati. Ya, ampuuuun. Ia sempat panik dengan sasak dan gelung rambut. Takut nggak rapi saja karena harus ngerjain sendiri. Untung saja, di Solo sudah ada orang yang ngajarin dia pakai dhodhot,kain dengan motif bintik-bintik demi menutupi dada dan khusus kain batik (jarikan) dia belajar sendiri. Ihhh ... jan ayu tenan kowe, ndhuk.

Nah, gara-gara lama di kos bule (karena hanya dihuni 8 bule cewek darmasiswa) Solo, cewek cantik itu jadi suka gudheg dan gado-gado. Eh, iya ... gorengan dia juga suka lho meskipun orang Eropa itu ya, paling nggak senang sama yang berminyak-minyak. Marahi watuk dan kolesterol. Uhukkk.

buku darma siswa
buku darma siswa
Menulis dongeng Indonesia

Dalam obrolan kami, Niki cerita ada teman eks darmasiswa juga yang menulis dongeng Indonesia dalam bahasa Hongaria. Waaah, seneng dong secara saya suka nulis buku juga. Kenaliiiinnn.

Adalah Kiss Martha dan Tari Eszter. Dua nama yang disebut Niki sebagai pecinta Indonesia.

Dongeng “A sziklavirag“ yang dalam bahasa kita artinya “monyet hitam.“ Kiss bercerita tentang 7 bidadari. Kalau saya kira-kira, lebih mirip kisah dewi Nawang Wulan yang selendangnya dicolong sama Joko Tarub terus diperistri itu.

Satu lagi, eks darmasiswa Universitas Sebelas Maret (1998-1999) dan STSI Solo bernama Tari Eszter. Nggak jelas buku mana yang Niki maksud sudah ditulis Tari tapi yang pokok, Tari sudah banyak mengadakan pameran yang memunculkan keindonesiaan! Huuuh, informasi tentangnya susah saya dapat karena semua pakai bahasa Hungaria yang susahnya melebihi susahnya bahasa Jerman. Mana banyak cecek-cerek nya kayak huruf hanacaraka. Tertulis di Wikipedia bahwa tahun 2007 ada event “Kekuatan Warna“ di Surakarta dan “Dimensi Warna“ tahun 2010 yang dilakukan Tari. Luar biasa.

Jadi dalang wayang kulit

Satu lagi yang ngingetin saya sama bapak yang pernah mayang waktu mudanya. Dus Pollet! Dia adalah creative producer dari DDK production. Mantan darmasiswa ISI Solo tahun 1998 itu mampu berbahasa Indonesia, Inggris dan Jerman, selain bahasa ibunya, Magyar. Penerima certificate of merit dari KBRI Budapest itu beberapa kali bergabung dalam tim kesenian KBRI untuk promosi budaya. Iya, dia jadi dalang wayang kulit. "Trotok-trotok, genjrenggg. Bumi gonjang-ganjing langit kelap-kelip ... oooooo."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun