Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Horor dan Misteri] “Ada Apa, Cu?“

30 September 2016   22:32 Diperbarui: 1 Oktober 2016   00:58 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

fastnet-57ee89766023bdd2238987df.jpg
fastnet-57ee89766023bdd2238987df.jpg
“Sini, dik, tak pijitin.“ Pacarku merayu. Minggu lalu, ia lupa wakuncar. Iya. Waktu kunjung pacar yang hanya ada seminggu sekali pada hari Sabtu. Huuuuh, kesal. Sungguh aku kesal. Meski hari ini hari Sabtu dan pacar datang padaku, tetap saja kecewa yang lalu belum juga layu.

“Ya, udah... yang lama ya!“ Ketus aku mengulurkan kedua tanganku yang halus. Sehalus porselen-porselen toko yang sering kulewati setiap pagi. Maklum, rajin ke salon, mumpung Jason yang suka pinjamin kartu.

Sembari memijit tangan dan pundakku, ia bercerita tentang apa yang dilakukannya minggu lalu.

“Minggu lalu aku nggak apel ke tempatmu, dik, karena ....“

“Sama pacar baru, ya!?“ Badanku berbalik, mataku melotot. Kupangkas kisahnya.

“Sebentar, Lavinia, aku mau cerita dulu.... begini, bos tiba-tiba memintaku lembur. Saking lelahnya, aku ketiduran di meja. Nggak tahunya, aku udah pindah di tempat tidur yang indah dengan tirai putih. Ketika kusibak tirai, aku lihat seorang perempuan berambut panjang berdiri di depan pintu kamar. Karena tak jelas, kudekati dia. Ya, ampun! Ia tak bermuka, Lavi! Untung perempuan itu tiba-tiba menghilang, bersamaan dengan tangan pak satpam yang memegang pundak untuk membangunkanku. Dia mau kunci pintu kantor .....“ Pandangan pacarku, kosong. Tangannya berhenti memijat. Mukanya tampak sedikit pucat. Katanya, mimpinya memang benar-benar menyeramkan. Aku membalikkan badanku lagi padanya, yang bersandar di sofa.

“Ahhhh, alasaaaannn. Bilang saja kamu ada pacar baru, makanya Sabtu kemarin kamu nggak apel. Dasar tukang kembang, kamu! Nggak usah pakai nakut-nakutin segala, deh. Aku nggak takut sama jin, setan, tuyul, pocong atau apa, tau.“

Aduh, aku galak banget ya? Jason tidak marah. Biasa, pacarku itu memang paling sabar sedunia, menghadapi aku yang cepat kebakaran jenggot. Hanya saja aku heran, pelan-pelan kuamati, mukanya yang putih kian memucat. Sepertinya, ia trauma dengan kejadian minggu lalu itu dan ingin meyakinkanku bahwa ceritanya tadi, sungguhan. Hanya saja, aku tak tanggapi. Aku masih ngambek dan tak peduli! Huh!

***

Hari Sabtu lagi.

Jam delapan malam. Errrrrrrrrrr, sebel bombay ... dia nggak juga datang. Alamat bolos apel lagi?! Kutunggu semenit, sejam .... Huuuuhhh ... sudah tak sabar hati ini. Segera kupencet nomor apartemen Jason. Ah, tidak ada yang mengangkat. HP juga mailbox. Malas tinggalkan pesan. Ke mana dia, ya? Barangkali lembur lagi hari ini seperti minggu lalu? Kugaruk kepalaku yang tidak berkutu, mencoba mengingat-ingat nama kantor dan alamat tempat Jason 5 tahun ini bekerja. Kucari di internet. Ketemu! Segera kueja satu-persatu nomornya dan memilih di keypad telepon genggam yang berselimut kulit kanguru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun