Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Minyak Angin

22 Mei 2016   05:12 Diperbarui: 22 Mei 2016   08:06 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sepandai-pandainya tupai melompat akan jatuh juga. Di hari terakhir, aku bener-bener KO. Badanku demam, menggigil, mual, rasanya mau muntah. OMG! Kayaknya, aku masuk angin...

"Can you do a favor for me?" Kudekati teman sekamarku bernama Willy. Meminta bantuannya.

"What can I do for you, Andy?" Cowok berbadan six packs bukan six bags itu memang perhatian padaku. Sebenarnya, ia sekamar dengan peserta dari Amerika tapi ia minta tukar panitia untuk sekamar denganku, mulai hari kedua. Semoga dia bukan homo.

Kuajari dia cara mengerok kulit bagian punggung. Ia ketakutan.

"Noo... It seems hurting you, Andy .. I can't do that. Sorry. I'm afraid someone will report me for doing that." Willy menolak permintaanku. Aku mengerti bahwa kerok belum dianggap menyembuhkan oleh orang bule macam Willy. Belum ada pemikiran hubungan antara kerok dengan kembali sehat. Ini masih dianggap sebagai penyiksaan.

"Pitty. I don't want to take any medicine. I just need you to do this massage and I will be better" aku meringis, menahan sakit yang sudah tak tertahan. Aku memang keras kepala, paling anti minum obat. Padahal sudah ada aspirin yang diberikan Willy sejak kemarin. Tak kusentuh. Mataku mulai berkaca-kaca. Aku ingat emak. Menyesali apa yang terjadi, apa yang kuputuskan. Andai minyak angin emak kubawa, paling tidak sedikit meringankan sakitku. "Ohhhh, emakkk ... Aku kangen minyak anginmu." Gumamku.

"Excuse me ...what did you say?" Willy yang sudah berbaring di dipan seberangku, meletakkan novel di tangannya yang kekar.

"Minyak angiiiinnn ..." Aku mengerang.

"Sorry?"

"Minyak angin"

"Minjak anggin?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun