Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gebrak Jerman dalam Semalam dengan Enam Tarian Indonesia

19 Januari 2016   21:12 Diperbarui: 19 Januari 2016   21:23 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini kan tarian pertama yang saya pelajari waktu TK. Nggak salah kalau pada hari itu, Sabtu, 9 Januari 2016, saya ajak anak-anak para tamu untuk menari. Pelajaran pertama. Orang-orang tersenyum memandangi kami. Yaaaa ... lucu. Mahkota kelinci saya pasang satu-satu di kepala mungil itu. Hiyaaaa ... melompat. Tarian kedua kelar. Tamu-tamu minum jamu “Willy“. Xixixi .... semua on-on. Aww, people!

3. Tari Abyor – Jawa Tengah

Sebelum tari itu, ada sebuah puisi berbahasa Inggris yang dibawakan oleh murid-murid kursus saya di Volkshochscule Tuttlingen. Wadu-duuuhhh senangnya, mereka pinter-pinter. Bikin puisi berbahasa Inggris sendiri, latihan sendiri lalu memamerkannya di depan tamu. Terkesima! They wish me “...Indonesian flights every year, have a good luck, do many  shopping tours and you’re the best English teacher“.

Disusul prakata dari klub olahraga, teman-teman saya. Mereka menyanyikan lagu “Viel Glück und viel Sägen“ (sukses selalu dan Tuhan memberkati) sebagai ucapan ulang tahun saya (yang sebenarnya, jatuh seminggu sebelum acara).

Giliran saya menari. Tari abyor saya pelajari waktu SMA. Diajari sama PPL. Biar tidak repot, pakaian tidak saya ganti. Tetap pakai kebaya biru, sarung merah muda dan selendang biru. Repot kali, ya kalau gantiiii ....

Sekarang, sepertinya terasa capek kalau menari harus jatuh bangun, maksudnya ada gerakan berdiri lalu duduk, kemudian berdiri lagi ... walahhhhhh, keringatan meski winter. Setelahnya, mau toklek... serasa copot tulangnya. Hahahaha.

4. Tari Roro Ngigel – Jawa Tengah.

Prakata dari mantan bos saya di bimbel Treff Punk Lernen di Trossingen berlalu. Ia memang sudah pensiun. Tambahan komentar dari sekretarisnya membuat dada saya mengembang.

Nari. Iya, saya segera menari daripada kegedean kepala. Tari Roro Ngigel. Masih dengan kostum yang sama (biru), hanya tarian dan musiknya yang diganti. Jasa para guru tari PPL yang mengajarkan saya tari waktu SMP, sungguh terasa waktu itu. Terima kasih, guru. Tanpa mereka, tarian ini tak pernah saya punya. Tarian itu tak kan bernyawa.

Lima menit kemudian, Helena Heidemann yang akhirnya dijuluki tamu Jerman sebagai “Tina Turner“ itu membawakan lagu-lagu daerah bersama Neneng, Yohanna dan Novita. Lagunya: “Waktu hujan sore-sore“, “Injit-injit semut“, “Ayo, mama“, “Ini rindu“, “Ampar-ampar pisang“. Kita bahas kapan-kapan ....

5. Tari Manokrawa – Bali

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun