Eyang putri saya pernah memberi nasehat, “Kalau punya uang banyak, belikan saja emas. Harganya akan terus naik dan bisa dikenakan untuk berhias.“
Bapak dan ibu saya lain lagi, mereka lebih menyukai memendamnya di dalam tanah. Maksudnya bukan membuat lubang lalu menanam uang di dalamnya lho, ya tapi memang membeli beberapa tanah atau rumah dan menjualnya dalam jangka waktu lama ketika harganya naik. Lalu beli lagi dan jual lagi. Begitu-begitu terus. Hasilnya? Lumayan banyak untuk pendapatan pensiunan PNS.
Hal serupa pernah dilakukan kompasianer Eberle waktu kerusuhan di Jakarta tempo dulu. Ia menyimpan emas di bank. Bahkan sampai hari ini. Coba, hari gini harga emas sudah berapa? Nggak kuat beliiii saya ....
Oh, ya. Selain simpan emas, cara bapak ibu saya dengan membeli properti, juga diterapkan oleh kompasianer Eberle.
Beberapa orang Jerman menyimpan uangnya di Tresor, brankas besi yang bisa ditanam di dinding atau sekedar diletakkan di tempat tersembunyi. Alasan mereka, selain aman, bunga di bank kecil dan kalau butuh apa-apa lebih cepat.
Kami (suami dan saya) bukan pengikut eyang putri, bapak ibu, kompasianer Eberle dan orang dengan brankas. Kami hanya menyimpan uang (yang tidak sebanyak mereka) di beberapa bank dan memanfaatkannya untuk modal usaha. Muter duitnya.
Hmmm... Simpan uang di bank? Kalau zaman dulu orang suka menyimpan uangnya dalam bentuk emas atau tanah, sekarang apakah masih ada alasan orang untuk takut menyimpan uangnya di bank? Bahkan ketika bank tersebut berada di luar negeri jauh dari tempat tinggal atau ketika nasabah sedang berada di luar negeri atau dalam perjalanan ke luar negeri.
Jujur, selain online banking bank Jerman, kompasianer Eberle dan saya (baru-baru ini) masih menikmati jasa online banking Indonesia dan merasakan manfaatnya:
- Tak perlu keluar rumah (kecuali tarik tunai) atau tak perlu ke Indonesia.
- Hemat waktu.
- Transfer yang mudah dan cepat, tinggal masuk ke situs online bank bersangkutan dengan jaringan internet Jerman yang patas. Masalah terjadi jika ada pergantian tanggal.
- Bisa mengecek saldo atau sejarah transaksi yang terjadi sampai sekian bulan.
- Bisa kapan saja. Tetap bisa melakukan transaksi meskipun jam kerja kantor bank sudah tutup.
- Bisa bertransaksi dengan beragam jasa pelayanan (bayar telpon, pulsa elektrik, listrik, PAM, kartu kredit bahkan sampai arisan).
- Tahu informasi kurs valas (Kompasianer Eberle).
- Tokennya aman dan awet, belum ganti baterei meski punya kompasianer Eberle sudah dipakai 4-5 tahun.
- Keamanan akun bank tetap terjaga.
- Bisa di mana saja (tak harus di tempat tinggal), bisa di perjalanan atau di luar negeri asal ada internet atau WLAN.
Online banking mah biasa. Mobile banking apps?
Mobile Apps telah merevolusi industri perbankan secara global. Dengan adanya teknologi itu, bank memiliki lebih banyak kesempatan untuk mencapai pasar yang lebih luas. Jadi, tidak hanya untuk menawarkan kenyamanan yang lebih tinggi pada nasabahnya saja.
Yak, zaman berubah. Hampir semua orang dalam kelompok usia 15-35 tahun yang berdomisili di kota besar di Indonesia termasuk pada kelompok yang mahir dalam teknologi (tech savy) dan memiliki ponsel pintar. Sayangnya, industri perbankan di Indonesia dianggap beberapa orang masih banyak menekankan pada jasa yang berbasis cabang dan paper-based, dibandingkan mulai memasuki wilayah digital di mana pelayanan pada nasabah bisa dilakukan lebih cepat dan efisien.
Mari kita tengok Jerman.
Kompasianer Eberle dan suami adalah pengguna mobile banking apps dari Kreisparkasse. Kami sendiri memilih Volksbank, Commerzbank (bank terbesar kedua di Jerman) dan PSD bank. Masih banyak bank Jerman lain yang memiliki fitur serupa (remote deposit of checks dan contactless payment), seperti bank terbesar no. 1 di Jerman (Deutsche Bank) dan Postbank (bank jawatan pos). Untuk itu dibutuhkan PIN.
Perkembangan PIN aka TAN Transaktionsnummern demi keamanan nasabah
PIN atau di Jerman disebut TAN (Trans Action Nummern) adalah nomor penting pribadi yang diberikan kepada nasabah bank untuk melakukan transaksi online lewat mobile banking. Pada dasarnya, sama dengan sistem online banking, hanya sedikit bervariasi dan lebih aman.
Demi keamanan, bank Jerman memberikan banyak pilihan pada nasabah untuk mendapatkan PIN:
- Itan
Cara lama. Bank memberi sebuah daftar kertas dengan nomor transaksi nomor (TAN). Bank menetapkan secara acak PIN mana dari daftar yang harus dipakai. Meski beberapa bank berjanji bahwa mereka menjamin keamanannya, tetap saja masih rendah/lemah karena Itan tidak dihasilkan dari transfer data itu sendiri.
- mTAN (SMS-Tan)
Suami saya memilih cara ini. Dari awal, ia memberitahukan kepada bank nomor HP untuk mengirim PIN. Jadi ketika ia bertransaksi (memasukkan data transfer), bank mengirim SMS dan PIN yang dikirim yang dipakai. SMS akan diterima lagi, berisi jumlah dan nomor rekening penerima. Dalam kondisi khusus, SMS akan dikirim ke handy kedua yang didaftarkan. Cara ini dipandang memiliki keamanan yang tinggi. PIN hanya dikirim ke nomor ponsel terdaftar.
- ChipTAN (SmartTAN plus)
Kompasianer Eberle pernah cerita bahwa suaminya di Jerman hanya menggunakan scan kartu untuk bertransaksi karena dipercaya memiliki keamanan yang sangat tinggi. Tentu dia harus mendaftarkan giro card-nya dan mendapatkan generator PIN dari bank (atau bisa juga membeli di toko seharga @10-15 euro).
Caranya; pada saat TAN eingabe kartu didekatkan pada generator. Nasabah tinggal memasukkan data transfer bar code warna hitam putih itu. Sinyal menghasilkan PIN. Jika tidak berhasil, nasabah dapat membuat PIN secara manual.
- Foto-Tan
Sistem penerimaan PIN ini juga masuk kategori sangat aman. Dibutuhkan pembaca khusus seharga 15 € yang harus didaftarkan ke bank yang bersangkutan.
Caranya: setelah memasukkan data transfer, akan muncul gambar grafik pada layar, scan dengan alat pembaca tadi. Muncullah PIN.
- Push-Tan
Keamanan yang tinggi dijamin sistem ini. Nasabah menggunakan aplikasi banking app khusus, di mana bank akan memberikan nama log in dan legitimasi ID atau kode QR.
Untuk memasukkan data transfer, tinggal buka aplikasi push-Tan dan pesan berisi PIN dari bank pun akan diterima.
Lupa Password? Don’t worry!
Repot sekali kalau dalam hidup kita disibukkan dengan mengingat dan atau menyimpan password. Mulai dari email, facebook, twitter, instagram, sampai Kompasiana... ada password!
Bagaimana kalau punya bank banyak dan lupa passwordnya? Hadohhh! Pusing, stress juga.
Itulah sebabnya, Danske Bank yang bermarkas di Kopenhagen, Denmark memiliki inovasi teknologi terbaru untuk memberikan solusi bagi orang yang suka lupa kata kunci. Ya, hanya dengan tekanan dan irama keystrokes pada smartphone, beres!
Betul, aplikasi mobile bisa melacak tekanan dan kecepatan dengan memanfaatkan kebiasaan atau perilaku mengetik nasabah; apakah muter-muter dulu, kasar atau lembut, cepat atau lambat, cara mengambil dan memindahkan HP serta masih banyak lagi (Behaviosec). Itu menjadikan pelacakan lebih mudah. Smartphone jadi mengenali siapa pengguna aslinya. Wow, hal sederhana yang justru jadi kunci.
Selain Danske Bank, ada Bank Nordic (bermarkas di Finlandia dan tersebar di Denmark, Finlandia, Iceland, Norwegia, Swedia, Latvia, Estonia, dan Lithuania) yang telah mengujicobakan teknologi pelacakan itu di Swedia, Norwegia dan Denmark.
Terbukti bisa menjauhkan si hacker.
Nasabah ditarik uang jasa mobile banking? Oh Nö!
Dari waktu ke waktu, diharapkan pengguna mobile banking app semakin banyak. Untuk sementara, masih banyak yang gratis.
Birmingham, Ala berbasis Regions Financial baru saja meluncurkan aplikasi mobile banking-nya musim semi lalu dengan struktur biaya berjenjang. Untuk kebutuhan mendesak, pelanggan harus membayar $ 5 karena bank tidak tahu pasti dana yang tersedia. Untuk akses dua hari kemudian, setelah dana diverifikasi, biayanya hanya 50 sen. Bea itu, sama dengan biaya yang dikenakan di US Bank Minneapolis untuk semua deposito ponsel sejak tahun 2010 yang lalu.
Nah, saya baru saja mengikuti sebuah survey di situs CNB“. Pertanyaannya adalah “Berapa banyak uang yang akan Anda bayar untuk deposit cek pada aplikasi mobile Anda?“. Saya jawab “Saya tidak akan membayar. Saya akan beralih ke bank lain“. Taraaa ... ternyata 89% yang ikut survey (termasuk saya) memiliki jawaban yang sama. Sedangkan yang mau membayar $ 0,99 = 9%, $ 1,99 = 1% dan $ 5,00 = 1%.
Kompasianer berani berapa?
Happy online banking and mobile banking wherever you are.(G76)
Sumber:
Banking apps, aplikasi terbaik bagi smartphone banking
Lupa password? Bank akan mampu mendeteksi cara mengetik di HP.
Bea bank untuk penggunaan aplikasi bisa jadi polemik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H