Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Pengalaman Membaca Buku Indonesia di Depan Publik Jerman

5 November 2015   22:27 Diperbarui: 6 November 2015   14:02 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komentar seperti, “harusnya tulisan di bukumu tuh niru punya Andrea Hirata, bukan cuma begitu ...“, atau ketika ada teman yang saya tanya, sudah punya bukuku belum?

“Belum... tapi aku sudah punya bukunya Zara Zettira, Ayu Utami, Pramoedya Ananta Noer ... seru!“

“Mau punyakku?“

“Nggak ah ... nanti-nanti saja.“

Saya, melongo tapi nggak kayak kebo. Sedih? Pasti! Tapi bukan berarti mematahkan semangat saya untuk terus menulis. Oh, tidak boleh. Rugi!

Kalau dibilang penulis, sepertinya saya belum jadi lah yaaaa. Baru tahap belajarrrr. Saya anggap tulisan saya, buku-buku saya... itu baru wujud hobi dan memanfaatkan waktu luang serta kebosanan rutinitas yang dijalani. Biar hidup semakin berwarna. Nggak cuma ada hitam dan putih saja.

Yup. Saat ini saya sedang menyelesaikan dua naskah buku. Semoga keduanya bisa terbit tahun ini, paling telat Januari. Memanage waktu? Keriting! Mana anak-anak minggu ini libur musim dingin lagi. Belum pekerjaan rumah tangga, bantu suami dan tanaman ... OMG! Tapi justru itu yang membuat hidup saya berlanjut dan motivasi mengisi hari dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat selalu ada. Efisiensi waktu. Nggak hanya homesick meluluuu ....

Tuhan tidak akan membukakan jalan dan kasih kesempatan kalau kita jadi bagian dari golongan orang malas dan cepat menyerah sebelum berusaha. Yang sedang patah semangat, ayo jump and run!

Nah, nampknya mbak Andi, adalah salah satu teman yang memiliki aura positif. Ia mampu memberikan motivasi kepada orang-orang di sekitarnya. Tak terkecuali saya. Setelah pernah memberi kesempatan bedah buku di ruang kelasnya di sekolah tinggi di Konstanz tahun lalu, menari di festival kuliner Indonesia tahun ini ... mbak Andi nggak kapok kasih kesempatan agar saya bisa tampil dalam acara “Vorlesetag“ di Konstanz.

Vorlesetag dari kata vorlesen=membacakan (buku) dan Tag=hari. Jadi hari itu adalah hari di mana kami berempat membacakan sebuah buku yang dipilih dan dibacakan dalam dua bahasa. Dari bahasa asli dan juga terjemahan (boleh bahasa Inggris atau Jerman).

Sebentar ...

“Kamu kann penulis ... bukumu sudah banyak, bisa diceritakan atau buku lain yang berkenaan dengan Indonesia yang sudah diterjemahkan ke bahasa Jerman, terserah.“ Begitu kata mbak Andi.

Saya bingung. Terjemahan? Mana bisa? Tak ada satupun buku saya yang diterjemahkan ke bahasa Jerman. Belum, nggak tahu kapan. Terus bagaimana donggggg? Sedang buku Indonesia yang diterjemahkan ke bahasa Jerman saya gak punya ....

Akhirnya, sepakat, pakai bukunya Andrea Hirata koleksi mbak Andi Nurhaina, yang sudah ada terjemahan bukunya (dalam bahasa Jerman). Tinggal baca.

Saya yang baca dengan bahasa Indonesia, mbak Andi dengan bahasa Jermannya. Yaaaa ... saya malu, bahasa Jermannya jelek. Andai saja saya tak jadi datang, mbak Andi yang membacakan keduanya. Tidak ... saya nggak boleh mundur.

Ket: Sofa merah itu ....

Ket: gereja di depan perpustakaan Konstanz

Taraaaaaaa. Di atas sofa merah itulah akhirnya, kami berdua mengawali acara yang dihadiri sekitar 25 orang Jerman dan para pendatang (dari berbagai negara). Tentu saja setelah acara dibuka oleh dua perempuan dari perpustakaan Konstanz sebagai penyelenggara sekaligus sebagai yang menerima tamu.

Jujur, saya hanya pernah melihat film “Laskah Pelangi“ dan membaca resensinya saja. Memegang dan membaca bukunya, ya baru pertama kali itu! OMG. Itupun di depan publik Jerman bukan di Indonesia.

Ya. Tetap ada rasa senang saat membacanya ... bahwa bahasanya masih bisa saya cerna. Bahwa saya masih mengerti. Buku itu mengingatkan saat saya remaja, membaca buku “Azab dan Sengsara“ punya HB Jassin. Ada kesan Melayu di sana.

Kadang, saya tatap mata hadirin dan sedikit memberi tekanan pada suara. Memang mereka tak paham bahasa Indonesia, tapi dari mimik serta tone suara pastilah mereka bisa merasakan sedikit....

Apalagi ada blah-blah dari mbak Andi dalam bahasa Jerman. Lengkap sudah.

Usai membaca, kami mendapat hadiah dari perpustakaan. Saya kebagian coklat, mbak Andi dapat bunga. Tepuk tangan meriah dari publik. Mereka nanti dipersilakan melihat buku yang kami baca (koleksi perpustakaan), dipajang di sebelah gang keluar/masuk.

Acara membacakan buku diteruskan oleh seorang teman dari Trinidad dan Tobaggo, Patricia A Dettmers. Salah satu buku yang dipilihnya mengisahkan seorang pria yang anti ras (warna kulit hitam).

Paling bontot, buku dengan bahasa Ukraina oleh perempuan yang lain, yang saya lupa namanya. Faktor U?

Hmm ... itu. Itu malam yang dingin tapi indah! Reach yours! (G76)

PS: Bagi yang merasa down karena pernah dibandingkan, direndahkan atau diejek orang yang underestimate dengan apa saja hasil karyamu ... semoga artikel ini menguatkan. Kalau di satu sisi kita lemah, siapa tahu di sisi lain kita lebih kuat dan ada kesempatan emas. Tetap lihat ke depan.

*) Keterangan Gambar Utama: Mbak Andi dan saya membaca buku Andrea Hirata (dok.Devi Schäfer)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun