Pimpinan tim yang terbang ke Mars bersama dirinya juga memiliki otak yang cemerlang dan kekuatan emosi jiwa yang tangguh. Kalau tidak, tak mungkin ia memimpin penyelamatan Mark karena untuk itu tim dan dirinya harus bertaruh nyawa, melayang-layang di angkasa. Si wanita berani turun ke lapangan sendiri. Bukti bahwa pemimpin bisa “ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa tutu wuri handayani“, depan bisa, tengah bisa, belakang bisa. Kalau di depan jadi contoh, di tengah menjadi pendorong dan di belakang, mengikuti. Dan sekali lagi ... yang namanya pemimpin, tak hanya laki-laki. Perempuan bisa dan ternyata diterima.
Jessica juga tokoh NASA yang cerdas, mampu menghitung tekanan yang pas untuk menangkap Mark yang melompat dari pesawat mininya, menuju dirinya di depan pesawat jemputan. Secara pribadi dalam sebuah wawancara dengan sebuah TV, Jessica menyatakan bahwa bekerja dengan aktor Matt Damon sangat menyenangkan. Cocok.
Desain film yang canggih
Dari melihat tontonan selama 144 menit itu, penonton dimanja dengan teknologi canggih crew yang mengimitasi bentuk aslinya di Mars. Lighting, sorotan kamera ... cukup menggambarkan suasana yang diinginkan.
Peristiwa-peristiwa menegangkan juga ditayangkan dengan cemerlang. Sutradara Ridley Scott adalah pria kelahiran Inggris tahun 1937. Bapaknya kerja di kerajaan dan melarang ia mengikuti jejak kakaknya yang ikut angkatan laut, melainkan menekuni bakat Scott di bidang seni. Betul kan kata ayahnya? Tak ada harimau yang makan anaknya. Ia memang kondang di dunia film. Kalau saja ia tak kuliah di Royal college of art, pasti iapun tak akan diberi gelar oleh ratu Elizabeth II atas kiprahnya di jagad perfilman Inggris. Yak. Kepiawaiannya bisa dinikmati dalam film ini. Ada nasehat tersirat di belakang layar rupanya.
Saksikan pula padang Yordana yang digunakan sebagai latar belakang atau pasir Mars yang ditampangkan dalam film. Seperti aslinya di sana kali ya. Tentu saja dengan efek merah atau kesan lebih yang diciptakan kru film.