Hal itu saya pahami ketika menonton film ini. Lihat saja bagaimana Mark sekarat saat badai menghantam Mars sehingga kru NASA berangkat ke bumi karena tak menemukannya yang terhempas jauh di antara pasir dan badai.
Mark terluka. Kalau ia tidak mendapat training atau pengetahuan tentang pertolongan pertama atau pertolongan penting medis sendiri, mana mungkin ia selamat jiwanya? Perhatikan cara ia mencabuti metal yang menancap pada perutnya, lalu menutup dagingnya?
Kemudian, tersadar seorang diri dan jauh sekali dari bumi serta tanpa komunikasi, ia harus gigih bertahan hidup di planet Mars yang jelas tak ada kehidupan kecuali di stasiun yang dibangun NASA tempat ia tinggal.
Di sanalah, ia memanfaatkan alat pembuat udara dan air hingga bisa memenuhi kebutuhan pangan dengan menanam kentang. Stok makanan di stasiun tidak bisa bertahan sampai 4 tahun. Ia menghitung kira-kira berapa lama kawan-kawannya yang di bumi mencapai Mars untuk (mungkin) menjemputnya dan berapa kebutuhan energi yang dihasilkan dari mesin itu (apa cukup untuk hidup dan bercocok tanam atau tidak). Ia berhasil!
Betul. Untung ia adalah seorang ahli botani. Sudah gitu, bukan orang yang gampang depresi atau menyerah pada keadaan. Amati juga ketika tanaman rusak saat badai merusakkan plastik pelindung tanaman. Ia gigih, putar otak.
Kepintaran tim NASA pasti bukan main-main. Selain Mark yang cerdik, ada teman yang lain, ahli kimia (yang nantinya bikin cairan peledak demi menyelamatkannya).