Namanya Ben. Aku jatuh hati pada pria Jerman itu. Untuk mengutarakannya, aku tak sanggup. Aku berandai-andai, Ben, pria yang akan menancapkan panah Cupid di dadaku.
Salah. Aku terlalu berharap.
Sampai suatu ketika, Ben memilih Melisse yang seiman. Mereka mengikat janji.
Hancur hatiku. Rasa yang kupendam, membusuk di antara sarang yang sudah kubangun dari ranting kecil yang ternyata rapuh. Cepat-cepat kubunuh benih yang tak sempat tumbuh.
Kemudian, akupun menghilang.
***