Harga satu becak 5 juta rupiah
Karena tahu Rikscha, becak Vietnam begitu populer di Jerman dan bermanfaat sebagai obyek wisata, saya merajuk. Meminta suami membeli becak.
“Pak, beli becak, dong,“ Ngglendhot di tubuhnya yang empuk.
“Mau kamu taruh mana becak segedhe gaban itu, buk?“ Suami bingung. Becak sak upil terbuat dari perak dari kota Gedhe Yogyakarta sudah punya, ditaruh di lemari. Dia beli buat saya waktu kunjungan pabrik ke Indonesia. Kalau yang gedhe, dia mikir. Selain tempat juga uang.
“Di ruang tamu, tho, Pak. Deket sofa.“ Saya ngeyel mau memasukkan becak ke dalam rumah untuk dekorasi interior. Emangnya kafe.... Mana becak gedenya sebagong masuk pintu mana? Jendela?
“Nanti buat becak-becakan anak malah rusak. Lagian sesek.“ Suami geleng kepala. Tahu kalau anak-anak kami kreatif.
“Ya, udah, di kebun depan aja. Cantik, nanti dikasih bunga-bungaan warna-warni di keranjang atau pot. Dipasang fix biar gak jalan atau buat mainan orang.“ Dulunya, suami saya punya ide beli kapal kayu rusak untuk dibuat jambangan bunga buat kebun depan. Laraaaang. Makanya becak bisa jadi alternatif. Nggak takut karatan dari 4 musim?
***
Seminggu kemudian, usai hunting di internet, suami lapor:
“Buk, ini ada becak. 150€. Mau?“ Pria saya itu menunjukkan ipadnya.
“Jelek, Pak. Becaknya gering. Gambarnya juga elek.“ Saya jelas nggak mau. Warnanya merah banteng.