Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Naik Becak Semenit Bayar Lima Belas Ribu Rupiah

13 Juli 2015   19:02 Diperbarui: 30 Desember 2015   12:21 4990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Becak. Transportasi itu memang terkenal di Indonesia. Tiap kota memiliki ciri khas tersendiri, misalnya ada yang pakai motor. Di Semarang, becaknya digenjot belakang berbensin nasi, lebih besar dan tinggi. Tanya kenapa? Saya telisik sendiri, paling karena kota ATLAS itu sering kebanjiran. Gak lucu kalau sedang asyik naik becak kena bandangan air dan masuk rok. Byurrr.

Ah, ya. Waktu itu saya pelit sekali naik becak. Mending jalan kaki, nebeng, naik bus kalau mau luxus, ya, taksi. Sudah nyaman, muat banyak, cepat dan harga tetap terjangkau. Betul? Kalau salah, pinjam kepala orang buat dijitak karena rumah saya jauh.

Becak Indonesia makin langka?

Ya, gitu. Begitu pindah ke Jerman, saya merasa bahwa pengorbanan tukang becak itu luar biasa. Mencari sesuap nasi pakai keringat menggenjot pedal sepeda becak sampai kakinya mau mbledhos. Mau?

Jadi dulu ketika mudik ke tanah air, saya cari becak. Gak mudah. Hanya satu dan tidak setiap hari ada. Mumet. Dan ingat betul ketika kakak saya suatu kali sewot:

“Becak dibayar berapa?“

“Limabelasribu.“ Mata saya tak memandangnya karena tahu ada sorotan tak suka adiknya bayar banyak-banyak.

“Kok, gak pakai taksi. Lebih cepat dan nyaman.“ Ide lain muncul, untuk lain kali.

“Nggak papa, kasihan bapaknya. Dia bilang "sakkersane". Lagian anak-anak seneng. Ora tau numpak becak, ndeso.“ Saya meredam rasa curiga keblondrok, membayar terlalu mahal tarif becak yang biasa paling banter dari toko ADA Majapahit ke rumah orang tua saya hanya 10 menit. Sak nyuk. Nilai kulturnya itu lho yang tinggi. Wisata naik becak bersama anak-anak .

Iyalah. Sadar sekali bahwa harga becak tadi untuk ukuran Eropa sebenarnya murah. Muraaah sekali. Cuma satu euro. Di Jerman segitu cuma bisa menjilat permen kojek satu atau melahap Hamburger setipis telapak anak kecil.

Makin Banyak Orang Jerman Mbecak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun