Mohon tunggu...
Gabriella Aretha Chandra
Gabriella Aretha Chandra Mohon Tunggu... Dokter - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Perubahan Kepercayaan dari Masa Pra-Aksara hingga Sekarang

15 November 2022   14:15 Diperbarui: 15 November 2022   14:27 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sistem kepercayaan di Indonesia berkembang seiring berjalannya waktu, semakin lama semakin bertambah agama-agama yang muncul di kalangan rakyat. Namun, di Indonesia yang diakui hanya 6 agama yaitu agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Buddha, Hindu, dan Konghucu. Di Indonesia, manusia mempunyai hak untuk memilih kepercayaannya sendiri dengan bebas tanpa larangan dari pihak manapun. Kepercayaan di Indonesia sudah berkembang sampai saat ini. Perkembangan ini pun sudah ada sejak masa praaksara.

Pertama paleolithikum tidak ada kepercayaan karena pada saat itu manusia sibuk untuk memburu agar dapat bertahan hidup (Veni, 2020). Agama atau yang disebut juga dengan sistem kepercayaan yang dianut manusia sudah ada sejak masa mesolithikum. (Widya, 2021) Masa mesolithikum adalah zaman batu yang berlangsung diantara masa paleolitikum dan neolitikum. Pada akhir masa mesolithikum, masyarakat sudah mulai mengenal kepercayaan terhadap roh nenek moyang. 

Masa neolitikum adalah masa ketika manusia praaksara menggunakan alat-alat dari batu yang telah dihaluskan. (Widya, 2022) Di masa neolitikum ada 3 jenis kepercayaan yaitu animisme, dinamisme, dan juga totemisme. Animisme adalah kepercayaan bahwa semua benda yang dapat bergerak termasuk benda hidup dan memiliki roh yang berwatak baik atau jahat, sehingga penganut animisme percaya bahwa benda apapun dalam dunia ini mempunyai roh dan wajib untuk dihormati agar tidak mengganggu manusia. 

Sedangkan dinamisme mempercayai bahwa benda-benda disekitar memiliki kekuatan gaib, yang bisa terdapat pada benda mati maupun hidup seperti api, binatang, pohon, batu, bahkan manusia sekalipun. Totemisme merupakan kepercayaan pada adanya daya atau sifat ilahi yang dimiliki suatu benda atau makhluk hidup selain manusia, benda ataupun makhluk hidup yang dipuja disebut totem. 

Selain itu orang-orang pada masa neolitikum juga mempercayai bahwa roh orang yang meninggal tidak lenyap namun akan memiliki kehidupan alam lain sehingga orang yang meninggal akan dibekali barang-barang keperluan sehari-hari seperti perhiasan dan periuk agar perjalanannya ke dunia arwah dapat terjamin. 

Di masa megalitikum, rakyat sudah mengenal kepercayaan namun masih kepada roh nenek moyang karena mereka sangat meyakini bahwa kehidupan mereka sangat dipengaruhi oleh arwah nenek moyang dan perlakuan yang baik terhadap nenek moyang yang meninggal dipercaya akan menghindari ancaman ancaman yang ada. (Widya, 2021) Dan masih sama juga dengan masa Neolitikum yaitu mengikuti animisme, dinamisme, dan juga totemisme. Manusia megalitikum mulai menyembah nenek moyang mereka dan mempercayai bahwa setelah nenek moyang mereka meninggal, nenek moyang mereka akan tinggal di sebuah gunung yang sangat tinggi. Mereka percaya bahwa suatu saat nenek moyang mereka akan datang ke tempat mereka. Oleh karena itu mereka membangun bangunan yang disebut megalitik untuk menyambut arwah nenek moyang mereka. Pada saat itu, animisme merupakan kepercayaan yang paling berkembang. Dapat dilihat dari peninggalannya sebagai bukti-bukti yaitu dolmen, waruga, kubur batu, menhir, punden berundak, dan patung batu. (Seputar pengetahuan, 2020)

Zaman logam adalah periode akhir prasejarah yang terjadi sekitar 10.000 tahun yang lalu. Pada zaman logam ini manusia bisa dibilang sudah jauh lebih modern jika dibanding dengan masa-masa sebelumnya karena alat-alat yang digunakan sudah lebih canggih dan bagus. Namun untuk masalah kepercayaan, mereka tetap menjalankan animisme dan dinamisme. Sebenarnya nama animisme ini muncul dari bahasa Latin yaitu anima yang memiliki arti roh. 

Manusia pada zaman logam masih mempercayai bahwa setiap benda memiliki kekuatan supranatural yang diberikan oleh roh leluhur mereka. Mereka masih mempercayai animisme karena, mereka bisa memanggil atau meminta tolong kepada nenek moyang mereka di beberapa saat tertentu. 

Dinamisme sebenarnya cukup mirip dengan animisme namun bedanya hanya untuk beberapa benda tertentu seperti pohon dan batu. Mereka mempercayai bahwa roh atau makhluk halus yang mengisi benda tersebut itu berasal dari manusia atau leluhur yang telah meninggalkan dunia. Jadi saat manusia atau leluhur tersebut telah meninggalkan dunia, roh akan mendiami suatu tempat seperti gua, pohon, hutan, bebatuan, dan sebagainya. 

Oleh sebab itu manusia pada zaman logam sangat menghargai benda-benda tertentu yang diisi oleh roh leluhur. Di masa logam ini, manusia memiliki dua cara penguburan yaitu sistem penguburan langsung dan sistem penguburan tidak langsung. 

Sistem penguburan langsung bisa dilakukan dengan cara mengubur jenazah ke dalam sebuah tempat yang sudah disiapkan sebelumnya, sedangkan sistem penguburan tidak langsung dapat dilakukan dengan cara mengubur mayat tersebut kedalam tanah terlebih dahulu lalu setelah beberapa waktu sebagian atau seluruh tulang yang tersisa akan diambil untuk dikuburkan kembali di tempat yang telah disediakan sebelumnya seperti wadah yang disebut tempayan. (Verelladevanka, 2022)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun