Mohon tunggu...
Gabriel Jaden E.S
Gabriel Jaden E.S Mohon Tunggu... Atlet - pelajar

pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Pesantren: Menenun Toleransi di Kanvas Keberagaman

23 November 2024   21:42 Diperbarui: 24 November 2024   00:33 1615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sisi lain, para santri juga belajar dari siswa Kanisius. Mereka menjadi lebih memahami bagaimana agama lain menjalankan ibadah dan melihat bahwa perbedaan itu tidak harus menciptakan jarak, melainkan menjadi kesempatan untuk saling melengkapi. Sikap saling belajar inilah yang menjadi esensi dari kegiatan ini.

Mengapa Toleransi Harus Dijunjung Tinggi?  

Kegiatan seperti ini menunjukkan betapa pentingnya toleransi dalam menjaga keharmonisan masyarakat. Toleransi bukan berarti menghapus perbedaan, melainkan menerima dan menghormati keberagaman. Prinsip Islam yang berbunyi "bagimu agamamu, bagiku agamaku" adalah contoh nyata bagaimana agama pun mengajarkan toleransi sebagai landasan kehidupan bersama.  

Namun, toleransi juga membutuhkan kesadaran aktif dari masing-masing individu. Menghadiri seminar atau membaca buku saja tidak cukup; diperlukan interaksi langsung untuk benar-benar memahami dan merasakan kehidupan orang lain. Seperti yang dialami siswa Kanisius, pengalaman menginap di pesantren mengajarkan mereka untuk melihat umat Muslim bukan hanya sebagai "orang lain", tetapi sebagai sesama manusia yang juga memiliki harapan, perjuangan, dan keindahan dalam menjalani hidup.

Pesan dari Ekskursi  

Ekskursi ini meninggalkan kesan mendalam bagi semua peserta. Para siswa Kanisius pulang dengan hati yang lebih terbuka, sementara para santri Pesantren Bismillah merasa dihargai dan didukung dalam identitas mereka. Kegiatan ini membuktikan bahwa perbedaan agama bukanlah penghalang untuk bersatu, melainkan sebuah kekayaan yang harus dirayakan bersama.

Pada akhirnya, diskriminasi hanya bisa dilawan dengan memahami dan menghormati perbedaan. Melalui kegiatan seperti ini, kita belajar bahwa toleransi bukan hanya tentang menerima keberadaan orang lain, tetapi juga tentang membangun hubungan yang saling menghormati. 

Dunia yang damai dimulai dari langkah-langkah kecil seperti ini---langkah di mana kita semua merayakan keberagaman sebagai anugerah, bukan ancaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun