Mohon tunggu...
Gabriel Jaden E.S
Gabriel Jaden E.S Mohon Tunggu... Atlet - pelajar

pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Pesantren: Menenun Toleransi di Kanvas Keberagaman

23 November 2024   21:42 Diperbarui: 24 November 2024   00:33 1673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gabriel Jaden Emmanuel Suwignyo 

Dalam dunia yang semakin terpolarisasi, diskusi tentang diskriminasi dan toleransi tak pernah kehilangan relevansinya. Diskriminasi---sebuah perlakuan tidak adil yang didasarkan pada perbedaan ras, agama, gender, atau status sosial---adalah virus yang merusak harmoni sosial. 

Sebaliknya, toleransi adalah vaksinnya: kemampuan menerima dan menghormati perbedaan yang ada di tengah masyarakat. Kedua konsep ini menjadi inti dari kegiatan ekskursi siswa Kolese Kanisius ke Pesantren Terpadu Bismillah di Serang, Banten, yang diadakan pada 30 Oktober 2024---01 November 2024.

Ekskursi ini bukan sekadar perjalanan biasa. Kolese Kanisius yang merupakan sekolah yang berlandaskan pada ajaran agama Katolik mengirimkan sekitar 30 siswa ke sebuah pesantren, tempat kehidupan dan nilai-nilai Islam menjadi poros utama, adalah langkah kecil namun signifikan dalam membangun dialog lintas agama. 

Dengan tema embrace, share, and celebrate our faith, kegiatan ini menunjukkan bahwa perbedaan keyakinan tidak harus menjadi tembok pemisah, melainkan jembatan yang memperkaya pemahaman bersama.

Gabriel Jaden Emmanuel Suwignyo 
Gabriel Jaden Emmanuel Suwignyo 
Hari-Hari yang Penuh Pelajaran Hidup 

Di hari pertama, penyambutan hangat dari Kiai H.M. Alvi Ruzabady dan para santri menjadi pembuka yang menggembirakan. Sikap ramah dan keterbukaan mereka langsung mencairkan kekhawatiran tentang bagaimana dua kelompok dengan latar belakang berbeda ini akan berinteraksi. 

Berbagai aktivitas, seperti keliling pesantren, bermain bersama, hingga mengajarkan bahasa Inggris, menjadi momen untuk berbagi pengalaman dan perspektif. Dalam sesi mengajar, siswa Kanisius melihat betapa antusiasnya para santri untuk belajar sesuatu yang baru, meski itu berasal dari dunia yang sangat berbeda dengan mereka.

Hari kedua menjadi lebih menarik ketika siswa Kanisius diajak terlibat dalam rutinitas pesantren. Bangun subuh dan mengikuti sholat berjemaah adalah pengalaman baru yang penuh refleksi. Mereka belajar bagaimana kedisiplinan menjadi elemen kunci dalam kehidupan para santri. 

Pada siang hari, seminar tentang Pancasila dan toleransi menjadi wadah dialog terbuka tentang bagaimana nilai-nilai kebangsaan dapat menjadi landasan kuat dalam memupuk kebersamaan, tanpa memandang perbedaan agama.

Sementara itu, malam pentas seni menjadi puncak kebersamaan dari sudut pandang santri Bismillah. Dalam acara ini, para santri menampilkan berbagai seni islami, seperti lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an, pembacaan puisi religius, dan sholawat berjemaah. Siswa Kanisius, meski tidak berpartisipasi dalam penampilan, menikmati acara tersebut dengan penuh penghormatan. 

Mereka bertepuk tangan untuk setiap penampilan dan terinspirasi oleh semangat religius yang ditunjukkan para ustad dan kiai serta para santri. Pentas seni ini menjadi momen refleksi bagi siswa Kanisius, yang merasa terhormat diundang untuk menyaksikan kebudayaan pesantren secara langsung.

Compassion: Kepedulian Tanpa Batas

Dalam kegiatan ini, Kolese Kanisius juga menanamkan nilai compassion kepada para siswanya. Compassion berarti kepedulian tanpa memandang latar belakang atau perbedaan. Dalam interaksi mereka dengan para santri, siswa Kanisius belajar untuk melihat orang lain sebagai saudara sesama manusia. 

Prinsip ini mengajarkan mereka untuk peduli terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain tanpa melibatkan prasangka terhadap keyakinan atau identitas mereka.

Misalnya, ketika berbagi cerita dengan para santri, siswa Kanisius tidak hanya mendengarkan tetapi juga mencoba memahami kehidupan mereka yang penuh disiplin dan kesederhanaan.

 Sebaliknya, para santri pun memperlihatkan sikap yang sama: mendengarkan dengan antusias cerita-cerita siswa Kanisius, bahkan mengajukan pertanyaan tentang kehidupan mereka di Jakarta. Sikap saling peduli ini mencerminkan bahwa compassion adalah fondasi utama dalam membangun toleransi dan hubungan yang harmonis.

Gabriel Jaden Emmanuel Suwignyo 
Gabriel Jaden Emmanuel Suwignyo 
Makna Toleransi yang Sesungguhnya  

Selama tiga hari di pesantren, siswa Kolese Kanisius dan para santri Pesantren Bismillah membangun hubungan yang didasari rasa saling menghormati. Dalam diskusi santai di sela kegiatan, mereka menemukan bahwa ajaran agama mereka memiliki banyak kesamaan. Misalnya, larangan terhadap tindakan seperti mencuri, berzina, dan membunuh adalah nilai universal yang diajarkan baik dalam Islam maupun Katolik.  

Keakraban juga terlihat dalam momen-momen sederhana, seperti berbagi makanan dari satu piring, bercanda saat bermain di pemandian Cirahab, atau sekadar saling bertukar cerita tentang kehidupan sehari-hari. Aktivitas-aktivitas ini, meskipun terlihat biasa, adalah cerminan nyata dari bagaimana toleransi bisa tumbuh dalam interaksi sehari-hari.

Belajar dari Pesantren  

Ada banyak hal yang siswa Kanisius pelajari dari kehidupan di pesantren. Disiplin dalam menjalankan ibadah lima waktu, teknik wudhu yang penuh makna, hingga kewajiban mengaji setiap pagi, sore, dan malam, semuanya mengajarkan bahwa spiritualitas membutuhkan komitmen. Bagi siswa yang terbiasa dengan rutinitas berbeda, pengalaman ini membuka mata mereka terhadap cara lain dalam menjalani kehidupan beragama.  

Di sisi lain, para santri juga belajar dari siswa Kanisius. Mereka menjadi lebih memahami bagaimana agama lain menjalankan ibadah dan melihat bahwa perbedaan itu tidak harus menciptakan jarak, melainkan menjadi kesempatan untuk saling melengkapi. Sikap saling belajar inilah yang menjadi esensi dari kegiatan ini.

Mengapa Toleransi Harus Dijunjung Tinggi?  

Kegiatan seperti ini menunjukkan betapa pentingnya toleransi dalam menjaga keharmonisan masyarakat. Toleransi bukan berarti menghapus perbedaan, melainkan menerima dan menghormati keberagaman. Prinsip Islam yang berbunyi "bagimu agamamu, bagiku agamaku" adalah contoh nyata bagaimana agama pun mengajarkan toleransi sebagai landasan kehidupan bersama.  

Namun, toleransi juga membutuhkan kesadaran aktif dari masing-masing individu. Menghadiri seminar atau membaca buku saja tidak cukup; diperlukan interaksi langsung untuk benar-benar memahami dan merasakan kehidupan orang lain. Seperti yang dialami siswa Kanisius, pengalaman menginap di pesantren mengajarkan mereka untuk melihat umat Muslim bukan hanya sebagai "orang lain", tetapi sebagai sesama manusia yang juga memiliki harapan, perjuangan, dan keindahan dalam menjalani hidup.

Pesan dari Ekskursi  

Ekskursi ini meninggalkan kesan mendalam bagi semua peserta. Para siswa Kanisius pulang dengan hati yang lebih terbuka, sementara para santri Pesantren Bismillah merasa dihargai dan didukung dalam identitas mereka. Kegiatan ini membuktikan bahwa perbedaan agama bukanlah penghalang untuk bersatu, melainkan sebuah kekayaan yang harus dirayakan bersama.

Pada akhirnya, diskriminasi hanya bisa dilawan dengan memahami dan menghormati perbedaan. Melalui kegiatan seperti ini, kita belajar bahwa toleransi bukan hanya tentang menerima keberadaan orang lain, tetapi juga tentang membangun hubungan yang saling menghormati. 

Dunia yang damai dimulai dari langkah-langkah kecil seperti ini---langkah di mana kita semua merayakan keberagaman sebagai anugerah, bukan ancaman.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun