Mereka bertepuk tangan untuk setiap penampilan dan terinspirasi oleh semangat religius yang ditunjukkan para ustad dan kiai serta para santri. Pentas seni ini menjadi momen refleksi bagi siswa Kanisius, yang merasa terhormat diundang untuk menyaksikan kebudayaan pesantren secara langsung.
Compassion: Kepedulian Tanpa Batas
Dalam kegiatan ini, Kolese Kanisius juga menanamkan nilai compassion kepada para siswanya. Compassion berarti kepedulian tanpa memandang latar belakang atau perbedaan. Dalam interaksi mereka dengan para santri, siswa Kanisius belajar untuk melihat orang lain sebagai saudara sesama manusia.Â
Prinsip ini mengajarkan mereka untuk peduli terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain tanpa melibatkan prasangka terhadap keyakinan atau identitas mereka.
Misalnya, ketika berbagi cerita dengan para santri, siswa Kanisius tidak hanya mendengarkan tetapi juga mencoba memahami kehidupan mereka yang penuh disiplin dan kesederhanaan.
 Sebaliknya, para santri pun memperlihatkan sikap yang sama: mendengarkan dengan antusias cerita-cerita siswa Kanisius, bahkan mengajukan pertanyaan tentang kehidupan mereka di Jakarta. Sikap saling peduli ini mencerminkan bahwa compassion adalah fondasi utama dalam membangun toleransi dan hubungan yang harmonis.
Toleransi yang Sesungguhnya Â
MaknaSelama tiga hari di pesantren, siswa Kolese Kanisius dan para santri Pesantren Bismillah membangun hubungan yang didasari rasa saling menghormati. Dalam diskusi santai di sela kegiatan, mereka menemukan bahwa ajaran agama mereka memiliki banyak kesamaan. Misalnya, larangan terhadap tindakan seperti mencuri, berzina, dan membunuh adalah nilai universal yang diajarkan baik dalam Islam maupun Katolik. Â
Keakraban juga terlihat dalam momen-momen sederhana, seperti berbagi makanan dari satu piring, bercanda saat bermain di pemandian Cirahab, atau sekadar saling bertukar cerita tentang kehidupan sehari-hari. Aktivitas-aktivitas ini, meskipun terlihat biasa, adalah cerminan nyata dari bagaimana toleransi bisa tumbuh dalam interaksi sehari-hari.
Belajar dari Pesantren Â
Ada banyak hal yang siswa Kanisius pelajari dari kehidupan di pesantren. Disiplin dalam menjalankan ibadah lima waktu, teknik wudhu yang penuh makna, hingga kewajiban mengaji setiap pagi, sore, dan malam, semuanya mengajarkan bahwa spiritualitas membutuhkan komitmen. Bagi siswa yang terbiasa dengan rutinitas berbeda, pengalaman ini membuka mata mereka terhadap cara lain dalam menjalani kehidupan beragama. Â