Mohon tunggu...
Gabriela Ayu
Gabriela Ayu Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kini, Lingkaran Tahun Batang Dikotil Tak Lagi Akurat!

25 September 2017   18:44 Diperbarui: 25 September 2017   19:04 2312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup yang berperan penting bagi kehidupan kita dan juga bagi alam. Seperti halnya makhluk hidup lainnya, tentu tumbuhan juga memiliki usia yang menjadi patokan seberapa lama mereka telah hidup di dunia ini. Namun cara menghitung usia tumbuhan pastinya berbeda dengan kita. Jika kita menghitung usia manusia dengan patokan tahun lahir kita, lalu bagaimana dengan patokan usia tumbuhan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita bahas terlebih dahulu mengenai jaringan tumbuhan.

Dari artikel saya yang sebelumnya, kita telah mengetahui bahwa tiap makhluk hidup tersusun dari ribuan sel. Dari ribuan sel tersebut, pastinya ada beberapa sel yang memiliki fungsi atau sifat sama yang kemudian bergabung membentuk sebuah jaringan. Berdasarkan aktivitas pembelahan sel, jaringan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu jaringan meristem (embrional) dan jaringan permanen (dewasa). Pada awal perkembangan tumbuhan, setiap sel melakukan pembelahan sel. Namun seiring berjalannya waktu, pembelahan sel menjadi terbatas hanya di jaringan khusus, yaitu jaringan meristem. Jaringan meristem bersifat embrionik, artinya aktif membelah. Kemudian sel-sel meristem akan mengalami spesialisasi (pengkhususan) lagi sehingga membentuk berbagai macam jaringan yang tidak lagi mempunyai kemampuan untuk membelah diri. Jaringan inilah yang disebut jaringan permanen.

Jaringan meristem menurut asal-usul terbentuknya dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu jaringan meristem primer dan jaringan meristem sekunder. Jaringan meristem primer adalah jaringan yang mengakibatkan pertumbuhan panjang dan tinggi. Jaringan ini pada umumnya terletak di ujung batang dan akar. Sementara jaringan meristem sekunder adalah jaringan yang terbentuk dari jaringan dewasa yang sudah tidak melakukan pembelahan namun menjadi embrional (aktif membelah) lagi. Contoh jaringan meristem sekunder adalah kambium dan kambium gabus (felogen). Kambium berfungsi dalam pertumbuhan sekunder tumbuhan atau dalam kata lain mampu membuat tumbuhan bertambah besar dan tinggi karena sel-selnya yang aktif membelah. Pada umumnya, kambium terdapat pada batang dan akar tumbuhan dikotil. Apa itu tumbuhan dikotil? Untuk lebih jelasnya, mari kita gali lebih dalam mengenai klasifikasi tumbuhan.

Berdasarkan klasifikasi tumbuhan berbiji, tumbuhan dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu tumbuhan berbiji terbuka (gymnospermae) dan tumbuhan berbiji tertutup (angiospermae). Lalu angiospermae dibagi lagi menjadi 2 macam, yaitu tumbuhan berkeping satu (monokotil) dan tumbuhan berkeping dua (dikotil). Pada tumbuhan monokotil tidak terdapat kambium. Jadi, yang memiliki kambium di bagian tubuhnya adalah kelompok tumbuhan dikotil. Sekarang, langsung saja kita bahas judul di atas mengenai lingkaran tahun (annual rings) batang dikotil.

www.pinterest.com
www.pinterest.com
Tumbuhan dikotil mengalami pertumbuhan primer dan sekunder. Pertumbuhan primer ditunjukkan dengan batang yang bertambah tinggi serta akar yang bertambah panjang. Sedangkan pertumbuhan sekunder ditandai dengan batang yang bertambah besar atau ruas batang yang semakin panjang. Pertumbuhan sekunder inilah yang mengakibatkan munculnya lingkaran tahun pada batang dikotil. Lingkaran tahun adalah lingkaran konsentris akibat pertumbuhan sekunder yang tampak berlapis-lapis akibat pergantian keadaan lingkungan. 

Seperti yang sudah disebutkan di atas, pertumbuhan sekunder sendiri terjadi karena adanya kambium. Jadi, lingkaran tahun dapat terbentuk karena aktivitas pembelahan sel oleh kambium yang mengarah ke luar dan membentuk floem untuk mengangkut hasil fotosintesis, sedangkan yang ke arah dalam akan membentuk xylem yang berfungsi mengangkut air serta mineral. Aktivitas pembelahan sel ini juga dipengaruhi oleh pergantian musim maupun cuaca. 

Pada musim hujan, aktivitas pembentukan sel xylem akan lebih besar daripada floem. Mengapa demikian? Karena pada musim hujan, air yang tersedia akan melimpah sehingga membutuhkan xylem yang lebih banyak dan berukuran besar untuk mengangkut air tersebut. Sementara ketika musim kemarau, kambium akan mengurangi pembentukan sel xylem karena jumlah air yang butuh diangkut juga tentunya sedikit, karenanya ukuran xylem akan lebih kecil dan warnanya juga menjadi lebih gelap.

Ada sebuah ilmu yang mempelajari tentang lingkaran tahun ini, yaitu dendrochronology. Dendrochronologymerupakan metode ilmiah untuk menentukan usia sebuah pohon dengan cara melihat pola lingkaran tahun yang terdapat di batang pohon tersebut. Selain memprediksi usia sebuah pohon, ilmu ini juga dapat menganalisis apa saja kejadian atau perubahan lingkungan yang terjadi pada pohon itu. Setiap kejadian yang terjadi pada pohon, entah itu kekeringan, hujan yang berlebihan, penyakit, luka-luka akibat serangga, bahkan polusi udara sekalipun pasti meninggalkan jejak pada lingkaran tahun. Lingkaran tahun ini dapat menjelaskan apa saja peristiwa yang telah terjadi pada pohon tersebut. Kita dapat mengetahui usia pada tumbuhan dikotil dengan menghitung jumlah lingkaran pada cincin tahunan tersebut.

Akan tetapi saat ini lingkaran tahun pada batang dikotil dikatakan sudah tidak valid lagi untuk menjadi patokan usia sebuah pohon. Mengapa bisa demikian? Kita tahu bahwa seharusnya lingkaran tahun pada tumbuhan dikotil terbentuk 2 warna tiap tahunnya, coklat muda dan coklat gelap. Atau dapat dibilang terbentuk 1 warna tiap musim, hujan dan kemarau. Namun yang terjadi pada saat ini adalah musim yang tidak menentu dan sering berubah-ubah. 

Deputi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Mulyono Rahadi Prabowo, mengatakan bahwa perubahan iklim yang terjadi pada saat ini memang lebih dinamis atau banyak yang menyebutnya iklim ekstrem. Perubahan cuaca yang sekarang mulai memasuki kategori ekstrem ditandai dengan adanya gejala alam seperti angin kencang di bagian wilayah tertentu, cuaca panas dan hujan tiba-tiba. Sekarang ini, dalam satu bulan cuacanya bisa panas selama beberapa hari, kemudian hujan, lalu panas lagi. Hal ini juga tidak rutin terjadi, tiap bulan bisa berbeda-beda dan tidak teratur cuacanya.

Perbedaan iklim seperti ini juga menyebabkan beberapa jenis pohon membentuk lingkaran tahun yang berbeda-beda. Contohnya saja pohon pinus Karibia (Caribbean pine) yang tumbuh di Republik Dominika yang memiliki variasi musim yang sangat kecil. "These pines put on a ring every time there is a wet spell, commonly making 4 to 5 rings a year. So, just counting rings on these trees could lead you to overestimate their age." Jadi, karena perbedaan iklim di tempat pohon pinus Karibia tumbuh, dalam setahun ia bisa menghasilkan banyak cincin atau lingkaran tahun. Sehingga jika kita menghitung lingkaran tahun pada pohon pinus tersebut, kita bisa mengira bahwa usianya sudah tua karena ia memiliki cincin yang banyak, padahal mungkin tidak setua itu usianya.

Inilah yang menyebabkan lingkaran tahun pada tumbuhan dikotil tidak valid lagi apabila digunakan untuk menghitung usia pohon. Jika terjadi hujan selama beberapa hari, kambium tentu akan membentuk xylem lebih banyak untuk mengangkut air yang tersedia. Tapi beberapa hari kemudian cuacanya menjadi sangat panas. Pastinya xylem yang dibentuk juga akan berkurang karena air yang butuh diangkut juga sedikit. Ini mengakibatkan lingkaran tahun pada tumbuhan menjadi tidak menentu pula. Bisa saja dalam satu tahun terbentuk kurang atau mungkin lebih dari 2 lingkaran tahun pada satu tumbuhan dikotil.

Peristiwa yang terjadi di sekitar pohon juga bisa mempengaruhi lingkaran tahunnya. Terkadang, keadaan lingkungan yang terlalu ekstrem dapat mengakibatkan terjadinya suatu gangguan yang membuat pohon tidak membentuk lingkaran tahun dalam satu tahun atau bahkan lebih. Ini dapat terjadi karena pohon tersebut mengalami semacam 'stress berat' akibat gangguan-gangguan itu, seperti disambar petir, terbakar oleh api, diserang oleh serangga, terluka karena aktivitas manusia, dan cuaca yang terlalu buruk. 

Karena adanya gangguan-gangguan, suatu pohon bisa saja kehilangan lingkaran tahunnya atau tidak membentuk lingkaran tahun selama beberapa waktu. Hal ini membuat kita cenderung meremehkan usia sebenarnya suatu pohon. Sebagai contoh, ada sebuah pernyataan dari www.conifers.org, "One researcher found that Tsuga mertensiana seedlings less than 5 cm tall could be 20 years old, without having yet produced a single ring." Yang artinya, seorang peneliti menemukan bahwa bibit Tsuga mertensiana yang tingginya kurang dari 5 cm bisa berusia 20 tahun, tanpa menghasilkan satu cincin pun. Pernyataan ini membuktikan bahwa tidak semua pohon yang berusia tua pasti mempunyai banyak cincin atau lingkaran tahun pada batangnya.

Selain itu, kesuburan tanah juga mempengaruhi banyaknya lingkaran tahun yang dibentuk oleh pohon. Pohon yang ditanam atau berdiri di atas tanah yang subur serta memiliki intensitas air yang banyak tentunya akan mempunyai lingkaran tahun yang berbeda dengan pohon yang hidup di atas tanah kering yang kandungan airnya hanya sedikit. Apabila pohon itu hidup di atas tanah subur yang mengandung banyak air, pembentukan xylem pastinya akan lebih banyak dan berukuran besar sebab air yang tersedia juga melimpah. 

Sedangkan jika hidup di tanah yang kering dan kandungan airnya sedikit, xylem yang dibentuk akan sedikit serta ukurannya lebih kecil karena kuantitas air yang perlu diangkut juga sedikit. Sehingga lingkaran tahun yang terbentuk pada pohon menjadi tidak menentu. Dengan begitu, maka kesuburan tanah juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi banyak sedikitnya lingkaran tahun yang dimiliki pohon. Jadi, tidak akurat apabila kita menggunakan lingkaran tahun itu sebagai patokan usia tumbuhan dikotil.

Dari pembahasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa saat ini lingkaran tahun pada batang tumbuhan dikotil tidak lagi akurat bila digunakan sebagai patokan usia suatu tumbuhan. Hal ini terjadi karena beberapa faktor. Pertama, perbedaan iklim serta perubahan cuaca yang tidak menentu, sehingga pohon dapat membentuk lebih atau kurang dari 2 cincin tiap tahunnya. Padahal kita tahu bahwa lazimnya lingkaran tahun terbentuk sebanyak 2 cincin pada setiap tahun, yaitu pada musim hujan dan musim kemarau. 

Jika kondisi iklim yang berbeda antar beberapa tempat dan cuaca yang berubah-ubah mengakibatkan cincin yang terbentuk tidak menentu, maka akan sulit untuk menentukan usia pohon berdasarkan jumlah lingkaran tahunnya. Kedua, kondisi tanah tempat pohon itu tumbuh juga mempengaruhi terbentuknya lingkaran tahun. Apabila tanahnya subur, xylem yang dibentuk akan lebih besar dan banyak. Begitu pula sebaliknya jika tanahnya kering, maka xylem yang dibentuk tentu lebih sedikit dan ukuran selnya kecil. Faktor yang terakhir adalah adanya kejadian atau gangguan yang dialami oleh pohon di masa lalu. Gangguan ini dapat mengakibatkan pohon kehilangan lingkaran tahun atau bahkan tidak membentuknya selama beberapa saat.

Sekian ulasan saya mengenai lingkaran tahun pada tumbuhan dikotil. Semoga melalui artikel ini para pembaca tidak hanya mendapat wawasan baru namun juga semakin peka akan kondisi iklim bumi kita yang saat ini kian memburuk. Jadi, mari kita bersama-sama menjaga bumi. Save our earth because our life depends upon it!

Sumber referensi: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun