Inilah yang menyebabkan lingkaran tahun pada tumbuhan dikotil tidak valid lagi apabila digunakan untuk menghitung usia pohon. Jika terjadi hujan selama beberapa hari, kambium tentu akan membentuk xylem lebih banyak untuk mengangkut air yang tersedia. Tapi beberapa hari kemudian cuacanya menjadi sangat panas. Pastinya xylem yang dibentuk juga akan berkurang karena air yang butuh diangkut juga sedikit. Ini mengakibatkan lingkaran tahun pada tumbuhan menjadi tidak menentu pula. Bisa saja dalam satu tahun terbentuk kurang atau mungkin lebih dari 2 lingkaran tahun pada satu tumbuhan dikotil.
Peristiwa yang terjadi di sekitar pohon juga bisa mempengaruhi lingkaran tahunnya. Terkadang, keadaan lingkungan yang terlalu ekstrem dapat mengakibatkan terjadinya suatu gangguan yang membuat pohon tidak membentuk lingkaran tahun dalam satu tahun atau bahkan lebih. Ini dapat terjadi karena pohon tersebut mengalami semacam 'stress berat' akibat gangguan-gangguan itu, seperti disambar petir, terbakar oleh api, diserang oleh serangga, terluka karena aktivitas manusia, dan cuaca yang terlalu buruk.Â
Karena adanya gangguan-gangguan, suatu pohon bisa saja kehilangan lingkaran tahunnya atau tidak membentuk lingkaran tahun selama beberapa waktu. Hal ini membuat kita cenderung meremehkan usia sebenarnya suatu pohon. Sebagai contoh, ada sebuah pernyataan dari www.conifers.org, "One researcher found that Tsuga mertensiana seedlings less than 5 cm tall could be 20 years old, without having yet produced a single ring." Yang artinya, seorang peneliti menemukan bahwa bibit Tsuga mertensiana yang tingginya kurang dari 5 cm bisa berusia 20 tahun, tanpa menghasilkan satu cincin pun. Pernyataan ini membuktikan bahwa tidak semua pohon yang berusia tua pasti mempunyai banyak cincin atau lingkaran tahun pada batangnya.
Selain itu, kesuburan tanah juga mempengaruhi banyaknya lingkaran tahun yang dibentuk oleh pohon. Pohon yang ditanam atau berdiri di atas tanah yang subur serta memiliki intensitas air yang banyak tentunya akan mempunyai lingkaran tahun yang berbeda dengan pohon yang hidup di atas tanah kering yang kandungan airnya hanya sedikit. Apabila pohon itu hidup di atas tanah subur yang mengandung banyak air, pembentukan xylem pastinya akan lebih banyak dan berukuran besar sebab air yang tersedia juga melimpah.Â
Sedangkan jika hidup di tanah yang kering dan kandungan airnya sedikit, xylem yang dibentuk akan sedikit serta ukurannya lebih kecil karena kuantitas air yang perlu diangkut juga sedikit. Sehingga lingkaran tahun yang terbentuk pada pohon menjadi tidak menentu. Dengan begitu, maka kesuburan tanah juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi banyak sedikitnya lingkaran tahun yang dimiliki pohon. Jadi, tidak akurat apabila kita menggunakan lingkaran tahun itu sebagai patokan usia tumbuhan dikotil.
Dari pembahasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa saat ini lingkaran tahun pada batang tumbuhan dikotil tidak lagi akurat bila digunakan sebagai patokan usia suatu tumbuhan. Hal ini terjadi karena beberapa faktor. Pertama, perbedaan iklim serta perubahan cuaca yang tidak menentu, sehingga pohon dapat membentuk lebih atau kurang dari 2 cincin tiap tahunnya. Padahal kita tahu bahwa lazimnya lingkaran tahun terbentuk sebanyak 2 cincin pada setiap tahun, yaitu pada musim hujan dan musim kemarau.Â
Jika kondisi iklim yang berbeda antar beberapa tempat dan cuaca yang berubah-ubah mengakibatkan cincin yang terbentuk tidak menentu, maka akan sulit untuk menentukan usia pohon berdasarkan jumlah lingkaran tahunnya. Kedua, kondisi tanah tempat pohon itu tumbuh juga mempengaruhi terbentuknya lingkaran tahun. Apabila tanahnya subur, xylem yang dibentuk akan lebih besar dan banyak. Begitu pula sebaliknya jika tanahnya kering, maka xylem yang dibentuk tentu lebih sedikit dan ukuran selnya kecil. Faktor yang terakhir adalah adanya kejadian atau gangguan yang dialami oleh pohon di masa lalu. Gangguan ini dapat mengakibatkan pohon kehilangan lingkaran tahun atau bahkan tidak membentuknya selama beberapa saat.
Sekian ulasan saya mengenai lingkaran tahun pada tumbuhan dikotil. Semoga melalui artikel ini para pembaca tidak hanya mendapat wawasan baru namun juga semakin peka akan kondisi iklim bumi kita yang saat ini kian memburuk. Jadi, mari kita bersama-sama menjaga bumi. Save our earth because our life depends upon it!
Sumber referensi: 1 | 2 |Â 3Â | 4 | 5Â | 6Â |
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H