Joel yang melihat tingkah Gina terkekeh kecil. Kemudian, ia langsung mengambil alih properti itu dan membawanya masuk ke dalam kelas. Ditaruhnya properti besar itu di dalam kelas, sebuah pohon rekayasa.
“Aduh, sakit!” pekik Rayun ketika Ale mencubit lengan kirinya. Rayun segera beranjak dan mengejar Ale.
“ALEEEE!!!!” Rayun berteriak sambil tetap mengejar Ale.
Langkah Ale terhenti ketika punggung kakinya tersandung. Oh tidak, properti pohon rekayasa.. terjatuh.
Seisi kelas tercengang, sehingga menghentikan gerak langkah Ale yang disusul oleh Rayun. Mereka berdua menatap Joel. Wajahnya memerah. Mata yang tajam bagaikan elang hendak menerkam Ale. Joel menarik kerah baju Ale.
“Maksudmu apa! Mau tanggung jawab!? Koe wes ra mbantu gawe properti ning ngerusak ki pie karepmu hah!??” teriak Joel tepat di depan wajah Ale. Tentu saja, Ale tak terima dengan hal ini. Ia mendorong Joel sekuat tenaga, membuatnya terhuyung ke belakang. Joel tak mau mengalah, ia kemudian memukul pipi kanan Ale.
“Koe iku ra sumbut! Ra nde isin. Raono gunane koe dadi perkap! Wes ra gelem nulungi, ngrusak maneh. Gunane koe ning kene opo to!??”
Teriakan Joel kepada Ale menggelegar di ruangan kelas mereka. Teman kelasnya terdiam. Rayun mundur ke belakang, menghindari pertikaian kedua temannya itu. Sampai, Gina maju untuk melerai mereka berdua. Gina dan Jefrey memegang Joel, sedangkan Topi dan Raka menarik Ale pergi dari Joel.
Joel mendorong Gina dan Jefrey pergi. Ia berjalan keluar kelas. Gina berdecak kesal, kemudian ia berlari ke arah Joel. Remaja perempuan itu menarik lengan Joel, membalikkan arahnya kepada Gina.
“Dengerin ya, kamu boleh marah, aku juga marah gara-gara Ale ngerusak properti pohon rekayasa itu. Tapi, jangan gegabah, El,” ujar Gina lembut, mencoba menenangkan Joel.
“Tapi, Na, Ale itu udah gila! Walaupun dia ikut dateng ke rumah kamu pas kita buat properti, tapi dia gak ngapa-ngapain, Na. Please, aku jujur lelah, Na.”