Mohon tunggu...
gabariel sinaga
gabariel sinaga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berenang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kedatangan Yesus yang Kedua

21 Mei 2023   16:15 Diperbarui: 21 Mei 2023   16:19 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Eskatologi

  • Pandangan-Pandangan Doktrinal Mengenai Kedatangan Yesus yang Kedua
  • Teologi Liberal (Paham Modern)

Istilah liberal berasal dari bahasa Inggris, liberal atau liberalism, ynag artinya "pandangan atau pendapat yang bebas". Dalam perkembangan kekristenan, istilah tersebut dimunculkan dalam dunia teologi guna menjelaskan pandangan dan ajaran tertentu yang dikenal dengan sebutan "teologia liberal", yaitu paham teologi yang mendasarkan ajarannya tidak pada Alkitab, melainkan pada rasio serta penemuan-penemuan empiris. 

Bahkan paham ini hanya menerima dan mengakui sesuatu yang relevan dengan akal. Karenanya, teologi liberal menolak ajaran tentang iman Kristen mengenai mukjizat, inkarnasi Kristus, kebangkitan tubuh, serta hal-hal supernatural lainnya yang dianggap bertentangan dengan akal sehat manusia.

  • Amilliannialisme

Amillinnialisme merupakan salah satu pandangan yang berkembang dalam lingkup teologi konservatif. Istilah millennium berasal dari kata latin, mille, yang artinya "seribu". Dalam konteks teologi, istilah tersebut mengacu pada pengertian Kerajaan Seribu Tahun. Amillinnialisme sendiri adalah pandangan yang menolak akan adanya kerajaan seribu tahun secara literal yang akan didirikan oleh kritus dibumi pada masa depan sehingga harus ditafsirkan secara rohani dan digenapi oleh gereja.

  • Postmilleannialisme

Postmillennialisme merupakan pandangan yang menekankan dan berorientasi pada pengembangan zaman kekinian. Sebab itu, secara teologis postmillennialisme beranggapan bahwa Kerajaan Allah saat ini sedang terjadi melalui pemberitaan Injil dan karya penyelamatan Roh Kudus didalam hati setiap orang percaya sehingga pada suatu saat, melalui suatu masa yang panjang, dunia dapat dikristenkan dan seluruh dunia akan dipenuhi oleh kedamaian dan kebenaran. 

Dalam kondisi dunia yang sempurna seperti itu, Kristus akan datang dan disertai dengan peristiwa kebangkitan dan penghakiman yang mendahului kerajaan kekal. Postmillennialisme yakin bahwa kemajuan gereja masa kini akan memberikan dampak positif bagi perkembangan ekonomi, budaya, sosial, ilmu pengetahuan, agama, dan politik. 


Melalui pandangan tersebut, Nampak seperti kaum postmillennialisme berpendapat bahwa kehadiran kerajaan seribu tahun yang akan membawa kedamaian dan kesempurnaan dibumi secara langsung bukan merupakan karya Kristus sebagai Raja Damai melainkan sebagai usaha gereja dan manusia.

  • Premillennialisme

Paham ini dapat dipahami lewat dua dasar utama. Pertama membedakan program Allah bagi Israel dan untuk gereja. Kedua, berpegang teguh pada prinsip penafsiran yang literal terhadap Alkitab. Karenanya paham ini percaya bahwa gereja akan mengalami pengangkatan ketika Kristus datang diangkasa (1 Tes. 4:13-18) sebelum masa tribulasi.  Didalam masa tribulasi, Allah akan menghakimi bangsa-bangsa yang tidak percaya dan Israel yang tidak taat. Namun Ia akan menyelamatkan kedua bangsa itu pada saat mereka percaya kepada Yesus dimasa kesusahan tersebut (Wah. 6:19). Pada akhir masa tribulasi Kristus akan turun kebumi untuk mendirikan kerajaan seribu tahun sesudah membelenggu setan (Wah. 20:1-6).

B. Kematian dan Kebangkitan

1. Kematian

Alkitab mengajarkan bahwa Allah sangat mengasihi manusia dan memiliki rencana yang indah bagi setiap orang (Yoh. 3:16; 10:10b). Namun dipihak lain Firman Tuhan juga menjelaskan bahwa karena dosa masuk kedalam dunia melalui satu orang yaitu Adam dosa tersebut menjalar kepada setiap keturunannya (Rom. 5:12). Sebab itu semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Rom. 3:23). 

Hal tersebut dipertegaskan melalui Roma 6:23 dengan memaparkan upah dari dosa yaitu maut. Paulus dalam suratnya kepada gereja yang ada di Korintus menggambarkan maut sebagai musuh terakhir (1 Kor. 15:26). Yesus pun menggumuli kematian-Nya ditaman Getsemani (Luk. 22:42). Sehingga dapat dikatakan bahwa maut adalah musuh yang datang oleh karena dosa dan bukan berkat yang diberikan oleh Allah. 

Namun Welly dalam bukunya mengenai Eskatologi Biblika memandang maut atau kematian lebih kepada konteks penghukuman kekal dineraka. Menurutnya hukuman tersebut lebih khusus bagi orang-orang yang mati diluar Kristus atau mereka yang menolak Kristus yang akan mengalami kebinasaan dan penderitaan selama-lamanya dilautan api atau neraka yang kekal (Luk. 16:23; Wah. 20:15).

Robert memaparkan kematian secara rinci dalam tiga definisi. Pertama, mati jasmani atau tubuh yakni perpisahan antar tubuh dan roh atau jiwa atau keadaan tubuh yang tidak memiliki roh (Yak. 2:26). Kedua, mati rohani sekarang yaitu hidup terpisah dari Tuhan adalah sama dengan mati rohani. Ketiga, mati rohani kekal yaitu orang yang tetap menolak Yesus sampai ia mati jasmani, akan mengalami hidup kekal yang terpisah dari Tuhan. Pada Umumnya keberadaan orang-orang mai dalam masa PL dijelaskan dengan kata Ibrani, Yarad, yang artinya "turun" ketempat atau kedunia orang mati yang disebut Sheol (Kej. 37:35; 42:38; Bil. 16:33; Ayb. 7:9). Sheol ialah tempat orang mati yang berada dibagikan bumi yang paling bawah. Dalam Septuaginta sheol diterjemahkan dengan Hades. Sedangkan dalam PB, Efesus 4:9 menerangkan konsep tentang hades atau sheol dengan kalimat eista katotera mereges, yang berarti masuk kedalam bagian bumi yang lebih dalam. Sheol bukan lokasi untuk menampung tubuh orang yang sudah meninggal dunia, tetapi merupakan tempat bagi jiwa-jiwa yang telah mati. Daud telah mengajarkan bahwa yang masuk atau turun kedalam sheol ialah nepes, jiwa (Maz. 86:13; 89:49) dan hayya, hidup (Maz. 88:4).

2. Kebangkitan

Kepercayaan dalam kebangkitan bukan hanya terdapat di PB. Kitab Ayub yang bisa saja merupakan salah satu kitab di PL yang paling tua, menggambarkan keyakinan Ayub bahwa walaupun ia mati dari kehidupan ini, ia akan tetap hidup untuk melihat Allah (Ayb. 19:23-27). Pemazmur juga memegang kepercayaan akan kebangkitan dari dunia orang mati (Maz. 49:16; 73:24-26). Demikian pula Yesaya (Yes. 26:19). Dalam PB, ajaran tentang kebangkitan orang percaya dikaitkan dengan kebangkitan Yesus. Sama seperti Dia dibangkitkan, kita juga akan dibangkitkan. Yesus disebut sebagai buah sulung -- Dia dibangkitkan lebih dulu dan kita akan menyusul (1 Kor. 15:21-22). Dalam 1 Korintus 15:42-43 dijelaskan mengenai empat hal mengenai tubuh yang baru.

a. Tubuh kita yang ditaburkan dalam kebinasaan akan dibangkitkan dalam ketidakbinasaan.

b. Yang hina menjadi mulia.

c. Kelemahan menjadi kekuatan.

d. Tubuh alamiah menjadi tubuh rohaniah.

Dalam 1 Yohanes 3:2, dijelaskan bahwa kita akan mempunyai tubuh seperti Yesus. Jadi ketika kita belajar tentang tubuh kebangkitan yesus, terdapat dua implikasi.

a. Terdapat kesinambungan dengan tubuh lama. Dia masih mempunyai bekas paku yang Nampak pada tangan-Nya.

b. Terdapat hal yang baru. Berulang kali sesudah kebangkitan-Nya, ketika Yesus menampakkan Diri kepada murid-murid-Nya, mereka tidak mengenal Dia.

Jadi ketika kita dibangkitkan, kita kan memiliki tubuh kemuliaan yang tidak akan menjadi rusak atau sakit dan tidak mengenal kematian, tetapi terdapat kesinambungan dengan diri kita sebelumnya.

C. Rapture (Pengangkatan)

Keyakinan akan adanya pengangkatan gereja berhubung sangat erat dengan ajaran tentang kedatangan Kristus yang kedua, secara terminologis, kedatangan Mesias kedunia dapat dipahami melalui istilah Yunani Parousia berasal dari kata Para, yang artinya "dengan", dan ousia, yang artinya "ada" (dari eimi). Dengn demikian, dua kata tersebut berarti "kedatangan atau "hadir bersama".

Kaum Helenisme (Yunani) menggunakan kata parousia untuk menjelaskan "kunjungan seorang raja" atau "kehadiran para dewa". Didalam PL/Septuaginta (LXX), kata tersebut dipakai untuk menjelaskan gagasan tentang "kedatangan Allah secara langsung" guna membuktikan diri-Nya kepada manusia (Yes. 63:4), menyatakan "kehadiran Allah" dalam sejarah (Kel. 15:18), menyatakan "kehadiran Mesias" (Dan. 7:13).  Sementara golongan Yudaisme Helenistis menggunakan kata parousia untuk menjelaskan "kehadiran Allah untuk menolong". Didalam PB kata itu digunakan untuk menjelaskan "kedatangan Kristus yang kedua", yakni antisipasi Yesus sendiri untuk mendirikan Kerajaan Allah. Dengan lebih diperjelas oleh 1 Tesalonika 4:15 yang menyatakan tentang kedatangan Kristus kembali untuk mengangkat kembali orang-orang yang percaya agar mereka dapat berkumpul bersama-sama dengan-Nya diangkasa.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa parousia atau kedatangan Kristus yang kedua pada prinsipnya akan terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama Kristus akan hadir diawan atau diudara untuk mengangkat gereja-Nya. Pada tahap kedua, Kristus akan datang dengan menginjakkan kaki-Nya kebumi bersama umat-Nya.

Untuk mengantisipasi kemungkinan berkembangnya praduga subjektif atau munculnya kemungkinan pribadi tertentu yang membingungkan jemaat diseputar isu rapture atau pengangkatan gereja, kita perlu memahami mengenai tanda kedatangan Kristus. Tanda kedatangan Kristus adalah sebagai berikut.

1. Kedatangan Kristus sebagai Panglima dan Pemenang atas semua musuh-Nya (1 Tes. 4:16). Dengan kata lain terdapat soak-sorai kemenangan dalam pertempuran.

2. Orang-orang yang mati akan dibangkitkan ketika mendengar suara-Nya (Yoh. 5:25-29).

3. Terdapat bunyi sangkakala malaikat dan seruan yang nyaring (1 Kor. 15:52; 1 Tes. 4:16; Wah. 4:1).

4. Kehadiran Tuhan Yesus diangkasa, namun tidakmenginjakkan kaki-Nya dibumi.

5. Pengangkatan orang percaya.

Gereja tidak berhenti diangkasa setelah diangkat melalui peristiwa rapture. Kesaksian Alkitab serta perkataan Yesus sendiri menyatakan bahwa Dia akan kembali membawa jemaat-Nya ke sorga (Yoh. 14:1-3). Yesus akan datang dengan tubuh literal dengan tujuan untuk mengangkat orang percaya yang telah mengenakan tubuh baru untuk hidup bersama Dia selama-lamanya.

D. Pengadilan

1. Pengadilan Takhta Kristus

Berasal dari kata Yunani Bema yang diterjemahkan takhta pengadilan dalam Alkitab versi King James. Menurut Dr. Lehman yang dikutip oleh Willmington bema bukanlah bangku pengadilan orang dijatuhi hukuman; bema adalah kursi tempat pemberian hadiah. Demikian juga, Takhta Pengadilan Kristus bukanlah suatu bangku pengadilan. . . Kehidupan orang Kristen adalah suatu pertandingan dan wasit Ilahi sedang memperhatikan seiap peserta. Sesudah gereja menjalani pertandingannya, Ia akan mengumpulkan setiap anggota dihadapkan bema untuk maksud memeriksa setiap orang dan memberikan ganjaran yang setimpal dengan setiap orang (1 Kor. 3:13; 9:24,26; 2 Kor. 5:10; Gal. 6:7; Kol. 3:24-25; Ibr. 10:30; 12:1). Tujuan bema bukanlah untuk menentukan apakah seseorang masuk sorga atau tidak. Tujuan bema pengadilan bukanlah untuk menghukum orang-orang beriman karena dosa yang mereka lakukan, baik sebelum atau sesudah mereka diselamatkan.

Paulus dan Petrus mengatakan bahwa semua orang Kristen hendaknya berperilaku sebagai pelayan-pelayan setia Allah (1 Kor. 4:2; 1 Pet. 4:10). Dalam dunia PB seorang pelayan adalah seorang yang mengurus sebuah rumah tangga yang besar atau suatu perkebunan yang luas. Ia diangkt oleh pemilik tanah dan dipercayakan untuk menjaga perkebunan itu agar berjalan dengan lancar. Ia mendapat kekuasaan untuk memperkerjakan dan memecat pegawai serta untuk membelanjakan dan menyimpan uang, sementara ia hanya bertanggungjawab kepada pemilik tanah. Dengan mengingat hal ini dapat dikatakan bahwa kelak pada bema pengadilan semua pelayan akan berdiri dihadapkan Tuhan mereka dan harus memberikan pertanggungjawaban tentang cara mereka mempergunakan hak istimewa serta bagaimana mereka telah menjalankan tugas mereka sejak mereka bertobat.

Mengenai perihal waktu berlangsungnya peristiwa yang digambarkan disini, J. Dwight dikutip oleh Willmington adalah sesudah keangkatan gereja dari bumi ini. Ia memperkuat dan mempertegas pendapatnya dengan menyatakan beberapa hal. Pertama, ganjaran ada kaitannya dengan kebangkitan (Luk. 14:14). Kebangkitan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keangkatan, maka ganjaran tentu merupakan bagian dari acara tersebut (1 Tes. 4:13-17). Kedua, ketika Tuhan kembali kedunia bersama mempelai perempuan-Nya untuk memerintah, mempelai perempuan kelihatannya sudah mendapat ganjaran (Wah. 19:8). Ketiga, ganjaran kepada gereja pasti berlangsung diantara peristiwa keangkatan dan kembalinya Kristus kedunia (1 Kor. 4:5: 2 Tim. 4:8; Wah. 22:12).

Ganjaran atau upah yang akan diterima oleh tiap-tiap orang percaya dinilai berdasarkan nilai-nilai Allah seperti cara kita memperlakukan sesama orang beriman (Ibr. 6:10; Mat. Mat. 10:41-42), cara kita menggunakan wewenang kita atas ornag lain (Ibr. 13:17; Yak. 3:1), cara kita mempergunakan kemampuan yang Allah berikan kepada kita ( 1 Kor. 12:4, 11:2 Tim. 1:6; 1 Pet. 4:10; Mat. 25:14:29), cara kita menggunakan uang ( 1 kor. 16:2; 2 Kor. 9:6-7; 1 Tim. 17-19), cara kita menggunakan waktu (Maz. 90:12; Ef. 5:16; Kol. 4:5; 1 Pet. 1:17), berapa banyak kita menderita demi Yesus (Mat. 5:11; Mark. 10:29-30; Rom. 8:18; 2 Kor. 4:17; 1 Pet. 4:1-13; Fil. 3:10), cara kita menjalani pertandingan yang sudah Allah pilihkan untuk kita (1 Kor. 9:24; Fil. 3:13-14; Ibr. 12:1), seberapa berhasilnya kita menguasai sifat lama (1 Kor. 9:25-27; 1 Kor. 16:3; Fil. 1:10; 1 tes. 2:4), berapa banyak jiwa yang kepadanya kita beri kesaksian dan kita menangkan bagi Kristus (Ams. 11:30; Dan. 12:3; 1 Tes. 2:19-20), cara kita menanggapi pencobaan (Yak. 1:2-3; Wah. 2:10), seberapa setianya kita pada Firman Allah dan pada kawanan domba Allah (Kis. 20:26-28; 2 Tim. 4:1-2; 1 Pet. 5:2-4).

2. Pengadilan Takhta Putih

Pengadilan ini terjadi sesudah lenyapnya bumi dan langit yang ada sekarang. Setiap orang dalam pengadilan ini dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang tertulis dalam kitab-kitab itu. Orang-orang yang namanya tidak ditemukan akan dilemparkan kedalam lautan api (Dan. 7:9-10; Wah. 20:11-15). Dan Kristus sendiri yang akan menjadi hakim pada takhta ini (Yoh. 5:22, 27; Kis. 10:40, 42; 2 Tim. 4:1). Sedangkan juri dalam kitab ini terdiri dari lima buah kitab, yakni kitab suara hati (Rom. 2:15), kitab kata-kata (Mat. 2:36-37; Yoh. 12:48), kitab perbuatan-perbuatan tersembunyi (Rom. 2:16; Pengk. 12:14), kitab perbuatan-perbuatan sosial (Mat. 16:27; 2 Kor. 11:15), dan kitab kehidupan (Kel. 32:32-33; Maz. 69:29; Dan. 12:1; Fil. 4:3; Wah. 3:5; 13:8; 17:8; 20:12, 15; 21:27; 22:19). Hukuman dari pengadilan takhta ini adalah lautan api yang kekal (Mat. 25:41,46; Wah. 20:14-15).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun