Mohon tunggu...
Ge
Ge Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger/Penulis

Blogger dan penulis yang suka membaca dan menonton. Suka menulis cerita fiksi, puisi-prosa (sirosa), opini, resensi dan banyak lagi. Tertarik pada intrik-intrik politik dan berbagai macam gosip yang bisa memperkaya cerita. Anti hoaks dan anti intimidasi. Menyalurkan hobi gambar dan ilustrasi di Instagram.com/gambarable. Ngetuit di X.com/gesiahaya. Ngeblog di gratcianulis.blogspot.com dan berbagi tips menulis fiksi di kampungfiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Cerpen Adaptasi) Petisi Para Nabi

28 Desember 2024   12:37 Diperbarui: 28 Desember 2024   20:12 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di bawah mereka, sebuah benda asing melintas di langit. "Apa itu?" tanya sang pemimpin, matanya mengerut. "Di dunia bawah, mereka menyebutnya satelit. Sebuah pesawat luar angkasa yang diluncurkan oleh mereka yang merasa diri sebagai pemenang, namun sesungguhnya mereka terjebak dalam kehampaan ideologi mereka sendiri."

Sang pemimpin melihat dengan penuh rasa kasihan. "Mereka mengirimkan teknologi untuk menjemputku, tetapi mereka tidak tahu bahwa mereka menuju kehancuran." Dengan gerakan lembut, ia memerintahkan Gryphor untuk mendekat.

"Ahura, mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan. Mereka terjebak dalam dunia yang diciptakan oleh tangan mereka sendiri."

Ahura, malaikat penjaga yang setia, mengangguk. "Mereka terperangkap dalam kebingungan antara kebebasan yang mereka kira mereka miliki dan perbudakan oleh teknologi yang mereka ciptakan."

Saat satelit itu melaju semakin cepat, Ahura dengan pedangnya yang terbuat dari api surgawi berusaha menghentikan laju benda itu. Namun, dalam sekejap, tabrakan pun terjadi, dan satelit itu hancur berkeping-keping. Di bumi, laporan dari saluran berita mengabarkan kebingungan besar. "Proyek luar angkasa Rusia baru saja mengalami kecelakaan tak terduga," terdengar suara operator yang cemas, "Pesawat hilang kontak, dan sinyalnya tidak bisa ditemukan."

Sang pemimpin dan Ahura terlempar ke bawah, namun beruntung mereka terjatuh di awan lembut, seolah dibaringkan di atas tempat tidur kapas. Sambil mengamati dunia yang semakin kacau, sang pemimpin bertanya dengan suara penuh rasa ngeri, "Ahura, apakah itu yang terlihat di bawah sana? Apakah itu Neraka?"

Ahura menjawab dengan suara serak, "Bukan, paduka. Itu adalah Jakarta, ibu kota sebuah negara yang bangga dengan kemajuan teknologinya, namun sebenarnya terperangkap dalam kebodohan yang luar biasa. Mereka mengklaim diri bebas, tetapi sejatinya mereka terperangkap dalam kecanggihan yang hanya membuat mereka lebih jauh dari kebenaran."

"Jakarta?" sang pemimpin bertanya, kebingungannya semakin dalam. "Bagaimana bisa kota yang begitu maju menjadi begitu gelap?"

Ahura menggelengkan kepala. "Mereka menganggap teknologi adalah kebebasan, tetapi mereka hanya semakin terperangkap dalam kebohongan yang mereka ciptakan. Mereka menghabiskan waktu mereka untuk bertengkar, mencari identitas dalam ideologi kosong, dan menghancurkan satu sama lain. Mereka terjebak dalam ketidakpastian."

Sang pemimpin, yang telah lama mengenal kegelapan dan terang, mendengar dengan penuh penyesalan. "Mereka tidak mengerti. Mereka telah kehilangan jalan."

Ahura menatap dengan tajam. "Namun, apakah kita tidak memiliki tanggung jawab untuk memberi petunjuk? Untuk membawa mereka kembali ke jalan yang benar?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun