Imam Prasetyo01 April 2016 10:48:18
sepakat koh...yg perlu kita tarik garis lurus, apakah AHok mengatakan dirinya Cina itu bukan sebuah serangan rasisme kepada non peranakan cina?
Zy Zy01 April 2016 10:57:25
Anda memanggil saya dengan sebutan "koh" saja, belum apa-apa sudah bau rasis. Kenal juga tidak, gender saya laki atau perempuan juga tidak pernah saya ungkap, apalagi moyang saya siapa dan darimana serba anonim. Ngerti ora son? anda mau bungkus dengan kalimat yang paling sopanpun, kalau kentut pasti ada baunya.
Imam Prasetyo01 April 2016 11:04:44
oh...manggil koh atau mas itu rasis ya?....celeguuukk ( febrianov mode ON) apes bener idup di indonesia ya abang, nona, mpok, ncing, ncang, nyak, babe, bude, pakde, angku, pak cik, abah, ambu dst..
Artikel-artikel yang bertengger di kategori NT juga dipenuhi komentar-komentar tiga kategori ini, para kompasioner (including my self) jika ingin eksis di dunia maya baik anonim maupun yang nggak anonim (nggak tahu istilahnya) jadilah individu yang positif supaya jangan jadi JONRU.
Catatan:
3 klasifikasi komentar tersebut adalah subjektifitas pribadi (baca : tidak ngilmiah)
Dikotomi pribumi dan non pribumi itu paling memuakkan sama dengan muslim dan non muslim, Indonesia dihuni oleh berbagai etnis dan agama jangan pernah menggunakan istilah muslim dan non muslim sebut saja agama dan kepercayaannya. Â Susah banget ya hidup berdampingan itu...?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H