[caption caption="suasana haji yang sangat padat (Sumber : the Globejournal)"][/caption]Belumlah kering air mata korban crane (11 September 2015), kembali Jemaah haji mesti bersimbah air mata. Menurut Kompas.com, ada lebih dari 453 orang meninggal dalam musibah ini. Kecelakaan dipicu karena Jemaah yang berdesak-desakan dan kemudian ada yang berhenti sehingga menimbulkan kekacauan di lintasan Jamarat.
Dalam beberapa data, kecelakaan saat haji memang sering terjadi saat Jemaah haji melempar jumroh. Berikut beberapa kecelakaan maut yang pernah terjadi di Mekkah selama musim haji sebagaimana saya kutip dari Tempo:
- 31 Juli 1987
Bentrok terjadi antara pendemo Iran dengan polisi Saudi. Saat itu jemaah dari Iran dilarang untuk melaksanakan demo anti amreika di Mekah yang kemudian terjadi bentrok dengan tentara Saudi. Akibat kejadian itu, 400 jemaah meninggal. dan ribuan lainnya terluka.
- 2 Juli 1990
Sebanyak 1.426 jemaah tewas selama karena berdesak-desakan dan terinjak dalam terowongan Al Muaisim. Terowongan itu menghubungkan Mekkah ke Mina dan Arafat. Peristiwa ini dikenal dengan tragedi terowongan Mina.
- 23 Mei 1994
Sebanyak 270 jemaah meninggal dalam ritual lempar jumrah di Mina.
- 15 April 1997
Sebanyak 343 jemaah tewas dan 1.500 lainnya terluka akibat kebakaran tenda jemaah di Mina. Akibat kejadian itu, tenda-tenda jemaah sekarang tahan api.
- 9 April 1998
Sebanyak 118 jemaah meninggal dan 180 lainnya terluka dalam insiden di jembatan Jamarat untuk melempar jumrah.
- 5 Maret 2001
Ritual lempar jumrah kembali menelan korban 35 jemaah haji.
- 1 Februari 2004
Ritual lempar jumrah kembali menelan korban. Sebanyak 251 jemaah tewas dan 244 lainnya terluka akibat terkena lemparan batu jemaah lain dan terinjak-injak. Hal ini terjadi akibat saling dorong antar jemaah.
12 Januari 2006
Sebanyak 346 jemaha dan 289 lainnya terluka saat melakukan ritual lempar jumrah. Musibah terjadi ketika ratusan orang yang baru tiba untuk melakukan ritual itu saling bertabrakan dengan jemaah lain di jembatan Jamarat. Akibat kejadian ini, pemerintah Arab Saudi merekontruksi ulang Jamarat agar jamaah tak perlu berdesakan saat melempar jumrah.
- 11 September 2015
Sebuah alat derek besar (crane) jatuh di komplek Masjidil Haram. Tragedi ini menelan korban 107 orang tewas dan 238 orang lainnya luka-luka. Pemerintah Arab Saudi menyatakan bahwa peristiwa crane tumbang setelah diterpa angin badai.
[caption caption="suasana melempar jumroh (sumbert: Tempo)"]
Melihat data musibah-musibah itu, rasanya pemerintah Saudi perlu mengevaluasi tata laksana dan standar keamanan pelaksanaan ibadah haji. Menurut hemat saya, tak ada salahnya pemerintah Saudi menggandeng negara-negara Islam agar ikut urun rembuk memikirkan haji yang aman dan nyaman.
Salah satu yang mesti dilakukan adalah peninjauan kembali jumlah kuota Jemaah haji yang sudah ditentukan bersama OKI. Menurut saya, kuota yang ditetapkan harus ditinjau kembali dengan melihat daya tampung kota Mekkah. Mengingat daya tampung kota Mekkah saya sih mengusulkan agar kuota tipa negara dipotong. (sudah saya tulis di sini).
[caption caption="Karbala saat Asyura (www.irdiplomacy.ir)"]
Bagaimana kota Karbala bisa mengatur jumlah peziarah yang sangat banyak itu? Itu sangat menarik dan layak untuk dipelajari. Toh tak ada salahnya untuk mencari sesuatu yang baik demi keselamatan Jemaah. maaf saya tak sedang membicarakan madhzabnya.
Saya sendiri tak tahu bagaimana Karbala bisa menampung dan menampung jemaah sedemikian banyak. Saya kutip saja dari salah seorang yang pernah berziarah ke Karbala dan juga pernah melaksanakan ibadah haji. Hamzah namanya.
Hamzah mengatakan, “Pengalaman waktu ziarah Karbala tahun lalu (2014) manusia yang jumlahnya 30 juta, tumpah ruah di satu tempat. Bisa dibayangkan bagaimana padatnya manusia. Tapi yang saya lihat semua berjalan dengan tertib dan kalau ada yang terjatuh, yang berdiri langsung angkat sorban sebagai isyarat bahwa ada yang terjatuh sehingga yang di belakangnya langsung berhenti. Jadi yang jatuh tidak sampai terinjak-injak. Ditambah lagi pesan-pesan yang selalu disampaikan oleh setiap kepala rombongan peziarah bahwa memberi kesempatan dan berkhidmat kepada sesame peziarah pahalanya sangat besar. Inilah mungkin yang membuat peziarah Imam Husein as. Jauh lebih tertib dibanding Jemaah haji”.
[caption caption="Arbain Imam Husein as. (Nairaland.com)"]
Salah satu hal yang kurang terlihat di Mekkah adalah masalah keterlibatan masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan ibadah haji hampir bisa dibilang tidak ada. Semua diatur oleh pemerintah walau banyak dermawan (khususnya di Arafah) namun terbatas pada memberikan makanan dan mushaf saja.
Seorang kawan yang pernah melakukan long march dari Najaf ke Karbala sejauh 75 km mengatakan, pada jarak sepanjang itu, hampir tidak ada orang yang tak menawarkan jasanya. Ada yang menyediakan air, makanan, tempat menginap hingga jasa memijat. Semuanya gratis. Untuk berkhidmat kepada peziarah Imam Husein katanya.
Kita tentu berharap pelaksanaan ibadah haji yang aman dan nyaman dan tentunya pemerintah Arab Saudi harus menempuh berbagai macam jalan, termasuk mempelajari kesuksesan Karbala dalam menampung para peziarahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H