Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tragedi Mina, Pemerintah Saudi Perlu Belajar ke Karbala

24 September 2015   19:42 Diperbarui: 28 Desember 2015   20:19 26486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="suasana haji yang sangat padat (Sumber : the Globejournal)"][/caption]Belumlah kering air mata korban crane (11 September 2015), kembali Jemaah haji mesti bersimbah air mata. Menurut Kompas.com, ada lebih dari 453 orang meninggal dalam musibah ini. Kecelakaan dipicu karena Jemaah yang berdesak-desakan dan kemudian ada yang berhenti sehingga menimbulkan kekacauan di lintasan Jamarat.

Dalam beberapa data, kecelakaan saat haji memang sering terjadi saat Jemaah haji melempar jumroh. Berikut beberapa kecelakaan maut yang pernah terjadi di Mekkah selama musim haji sebagaimana saya kutip dari Tempo:

  • 31 Juli 1987

Bentrok terjadi antara pendemo Iran dengan polisi Saudi. Saat itu jemaah dari Iran dilarang untuk melaksanakan demo anti amreika di Mekah yang kemudian terjadi bentrok dengan tentara Saudi. Akibat kejadian itu, 400 jemaah meninggal. dan ribuan lainnya terluka.

  • 2 Juli 1990

Sebanyak 1.426 jemaah tewas selama karena berdesak-desakan dan terinjak dalam terowongan Al Muaisim. Terowongan itu menghubungkan Mekkah ke Mina dan Arafat. Peristiwa ini dikenal dengan tragedi terowongan Mina.

  • 23 Mei 1994

Sebanyak 270 jemaah meninggal dalam ritual lempar jumrah di Mina.

  • 15 April 1997

Sebanyak 343 jemaah tewas dan 1.500 lainnya terluka akibat kebakaran tenda jemaah di Mina. Akibat kejadian itu, tenda-tenda jemaah sekarang tahan api.

  • 9 April 1998

Sebanyak 118 jemaah meninggal dan 180 lainnya terluka dalam insiden di jembatan Jamarat untuk melempar jumrah.

  • 5 Maret 2001

Ritual lempar jumrah kembali menelan korban 35 jemaah haji.

  • 1 Februari 2004

Ritual lempar jumrah kembali menelan korban. Sebanyak 251 jemaah tewas dan 244 lainnya terluka akibat terkena lemparan batu jemaah lain dan terinjak-injak. Hal ini terjadi akibat saling dorong antar jemaah.

         12 Januari 2006

Sebanyak 346 jemaha dan 289 lainnya terluka saat melakukan ritual lempar jumrah. Musibah terjadi ketika ratusan orang yang baru tiba untuk melakukan ritual itu saling bertabrakan dengan jemaah lain di jembatan Jamarat. Akibat kejadian ini, pemerintah Arab Saudi merekontruksi ulang Jamarat agar jamaah tak perlu berdesakan saat melempar jumrah.

  • 11 September 2015

Sebuah alat derek besar (crane) jatuh di komplek Masjidil Haram. Tragedi ini menelan korban 107 orang tewas dan 238 orang lainnya luka-luka. Pemerintah Arab Saudi menyatakan bahwa peristiwa crane tumbang setelah diterpa angin badai.

[caption caption="suasana melempar jumroh (sumbert: Tempo)"]

[/caption]Tahun 2004, saya mengalami sendiri peristiwa musibah yang menelan korban jiwa hingga 250 orang. Saat itu saya memang mencoba untuk ikut merasakan aura lempar jumroh pada waktu yang utama. Suasananya kemudian memang sangat kacau. Orang yang sudah melempar bertabrakan dengan Jemaah yang baru datang. Suasana menjadi tak terkendali saat dua gelombang manusia ini saling berdesak-desakan. Alhamdulillah saat itu saya bisa melepaskan diri dari pusaran gelombang yang sangat gila itu.

Melihat data musibah-musibah itu, rasanya pemerintah Saudi perlu mengevaluasi tata laksana dan standar keamanan pelaksanaan ibadah haji. Menurut hemat saya, tak ada salahnya pemerintah Saudi menggandeng negara-negara Islam agar ikut urun rembuk memikirkan haji yang aman dan nyaman.

Salah satu yang mesti dilakukan adalah peninjauan kembali jumlah kuota Jemaah haji yang sudah ditentukan bersama OKI. Menurut saya, kuota yang ditetapkan harus ditinjau kembali dengan melihat daya tampung kota Mekkah. Mengingat daya tampung kota Mekkah saya sih mengusulkan agar kuota tipa negara dipotong. (sudah saya tulis di sini).

[caption caption="Karbala saat Asyura (www.irdiplomacy.ir)"]

[/caption]Pemerintah Saudi juga perlu belajar ke Karbala. Ya, ke Karbala. Peringatan Asyura dan arbain Imam Husein disebut-sebut sebagai gathering terbesar di dunia. Menurut Wikipedia, tahun 2014 saja ada 20 juta peziarah mendatanginya. Jumlah itu 10 kali lipat orang yang melaksanakan ibadah haji.

Bagaimana kota Karbala bisa mengatur jumlah peziarah yang sangat banyak itu? Itu sangat menarik dan layak untuk dipelajari. Toh tak ada salahnya untuk mencari sesuatu yang baik demi keselamatan Jemaah. maaf saya tak sedang membicarakan madhzabnya.

Saya sendiri tak tahu bagaimana Karbala bisa menampung dan menampung jemaah sedemikian banyak. Saya kutip saja dari salah seorang yang pernah berziarah ke Karbala dan juga pernah melaksanakan ibadah haji. Hamzah namanya.

Hamzah mengatakan, “Pengalaman waktu ziarah Karbala tahun lalu (2014) manusia yang jumlahnya 30 juta, tumpah ruah di satu tempat. Bisa dibayangkan bagaimana padatnya manusia. Tapi yang saya lihat semua berjalan dengan tertib dan kalau ada yang terjatuh, yang berdiri langsung angkat sorban sebagai isyarat bahwa ada yang terjatuh sehingga yang di belakangnya langsung berhenti. Jadi yang jatuh tidak sampai terinjak-injak. Ditambah lagi pesan-pesan yang selalu disampaikan oleh setiap kepala rombongan peziarah bahwa memberi kesempatan dan berkhidmat kepada sesame peziarah pahalanya sangat besar. Inilah mungkin yang membuat peziarah Imam Husein as. Jauh lebih tertib dibanding Jemaah haji”.

[caption caption="Arbain Imam Husein as. (Nairaland.com)"]

[/caption]Berkhidmat, mungkin kata itulah yang menjadi kunci ketertiban dan suksesnya Karbala menampung peziarah yang saban tahun meningkat sangat signifikan. Dari kata berkhidmat itulah semua komponen masyarakat ingin ikut ambil bagian dalam acara asyura atau arbain.

Salah satu hal yang kurang terlihat di Mekkah adalah masalah keterlibatan masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan ibadah haji hampir bisa dibilang tidak ada. Semua diatur oleh pemerintah walau banyak dermawan (khususnya di Arafah) namun terbatas pada memberikan makanan dan mushaf saja.

Seorang kawan yang pernah melakukan long march dari Najaf ke Karbala sejauh 75 km mengatakan, pada jarak sepanjang itu, hampir tidak ada orang yang tak menawarkan jasanya. Ada yang menyediakan air, makanan, tempat menginap hingga jasa memijat. Semuanya gratis. Untuk berkhidmat kepada peziarah Imam Husein katanya.

Kita tentu berharap pelaksanaan ibadah haji yang aman dan nyaman dan tentunya pemerintah Arab Saudi harus menempuh berbagai macam jalan, termasuk mempelajari kesuksesan Karbala dalam menampung para peziarahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun