Sebuah alat derek besar (crane) jatuh di komplek Masjidil Haram. Tragedi ini menelan korban 107 orang tewas dan 238 orang lainnya luka-luka. Pemerintah Arab Saudi menyatakan bahwa peristiwa crane tumbang setelah diterpa angin badai.
[caption caption="suasana melempar jumroh (sumbert: Tempo)"]
Melihat data musibah-musibah itu, rasanya pemerintah Saudi perlu mengevaluasi tata laksana dan standar keamanan pelaksanaan ibadah haji. Menurut hemat saya, tak ada salahnya pemerintah Saudi menggandeng negara-negara Islam agar ikut urun rembuk memikirkan haji yang aman dan nyaman.
Salah satu yang mesti dilakukan adalah peninjauan kembali jumlah kuota Jemaah haji yang sudah ditentukan bersama OKI. Menurut saya, kuota yang ditetapkan harus ditinjau kembali dengan melihat daya tampung kota Mekkah. Mengingat daya tampung kota Mekkah saya sih mengusulkan agar kuota tipa negara dipotong. (sudah saya tulis di sini).
[caption caption="Karbala saat Asyura (www.irdiplomacy.ir)"]
Bagaimana kota Karbala bisa mengatur jumlah peziarah yang sangat banyak itu? Itu sangat menarik dan layak untuk dipelajari. Toh tak ada salahnya untuk mencari sesuatu yang baik demi keselamatan Jemaah. maaf saya tak sedang membicarakan madhzabnya.
Saya sendiri tak tahu bagaimana Karbala bisa menampung dan menampung jemaah sedemikian banyak. Saya kutip saja dari salah seorang yang pernah berziarah ke Karbala dan juga pernah melaksanakan ibadah haji. Hamzah namanya.
Hamzah mengatakan, “Pengalaman waktu ziarah Karbala tahun lalu (2014) manusia yang jumlahnya 30 juta, tumpah ruah di satu tempat. Bisa dibayangkan bagaimana padatnya manusia. Tapi yang saya lihat semua berjalan dengan tertib dan kalau ada yang terjatuh, yang berdiri langsung angkat sorban sebagai isyarat bahwa ada yang terjatuh sehingga yang di belakangnya langsung berhenti. Jadi yang jatuh tidak sampai terinjak-injak. Ditambah lagi pesan-pesan yang selalu disampaikan oleh setiap kepala rombongan peziarah bahwa memberi kesempatan dan berkhidmat kepada sesame peziarah pahalanya sangat besar. Inilah mungkin yang membuat peziarah Imam Husein as. Jauh lebih tertib dibanding Jemaah haji”.
[caption caption="Arbain Imam Husein as. (Nairaland.com)"]
Salah satu hal yang kurang terlihat di Mekkah adalah masalah keterlibatan masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan ibadah haji hampir bisa dibilang tidak ada. Semua diatur oleh pemerintah walau banyak dermawan (khususnya di Arafah) namun terbatas pada memberikan makanan dan mushaf saja.
Seorang kawan yang pernah melakukan long march dari Najaf ke Karbala sejauh 75 km mengatakan, pada jarak sepanjang itu, hampir tidak ada orang yang tak menawarkan jasanya. Ada yang menyediakan air, makanan, tempat menginap hingga jasa memijat. Semuanya gratis. Untuk berkhidmat kepada peziarah Imam Husein katanya.