Persahabatan mereka menembus batas-batas etnis dan melawan norma segregasi yang umum berlaku di bawah pemerintahan kolonial. Di bagian ini, penulis seakan ingin menunjukkan bahwa kolonialisme adalah urusan orang dewasa, sementara bagi anak-anak, persahabatan dan kemanusiaan lebih penting daripada perbedaan ras atau status sosial. Anak-anak mampu melampaui aturan yang mengkotak-kotakan manusia dan menunjukkan bahwa pada dasarnya hubungan antar manusia lebih sederhana dan tulus, tanpa terbebani oleh strata atau prasangka sosial yang kompleks.
"Bogor Mengaduk Waktu"Â karya Avia Maulidia bukan hanya sekadar novel petualangan yang seru, tetapi juga sebuah karya yang akan membangkitkan kecintaan kita terhadap Kota Bogor.Â
Dengan alur yang membawa pembaca melintasi dua masa yang berbeda, novel ini memperkenalkan Bogor dalam nuansa kolonial dan modern secara bersamaan, menjadikan kota ini lebih dari sekadar latar cerita.Â
Elemen sejarah dan budaya yang disisipkan dengan cukup baik mampu membuat kita melihat Bogor dari sudut pandang baru, sebuah kota yang penuh dengan cerita dan kenangan.
Saya merekomendasikan buku ini juga untuk para pelajar, karena novel ini bukan sekadar cerita fiksi. Ia membuka pintu untuk mengenal sejarah dan budaya Bogor dengan cara yang menyenangkan.
Buku ini memberikan pemahaman bahwa sejarah adalah bagian dari identitas kita sebagai warga kota Bogor. Membaca "Bogor Mengaduk Waktu" bisa menjadi awal yang menarik untuk mencintai kota ini dan memahami warisan yang ada di sekitar kita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H