Mohon tunggu...
Sirajul Fuad Zis
Sirajul Fuad Zis Mohon Tunggu... Jurnalis - Public Relations

Penulis, Pengamat Komunikasi, Planner dan Akademis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendengarkan Berarti Menyembuhkan

1 Juni 2018   07:03 Diperbarui: 12 Januari 2023   11:54 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat pagi pembaca budiman di mana pun berada.

BENARKAH MENDENGAR DAPAT MENYEMBUHKAN?

Mendengar merupakan sebuah kajian komunikasi yang patut diperhatikan dengan seksama. Pendengaran yang diterima oleh komunikan secara jelas dan utuh akan membuat kharismatik dalam berkomunikasi. 

Seorang komunikan yang baik, lebih baik dari komunikator yang handal di depan panggung.

Sehebat apa pun pembicara, selalu fokus kepada apa yang sudah dia pahami secara keahlian, sedangkan para pendengar belum tentu ahli dalam bidang tersebut. Pendengar butuh mendengar pendapat yang di kemukakan oleh pembicara. Maka dari itu penting mendengar.

Kemampuan mendengar yang baik memiliki khasiat yang luar biasa bagi siapa pun yang mempuanyai masalah besar. Seorang penderita penyakit, selalu mengeluhkan masalahnya bahwa ia tidak sanggup lagi untuk bertahan hidup seakan masalah dia adalah masalah terbesar di dunia. 

Ketika ada kasus yang seperti ini, anda selaku orang yang mendampingi untuk selalu dapat mendengar keluhan-keluhan yang disampaikan. Para pendengar tidak perlu terlalu sering menjawab keluhan yang sedang penderita penyakit ceritakan. Para penderita bukan butuh jawaban dari anda, mereka hanya mau di dengarkan.

BELAJAR MENJADI PENDENGAR YANG BAIK

Penyakit yang dapat disembuhkan mendengarkan adalah yang bersifat emosional maupun fisik. Karena ketika para penderita telah meluapkan perasaan yang mendalam akan meringkan beban jiwa di alami. 

Sesungguhnya ketika salah satu bagian fisik sakit, gundahan dari jiwa mulai muncul untuk mengeluhkan penyakit yang sedang di derita. Sebab itu penting bagi pembaca budiman memberi kesempatan untuk membantu para penderita untuk didengarkan. Biarkan mereka luapkan semua emosi, perasaan, sehingga tubuh dan perasaan mereka ringan dan terasa lebih rileks.

Setiap orang harus mempunyai kesempatan untuk mengekpresikan perasaanya dan didengar pendapatnya (Pietch, : 97). Poin penting yang disampaikan oleh Pietch dalam buku Human Being adalah kesempatan berekpresi terhadap kejadian emosional yang sedang berproses pada perasaan yang menyatu dengan pemikiran.

Manusia lebih suka mengekpresikan suasana hatinya dengan menceritakan kepada orang yang dapa dipercaya, tetapi ketika orang suka mendengarkan masalah yang sedang dikeluhkan belum tentu kuat untuk bertahan sebagai pendengar.

CARA GENERASI MILINEAL BEREKPRESI

Hadirnya teknologi, membuat generasi milineal berekrpresi menggunakan media yang disediakan oleh para kreatif programmer yang membuat orang dapat menunjukkan eksistensi yang sedang mereka lakukan. Masing-masing fokus sudah di sediakan oleh para programmer. 

Bagi para milinieal yang mau menjadi artis, namun biaya terbatas ada apalikasi tiktok untuk mengungkapkan kegembiraan, bagi para travel mania dapat memamerken foto yang mereka ambil pada dunia instagram, bagi para traveler yang suka jalan-jalan tapi mempunyai uang terbatas, ada apalikasi couchsurfing untuk mencari penginapan gratis, bingung mencari pekerjaan? Sudah ada Linkdin sebagai media karir, bagi para personal yang hanya mau kegiatanya dilihat oleh orang yang dikenal dapat menggunakan status whatsapp baik memamerkan kesenangan, kesedihan, bahkan sindiran. 

Pertanyaannya adalah apakah dengan kehadiran kecanggihan pada era milinieal ini yang memberikan kesempatan berekpresi dan dan dapat dijangkau bagi pengikut makun media soisal mereka dapat menyembuhkan penyakit? Jawabanya menurut saya belum tentu. Karena belum terjadi komunikasi timbal balik baik secara langsung, dan media yang digunakan punya waktu jeda untuk membalas dan para audiens tidak dapat mendengarkan keseluruhan makna. bahkan tidak jarang di temukan status-status yang bersifat ambigu dan tidak jelas. seperti contoh kalimat status "coba saja dia tadi nggak datang, pasti aku tidak kena imbasnya...", ekpresi diri yang tidak diketahui oleh orang lain untuk siapa, sehingga banyak orang merasa ditujukan kepada dirinya. mengakibatkan kebakuan dalam berkomunikasi. 

MEMOTONG PEMBICARAAN

Saya pernah membaca pada sebuah buku karya Dale Carnagie bahwa salah satu karakter orang yang sombong adalah orang sulit mendengar. 

Mendengarkan memang butuh kesabaran dan skill, karena ketika mendengarkan ada sebuah delima yang sedang bergejolak pada perasaan manusia, perasaan bosan, marah, kesal dan iri. Oleh sebab itu, banyak kasus para pemotong pembicaraan, yaitu orang yang sedang diajak berkomunikasi selalu memberikan pengetahuan (sifat ke "aku-an") yang ia alami sebelum komunikator selesai berbicara. Pada tataran komunikasi efektif, memotong pembicaraan termasuk pelanggaran dan etika berkomunikasi secara interpersonal. 

Bahaya yang ditimbulkan dengan memotong pembicaraan orang lain adalah kesalah pahaman. Setelah salah pengertian yang disimpulkan dengan sendirinya membuat perasaan marah dan benci bahkan menimbulkan perdebatan. Hasil yang ditimbulkan adalah aura negatif. Bagi pembaca budiman, dahulu saya adalah orang yang selalu memotong pembicaraan orang, hasil pengetahun yang saya dapatkan sangat minim. 

Namun setelah membaca betapa pentingnya mendengar, saya menjadi belajar bahwa mendengar bukan hal sepele dalam berkomunikasi. 

Pesan komunikasi harus dimengerti oleh komunikan dan komunikator, kalau seorang tidak mengerti terhadap pesan yang disampaikan dianggap tidak ada terjadinya komunikasi (Spektrum Komunikasi, 1992 : 5). Memotong pembicaraan dapat mengganggu makna yang seutuhnya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Fisher (1986:343) makna merupakan konsep yang abstrak, yang telah menarik perhatian para ahli filsafat dan para teoretisi ilmu sosial selama 2000 tahun silam (Sobur 2001 : 19).

Saya saat ini tahan menjadi teman diskusi dengan para Doktor dan teman untuk menjadi pendengar yang baik selama waktu dua sampai tiga jam. Apa yang saya lakukan ketika tiga jam tersebut, saya menunjukkan simpati menganggukkan kepala dan menjawab jika lawan bicara bertanya.

Mencoba membayangkan ketika pendapat yang kita kemukakan di dengar dengan baik pasti akan merasa dihargai dan senang, perasaan demikian yang mengahatkan suasa komunikasi interpersonal. Membayangkan posisi ketika pendapat selalu di debat ketika belum selesai berbicara? Lebih baik diam saja.

Ya, Coba saja mendengar berarti menyembuhkan.

 Sirajul Fuad Zis

Daftar Bacaan :

  • Effendi, Onong Uchjana.1992. Spektrum Komunikasi. Penerbit Mandar Maju.
  • Pietch, William V.1989. Komunikasi Timbal Balik. Semarang : Dahara Prize.
  • Sobur. Alex.2001. Analisis Teks Media. Bandung : PT  Remaja Rosdakarya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun