Mohon tunggu...
Sirajul Fuad Zis
Sirajul Fuad Zis Mohon Tunggu... Jurnalis - Public Relations

Penulis, Pengamat Komunikasi, Planner dan Akademis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendengarkan Berarti Menyembuhkan

1 Juni 2018   07:03 Diperbarui: 12 Januari 2023   11:54 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia lebih suka mengekpresikan suasana hatinya dengan menceritakan kepada orang yang dapa dipercaya, tetapi ketika orang suka mendengarkan masalah yang sedang dikeluhkan belum tentu kuat untuk bertahan sebagai pendengar.

CARA GENERASI MILINEAL BEREKPRESI

Hadirnya teknologi, membuat generasi milineal berekrpresi menggunakan media yang disediakan oleh para kreatif programmer yang membuat orang dapat menunjukkan eksistensi yang sedang mereka lakukan. Masing-masing fokus sudah di sediakan oleh para programmer. 

Bagi para milinieal yang mau menjadi artis, namun biaya terbatas ada apalikasi tiktok untuk mengungkapkan kegembiraan, bagi para travel mania dapat memamerken foto yang mereka ambil pada dunia instagram, bagi para traveler yang suka jalan-jalan tapi mempunyai uang terbatas, ada apalikasi couchsurfing untuk mencari penginapan gratis, bingung mencari pekerjaan? Sudah ada Linkdin sebagai media karir, bagi para personal yang hanya mau kegiatanya dilihat oleh orang yang dikenal dapat menggunakan status whatsapp baik memamerkan kesenangan, kesedihan, bahkan sindiran. 

Pertanyaannya adalah apakah dengan kehadiran kecanggihan pada era milinieal ini yang memberikan kesempatan berekpresi dan dan dapat dijangkau bagi pengikut makun media soisal mereka dapat menyembuhkan penyakit? Jawabanya menurut saya belum tentu. Karena belum terjadi komunikasi timbal balik baik secara langsung, dan media yang digunakan punya waktu jeda untuk membalas dan para audiens tidak dapat mendengarkan keseluruhan makna. bahkan tidak jarang di temukan status-status yang bersifat ambigu dan tidak jelas. seperti contoh kalimat status "coba saja dia tadi nggak datang, pasti aku tidak kena imbasnya...", ekpresi diri yang tidak diketahui oleh orang lain untuk siapa, sehingga banyak orang merasa ditujukan kepada dirinya. mengakibatkan kebakuan dalam berkomunikasi. 

MEMOTONG PEMBICARAAN

Saya pernah membaca pada sebuah buku karya Dale Carnagie bahwa salah satu karakter orang yang sombong adalah orang sulit mendengar. 

Mendengarkan memang butuh kesabaran dan skill, karena ketika mendengarkan ada sebuah delima yang sedang bergejolak pada perasaan manusia, perasaan bosan, marah, kesal dan iri. Oleh sebab itu, banyak kasus para pemotong pembicaraan, yaitu orang yang sedang diajak berkomunikasi selalu memberikan pengetahuan (sifat ke "aku-an") yang ia alami sebelum komunikator selesai berbicara. Pada tataran komunikasi efektif, memotong pembicaraan termasuk pelanggaran dan etika berkomunikasi secara interpersonal. 

Bahaya yang ditimbulkan dengan memotong pembicaraan orang lain adalah kesalah pahaman. Setelah salah pengertian yang disimpulkan dengan sendirinya membuat perasaan marah dan benci bahkan menimbulkan perdebatan. Hasil yang ditimbulkan adalah aura negatif. Bagi pembaca budiman, dahulu saya adalah orang yang selalu memotong pembicaraan orang, hasil pengetahun yang saya dapatkan sangat minim. 

Namun setelah membaca betapa pentingnya mendengar, saya menjadi belajar bahwa mendengar bukan hal sepele dalam berkomunikasi. 

Pesan komunikasi harus dimengerti oleh komunikan dan komunikator, kalau seorang tidak mengerti terhadap pesan yang disampaikan dianggap tidak ada terjadinya komunikasi (Spektrum Komunikasi, 1992 : 5). Memotong pembicaraan dapat mengganggu makna yang seutuhnya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Fisher (1986:343) makna merupakan konsep yang abstrak, yang telah menarik perhatian para ahli filsafat dan para teoretisi ilmu sosial selama 2000 tahun silam (Sobur 2001 : 19).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun