Pembelajaran merupakan interaksi antara guru atau pendidik dengan siswa atau peserta didik dalam suatu lingkungan belajar. Dalam proses pembelajaran, seorang tenaga pendidik sudah tentu menerapkan keilmuan mereka -- dengan harapan agar peserta didik tetap berada di jalurnya. Selain itu, tenaga pendidik yang ideal umumnya juga mengaplikasikan sejumlah teori yang mendukung perkembangan peserta didik. Dua teori paling penting dalam hal ini adalah teori perkembangan kognitif dari Jean Piaget dan teori perkembangan bahasa dari Vygotsky. Kognitif sendiri merupakan proses internal yang tersedia dalam susunan pusat saraf yang berlangsung kala individu tengah berpikir (Agustyaningrum & Pradanti, 2022). Pernyataan tersebut dipertegas oleh Bad'iah (2021) yang menyatakan bahwa teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Sedangkan, bahasa adalah perkembangan yang mengikuti kognitif tersebut. Teori kognitif Jean Piaget dan teori bahasa Vygotsky telah diterapkan dalam pembelajaran.
Pada abad pertengahan yang bertepatan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, yaitu abad pertengahan perkembangan kognitif manusia mulai dikaji. Mengenai perkembangan kognitif, terdapat dua ahli yang membahas tentang perkembangan kognitif, mereka adalah Jean Piaget (1896-1980) dan Lev Semyonovich Vygotsky (1896-1934). Pendekatan yang digunakan oleh kedua ahli tersebut adalah konstruktivisme.
Pendekatan kontstruktivisme milik Piaget dan Vygotsky berbeda. Pendekatan konstruktivisme Piaget lebih menekankan pada teori adaptif konstruktivisme (konstruktivisme kognitif), sedangkan pendekatan konstruktivisme milik Vygotsky menggunakan pendekatan konstruktivisme sosial (sosio kultural).
1. Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
Menurut Jean Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem saraf. Dari teori yang dipaparkan oleh Jean Piaget dan Vygotsky, dapat diketahui bahwa teori konstruktivisme menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang merupakan bentuk (konstruksi) orang itu sendiri. Dalam proses pendidikan, teori ini masih dipakai, terutama pada pembelajaran yang memaksimalkan potensi peserta didik.
a. Aspek Dasar Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget, terdapat empat aspek dasar perkembangan kognitif, yaitu:
1). Kematangan / kemasakan
Kematangan / kemasakan merupakan pengembangan dari susunan sel syaraf. Contohnya, dari kemampuan melihat. Manusia bisa melihat karena sel saraf telah mencapai kematangan.Â
2). Pengalaman
Relasi timbal balik antara organisme dengan lingkungannya.
3). Interaksi / transmisi sosial
Interaksi / transmisi sosial yaitu adanya pengaruh yang diperoleh pada relasi dengan lingkungan sosial, seseorang dapat bertumbuh sebagaimana interaksinya dengan lingkungan sosial.
4). Ekuilibrasi
Ekuilibrasi merupakan kemampuan atau sistem dalam diri organisme agar dapat mempertahankan keseimbangan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Menurut Piaget, bahwa setiap organisme harus mencapai keseimbangan antara aktivitas organisme dengan lingkungan (atau sebaliknya) apabila ingin beradaptasi dengan lingkungannya. Peristiwa-peristiwa asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara padu, bersama-sama dan komplementer agar ekuilibrasi dapat terjadi.
b. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif:
1). Tahap Sensimotor (0-2 tahun)
Alat indera sensorik dan gerakan motorik menjadi pusat aktivitas kognitif anak pada saat berusia dua tahun yang ditandai oleh gerakan berupa respon langsung terhadap suatu rangsangan. Mereka mencari rangsangan tersebut dengan melalui sinar lampu dan suara. Melalui tindakan seseorang, mereka paham akan objek dan peristiwa. Selain itu, mereka cenderung memerhatikan sesuatu lebih lama, melihat dirinya sendiri adalah makhluk yang berbeda dari objek lain, dan sebagainya.
2). Pra-Operasional (2-7 tahun)
Pada tahap pra-operasional, anak-anak belum menggunakan manipulasi kognitif, tetapi dapat berpikir di tingkat simbolis, hal ini bisa dikatakan bahwa anak-anak tidak dapat menggunakan logika mereka, contohnya seperti menggabungkan, memisahkan, ataupun mengubah ide pikiran. Selain itu, melalui penggunaan bahasa simbolik berupa gambar dan kata lisan merupakan cara yang tepat untuk proses identifikasi pada tingkatan ini. Secara mental anak-anak juga sudah dapatÂ
 peristiwa dan objek yang terlibat dalam permainan simbolik pada akhir tahap ini.
3). Operasi Konkret (8-11 tahun)
Perkembangan pemikiran anak yang terorganisir dan rasional menjadi tanda perkembangan kognitif pada tahap ini. Tahapan konkret merupakan titik balik yang terpenting dan sebagai penanda awal perkembangan kognitif dan cara berpikir secara logis anak-anak. Pada tahap ini mereka tidak dapat berpikir secara abstrak, tetapi sudah dapat memecahkan masalah dengan masuk akal atau logis.
4). Tahap Operasi Formal (11 tahun ke atas)
Anak-anak sudah mampu menggunakan nalar mereka dan menarik kesimpulan melalui adanya informasi tanpa harus berhadapan secara langsung dengan objek maupun peristiwa. Keterampilan anak juga dapat dilatih melalui berhitung berhitungmatematis, berpikir kreatif dan bernalar abstrak , serta membayangkan akibat dari tindakan-tindakan tertentu.
Piaget berpendapat bahwa tahap demi tahap perkembangan kognitif merupakan perbaikan dan perkembangan dari tahap sebelumnya, maka dari itu setiap individu akan mengalami perubahan kualitatif yang bersifat invariant, artinya tetap dan tidak akan melompat-lompat atau mundur. Perubahan tersebut merupakan pengaruh dari faktor biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
e. Implikasi Teori Piaget dalam pembelajaran
Lingkungan belajar sebagai pendorong pengalaman dan partisipasi secara langsung oleh pesertaa didik diciptakan oleh pendidik, yang mana peserta didik tersebut menggunakan alat dan media. Anak-anak dapat dikatakan cukup dewasa dalam menalar dan manipulasi logis yang cenderung ke objek fisik yang nyata pada fase operasional konkret. Selain itu, mulai berkurangnya egosentritis dan meningkatnya kemampuan anak untuk melakukan tugas konservasi. Anjuran pembelajaran teori Piaget dianggap sebagai inti perubahan kurikulum Sekolah Dasar.Â
2. Perkembangan Kognitif Menurut VygotskyÂ
Perkembangan kognitif menurut Vygotsky yaitu sebagian besar anak-anak belajar dari budaya tempat tinggal mereka. Hal ini terbukti bahwa bahasa adalah komponen terpenting untuk pendampingan. Bahasa berperan penting sebagai alat belajar yang paling penting. Teori yang diperkenalkan Vygotsky berfokus pada tiga faktor, antara lain:
a. Budaya (Culture)
Vygotsky mengklaim bahwa budaya dan lingkungan sosial merupakan hal terpenting yang berpengaruh terhadap pembentukan pengetahuan seorang anak. Anak-anak dapat belajar melalui lagu, bahasa, kesenian, dan permainan. Vygotsky juga berpendapat bahwa anak-anak dapat belajar melalui interaksi dan kerjasama dengan orang lain.
b. Bahasa (Language)
Vygotsky menyatakan bahwa di balik perkembangan kognitif anak terdapat peran penting bahasa karena perkembangan bahasa memiliki kaitan yang erat dengan perkembangan kognitif. Ia juga berpendapat bahwa bahasa merupakan komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa menjadi alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain serta sebagai alat untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H