Apakah Saya Boleh Kecewa Dengan Perusahaan Terkenal ini?
Sebelumnya saya mohon maaf, apabila ulasan ini menyinggung para teknisi / crew layanan jasa dari perusahaan sekelas Ahass Honda. Barangkali ini semata hanya sebagai pembelajaran buat kita semua dari pengalaman yang pernah saya alami.
Tidak ada bermaksud untuk menyudutkan atau menjelekkan perusahaan tersebut. Dengan begitu, izinkan saya menjelaskan “kekecewaan” saya atas hasil servis sepeda motor yang pernah saya alami beberapa waktu lalu.
Judul yang diketengahkan di atas, itu dikarenakan pertanyaan yang pernah saya sampaikan lewat media social (medsos) yakni instagram dan X-twitter. Namun tidak ada mendapat jawaban sama sekali dari perusahaan besar sekelas dealer pabrikan Honda, sampai tulisan ini di buat.
Sehingga, rasanya mungkin tidak ada salahnya saya menuliskan ini sebagai wujud rasa kecewa atas tidak adanya jawaban dari pertanyaan sederhana yang pernah saya sampaikan. Kenapa tidak dijawab? Untuk hal ini saya pun tidak tahu.
Dari moto yang terkenal One Heart /satu hati rasanya apakah masih ada sebagai kekuatan untuk empati?
Baiklah, tanpa berpanjang lagi saya akan menjelaskan ceritanya.
Hari Sabtu siang, tanggal 24 Agustus 2024, saya dan isteri pergi ke tempat layanan resmi servis motor Honda di Medan. Ini adalah servis yang ke lima. Pada kilometer Honda sudah menunjukkan angka 12.000 km.
Untuk sekedar diketahui, motor kami jenis Honda Supra X 125. Dibeli baru di bulan November 2022. Dan nomor plat seri kendaraan keluar pada bulan Desember 2022. Berarti sudah 20 bulan.
Sudah mendapatkan servis gratis 3 kali serta oli gratis 1 kali di tempat resmi bengkel Ahass-Honda di Kota Medan. Dan, motor masih tahap kredit pelunasan.
Pada servis ke empat, saya lakukan di bengkel biasa. Termasuk ganti oli. Itu saat kilometer motor sudah 9000 km lebih. Hasilnya cukup memuaskan. Seiring berjalannya waktu kilometer motor sudah memasuki 12.000 km. Berarti kembali harus di servis.
Saya mengambil interval 3.000 km untuk pergantian oli. Sementara di buku petunjuk terlihat interval 4.000 km. Untuk bbm, saya selalu mengisi dengan pertamax. Hanya 2 kali mengisi dengan pertalite. Itu pun karena SPBU kehabisan pertamax.
Dan saya dengan isteri sepakat membawa kembali motor kami ke tempat servis resmi Honda yang berada tidak jauh dari rumah. Pelayanan ramah dari karyawannya menyambut kami di teras ruko bengkel tersebut.
Lalu ditanyakannya apa keluhan di motor. Saya jawab, gigi persneling motor agak keras saat oper dan masukkan gigi. Oleh petugas itu dicatat dan kemudian meminta STNK untuk administrasi di computer.
Kami diminta untuk menunggu sebentar karena ada motor yang lagi di servis. Tak lama motor kami pun di bawa ke dalam area servis. Sambil menunggu di teras, kami nyantai dengan gadget. Di bengkel ini juga disediakan wi-fi gratis.
Tak lama berselang (mungkin ± 30 menit) motor kami sudah selesai di servis. Motor lalu di test oleh teknisi bengkel. Saya melihat para teknisi di sini berusia muda, sekitar 20-an. Mungkin baru kerja 2-4 tahun dari tamat sekolahnya.
Setelah selesai di test dan melakukan pembayaran, saya cek keadaan ban motor. Tadi lupa meminta agar ban motor anginnya ditambahkan. Ternyata belum ditambahkan dan saya minta ditambahkan. Dan, kemudian angin ban motor diisi. Selesai.
Menjelang sore kami pun pulang. Motor sudah terasa enak dikendarai. Namun saat mengklakson suaranya agak sedikit tidak keras. Begitu juga kala mengoper ke gigi persneling 3, masih juga terasa keras.
Tapi saya berpikir, mungkin motor belum di bawa jalan terus karena baru di servis. Rencana mau pergi jalan-jalan malam minggu seputaran kota Medan akhirnya tidak jadi. Itu karena persneling gigi 3 saat di oper masih juga keras. Malah lebih keras dari sebelumnya.
Esok harinya, Minggu mau balik ke sana. Tapi kami urungkan, mengingat hari Minggu pasti tutup bengkel tersebut. Akhirnya kami tunda dulu. Baru lusanya, Senin kembali ke tempat bengkel servis tersebut.
Hari Senin, (25/08), setelah mengantarkan isteri kerja, saya kembali mendatangi bengkel tempat servis. Sesampai di sana saya terangkan keluhan pada motor. Lalu di cek kembali oleh teknisi dan memperbaikinya. Kemudian di test lagi.
Selesai di cek dan sudah tidak keras lagi, motor kembali saya test. Dan memang sudah tidak keras lagi saat masuk dan oper gigi 3. Selepas siang saya kembali jemput isteri. Dalam perjalanan ini, klakson motor terkadang bersuara keras lazimnya, dan terkadang sedikit berkurang kerasnya.
Tapi itu saya abaikan. Dan pada keesokkannya.
Selasa pagi (27/8), sehabis dari tempat foto copy dan mengantarkan kembali isteri ke tempat kerja, starter motor tidak bisa digunakan.
Kami berdua jadi heran. Aneh saya pikir. Kok tetiba saja lampu netral padam dan tidak bisa di starter. Padahal baru di servis. Tidak mungkin rasanya kilometer motor baru 12.000-an. Akhirnya motor dihidupkan dengan cara mengengkol.
Setelah mengantarkan isteri, saya pulang dulu ke rumah untuk cek keadaan aki/baterai (merk aki, GS). Ternyata tidak hidup juga. Karena saya masih memiliki motor lama (Revo) yang mana aki nya masih bagus, saya pasangkan ke motor tersebut. Hidup. Untuk merk baterai juga sama, GS.
Baterai yang mati itu saya bawa ke “bengkel rumahan” yang tidak jauh dari rumah. Setelah diteliti, tukang bengkel yang juga saya kenal itu mengatakan bahwa baterai ini kemungkinan sudah mati total. Untuk meyakinkan itu, beliau menyarankan coba bawa ke tempat cas baterai di dekat simpang BKN.
Lalu saya ke sana ke tempat cas aki tersebut. Oleh tukang servis aki /baterai itu di-testnya. Ternyata apa yang disampaikan oleh tukang bengkel sebelumnya itu, benar. Sama sekali padam. Saat di test pengecasan jarum ampere tidak bergerak. Lalu, di test memakai kabel yang digesekkan juga tidak ada api.
Dari sini saya mulai berpikiran agak curiga, apakah baterai motor kami di tukar oleh teknisi tempat servis tersebut? Mengingat area servis agak di dalam, dan klien menunggu di teras. Dengan kata lain kami tidak bisa melihat dari dekat karena terhalang meja kasir. (jarak teras tempat duduk kami dengan area servis berkisar ± 4 meter)
Sulit sekali untuk membuktikan.
Rabu, (28/8), kami kembali mendatangi bengkel servis tersebut. Kami ceritakan tentang aki yang mati. Kemudian, aki tersebut di test oleh teknisi. Dan memang yang saya duga aki tidak ada hidup sama sekali.
Saya tanyakan apa penyebabnya, mengingat kilometer motor baru 12.000. Oleh teknisi senior (mungkin supervisor) menerangkan bahwa penyebabnya; bisa jadi motor tiap hari digunakan terlalu lama, sering jalan jauh /ke luar kota, dan motor sekarang sudah memakai system injeksi.
Untuk diketahui, motor kami hanya 4 kali melakukan perjalanan ke luar kota. Pertama, akhir tahun 2022/ menjelang tahun baru 2023 ke Parapat, Danau Toba. Ke dua ke Gundaling, Berastagi di bulan dua tahun 2023. Ke tiga, ke Panatapan, dekat berastagi di bulan dua tahun 2024. Dan ke empat, ke Kota Binjei (17 km) di pertengahan tahun 2023.
Di luar dari pergi ke luar kota, motor kami ini rerata tiap hari p-p menempuh jarak 10 km. Artinya hanya rutin ke tempat kerja isteri. Termasuk antar jemput anak less. Sekali seminggu 20-30 km p-p. Hanya itu saja perjalanan jarak tempuhnya.
Keterangan jawaban teknisi / supervisor itu bagi saya tentu saja agak sulit bisa diterima. Namun, tujuan saya datang ke bengkel itu hanya ingin tahu penyebabnya. Lagian pula, saya tidak ingin pula berdebat. Percakapan ini tidak saya rekam penuh. Hanya diujung saja berupa kesimpulan.
Jawaban keterangan teknisi senior itu membuat saya jadi merasa kurang yakin kalau bukan dikatakan agak “lain”. Walaupun dia menyampaikan itu tetap dengan ramah.
Sebagai perbandingan saja.
Kalau memang sering digunakan terlalu lama dan ditambah bepergian jauh, rasanya tidak tepat juga. Sebagai contoh, motor Revo lama saya itu di beli tahun 2008. Selama pemakaian boleh dikatakan 1-2 kali tiap bulan pergi ke luar kota. Selebihnya tiap hari di bawa kerja dengan rerata jarak tempuh 50-80 km.
Mungkin pembaca tidak percaya, bahwa motor Revo lama saya itu sudah pernah melakukan perjalanan jauh yakni Padang – Medan – Padang (pp). Dan itu sudah 4 kali dilakukan. Pertama, pada April 2009 menjelang pemilu. Ke dua, November 2009. Ke tiga, Juli 2010. Dan ke empat, Januari 2011.
Untuk aki motor merk GS (aki kering). Selama itu aki tetap hidup. Baru padam pada pertengahan tahun 2012. Jadi ini hanya sekedar pembanding saja.
Tetangga saya dan juga saudara yang memiliki motor matic dan non matic injeksi, baterai nya masih aman-aman saja dan bertahan sampai 3 tahun lebih. Bagaimana dengan pembaca?
Jadinya, bolehkah saya agak curiga?
Dengan berazas “praduga tidak bersalah” saya mencoba menganalisanya. Ada kemungkinan itu bisa saja terjadi disaat kami tidak memperhatikan proses servis. Kemudian para teknisi menutupi pandangan dengan memunggungi ke arah teras / meja kasir.
Jika memang itu ada disengaja menggantikan baterai motor kami dengan baterai yang sudah soak, maka ini jelas bentuk pelanggaran pidana. Bukankah begitu?
Tetapi, saya memang tidak dapat membuktikannya. Dan memang ini sulit untuk dibuktikan. Kemungkinannya sangat tipis. Apakah ada CCTV di bengkel tersebut bisa diperlihatkan? Sejauh itu saya memang tidak menanyakan hal itu. CCTV memang ada.
Lalu, saya mencoba bertanya lewat medsos di hari itu juga. Lewat X-twitter dan ig, saya sampaikan perihal tentang berapa lama aki / baterai motor tahannya dan kenapa bisa padam alias mati total. Yang padahal kilometer masih 12.000. Sambil menunggu saya mencoba browsing internet tentang penyebab aki mati.
Berpikir kembali tentang moto One Heart / satu hati, sebagai wujud “mengikat” jalinan pelanggan rasanya ibarat nasi hangat yang dibiarkan. Yang kemudian jadi dingin. Bila tetap dibiarkan terus akan menjadi basi.
Saya juga membaca buku petunjuk Ahass-Honda. Disitu ada garansi mesin. Tetapi garansi tidak berlaku buat spare part, seperti aki, busi, kampas rem dan lain-lain. Saya baca juga kertas catatan servis dari tempat servis gratis. Di kertas tersebut ada kolom “saran ganti spare spart”. Salah satunya untuk aki tertera 24.000 km.
Di buku petunjuk saya melihat nomor seri rangka dan nomor seri mesin. Sayang sekali tidak ada nomor seri / kode baterai merk GS ditulis. Itu pikiran saya yang timbul.
Andaikan kalau itu ditulis, maka konsumen setia jadi merasa tidak khawatir jika ada teknisi yang nakal menggantinya. Pertanyaannya, apakah dikarenakan nomor seri aki / baterai tidak ditulis, itu merupakan kesempatan untuk menukarnya?
Wallahu alam bishawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H