Menurut Mak Ciek Nana, ayah Nana awalnya sulit masuk ke Meulaboh karena penjagaan ketat di perbatasan. Akhirnya berhasil masuk lewat keberangkatan udara untuk warga Aceh dari Medan.
Sesampai di Meulaboh ia mencari ke rumah sakit berharap bertemu dengan keluarganya. Tapi nihil. Akhirnya ia datangi ke tempat adiknya di Desa Paya Lumpat. Sekarang Ayah Nana balik ke Medan untuk mengurus sesuatu.
Menurut Mak Chiek tersebut, ayah Nana akan berhenti bekerja di Medan dan bekerja di Meulaboh.
Ketika mau maghrib, kami pun diminta untuk tidak balik dulu ke Meulaboh. Alasannya, besok kakek si Nana akan datang melihat cucunya.
Selain itu, ini untuk menghormati kami yang telah membantu dan mengantarkan dengan selamat. Ditambah lagi permintaan bocah si Nana ini untuk tinggal semalam.
Akhirnya, mau tak mau kami pun tinggal semalam disini. Sementara Pak Zainal kembali ke Meulaboh seorang diri untuk meneruskan pekerjaannya.
Kami yang berdua laki-laki nginap di mushala. Sementara Via nginap di rumah Mak Ciek Nana. Itu hari yang ke sembilan kami berada di Meulaboh.
Esoknya, saat sarapan pagi kami berkenalan dengan kakek Nana. Dilihat usianya sekitar 65 tahun. Beliau menyampaikan ribuan terima kasih atas upaya dan bantuan yang diberikan kepada cucunya. Hal ini tidak akan pernah kami lupakan seumur hidup.Â
Penulis pun terharu. Via yang berada disamping Nana ikut menangis. Sebab, Nana begitu dekat dengan Via.
Mungkin karena Via seorang anggota PMI kampus. Jadi cara perawatan dan penanganan korban dapat dijalankan dengan baik. Bahkan kalau penulis boleh bilang sepertinya Via seolah sudah dianggap "pengganti ibunya" Nana. Itu kira-kira penulis yang dapat simpulkan.Â
Kisi-kisi Suasana Lain.