Penulis mendengar cerita itu segera membantu percepatan proses administrasi. Beliau ternyata seorang pegawai di RSUD M. Jamil Padang bagian gizi. Ia pun mendapat rekomendasi dari rumah sakit tersebut untuk pindah kerja ke RSUD Meulaboh.
Terlihat juga dari mimik mukanya yang menahan sedih dan rindu keluarganya yang sampai saat itu belum dapat kabar. (Terakhir setelah sampai di Meulaboh keluarganya selamat, hanya sanak familinya yang jadi korban gempa dan tsunami).
Jadwal keberangkatan awalnya tanggal 5 Januari 2005 menggunakan moda transportasi laut, yakni kapal perang milik Angkatan Laut RI. Namun karena sesuatu hal, keberangkatan ditunda menjadi tanggal 9 Januari.
Tertundanya keberangkatan, karena kapal perang tersebut lagi perawatan mesin (servis). Boleh dibilang sekalian ganti oli mesin kapal. Jadi kami menunggu beberapa hari lagi.
Menjelang menunggu keberangkatan, ada 2 kali meeting dengan Pemko Padang. Dalam pertemuan itu diberikan arahan dan petunjuk saat bertugas sebagai relawan di Aceh nanti.
Walikota Padang, Fauzi Bahar yang juga mantan mariner, mengatakan bertugaslah dengan ikhlas dan tanpa pamrih membantu saudara-saudara kita di Aceh. Yang terpenting lagi mental dan fisik harus kuat.
Walikota ini pun menceritakan pengalamannya saat masih aktif di militer sebagai Angkatan Laut. Baik saat latihan maupun saat menuju medan konflik. Pernah dia sambil berlari dan berjalan melakukan ibadah sholat. Ketika itu memang waktu dan situasi sangat genting.
Tujuan beliau menceritakan ini, adalah agar relawan yang muslim tetap menjalankan ibadah sholat bagaimana pun keadaannnya. Tidak lupa pula mengingatkan untuk update perkembangan kegiatan relawan kepadanya.
Dari sekian nama-nama yang mendaftar, kemungkinan tidak semua bisa diberangkatkan. Bagi yang tidak lolos seleksi, masih bisa membantu yakni dengan mengatur logistic di gudang. Itu pun juga sudah menjadi amal bagi mereka yang tidak bisa berangkat.