Setelah beres, ibu saya terlihat sedang membuat susu hangat. Kemudian menyuruh saya untuk meminumnya dengan tambahan roti yang sudah disiapkan sebelumnya.
Pikir saya, alangkah perhatiannya ibu saya ini. Tadi diomelin dan sekarang di sayangin. Nyatanya memang begitulah. Lalu tak lama berselang saya disuruh ibu pergi ke dekat gudang. Saya pun sedikit jadi heran.
"Waang liek lah dakek gudang!" (Kau lihatlah dekat gudang), perintah ibu saya. Begitulah kata-kata yang masih saya ingat sampai sekarang.
Rasa penasaran pun semakin besar. Apa gerangan yang ada di dekat gudang?
Samping gudang sedikit gelap, karena saat itu sedang mati lampu. Lalu saya mengambil senter. Dan..., saya kaget bercampur gembira. Ternyata sebuah Sepeda.
Alangkah gembiranya saya saat itu. Bertepatan tak lama berselang lampu hidup. Terlihat jelas sepeda baru. Yaa, ini adalah hadiah dari ibu yang mana saya naik kelas enam SD dengan nilai raport naik signifikan. Meski tidak juara tapi masuk 10 besar.
Jadi saya pergi mancing tidak perlu lagi dengan sepeda lama. Selama pergi memancing terkadang saya bawa sepeda, tapi  lebih sering berjalan kaki. Jarak yang ditempuh ke lokasi mancing sekitar kurang 3 km.
Langsung saja saya tes sepeda baru tersebut. Sepeda yang orang-orang menyebutnya sepeda shanky. Rupanya ibu saya membelinya tak lama saya berangkat memancing pagi tadi.
Seiring dengan nilai raport sekolah yang bagus, rasa percaya diri saya meningkat lagi dengan hadirnya sepeda itu.
Itu adalah hadiah surprise bagi saya dari seorang ibu ketika masa kecil dulu. Sepeda itu cukup lama bertahan hingga sampai ke masa tamat sekolah SMA.
Masa  SMA /remaja.