Mohon tunggu...
Firdaus Tanjung
Firdaus Tanjung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memberi dan mengayuh dalam lingkar rantai kata

"Apabila tidak bisa berbuat baik - Jangan pernah berbuat salah" || Love for All - Hatred for None || E-mail; firdaustanjung99@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kompasiana, Ajang Navigasi Literasi Kita

20 November 2017   23:31 Diperbarui: 21 November 2017   00:06 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber; pixabay.com)

Di dalam navigasi darat akan ada peta dan kompas yang dijadikan pedoman di belantara hutan. Untuk itu maksimalkan dengan sebaik mungkin agar tidak tersesat. Dimana dan kemana arah kita tentu harus aman dan selamat sampai di tujuan.  

Ungkapan kalimat di atas tentu tidak asing bagi orang yang hobi sebagai penggiat di alam bebas. Jika hal itu dihubungkan dengan membangun budaya literasi rasanya tidaklah berlebihan sebagai petunjuk arah.

Di dalam tulis menulis tentu ada pedoman dan rambu-rambu yang harus diikuti agar tulisan kita tidak melenceng. Peta dan kompas merupakan alat pedoman dan rambu yang dimaksud.

Menjalani serta menyalurkan bakat dan hobi sebagai penulis, kompasiana merupakan ajang berlatih, berbagi, dan koneksi dalam navigasi literasi.

Bagi saya bakat dan hobi menulis memang sejak lama sudah ada. Hanya saja tidak terlalu perhatian pada masa dulu. Kesibukan pekerjaan membuat waktu untuk menulis dengan fokus tidak berkelanjutan.

Berawal dari seorang ustadz /mubaligh yang menyuruh saya mencoba menulis artikel atau opini di kompasiana. Saat itu sekitar bulan tiga tahun 2013, penulis sedang menambah jaringan penguat sinyal internet di Masjid Mubarak, Medan.

Setelah selesai pemasangan penguat sinyal (access point to point), diskusi berlanjut membahas seputar literasi yang kebetulan saat itu sedang di bahas dalam program kerja pengurus masjid.

Pak Murtiono atau Murti Sufi nama di medsosnya memperkenalkan kepada saya suatu jejaring situs berbagi di kompasiana. Beliau juga members yang baru juga di kompasiana saat itu (sekarang tidak aktif).

Dua bulan kemudian, tepatnya tanggal 7 Mei 2013 penulis mendaftarkan diri di kompasiana. Apakah sudah ada artikel saya di bulan itu ? Jawabannya belum ada. Saya masih kebanyakan membaca ulasan-ulasan artikel di kompasiana.

Ibaratnya, penulis sedang observasi lapangan dari model dan gaya bentang alam tulisan. Maksudnya kira-kira topik wacana apa yang cocok saya bidik atau kemukakan. Saat itu berita sepakbola sedang lagi hangat-hangatnya di bentang laman kompasiana.

Sebagai orang yang juga hobi di sepakbola, maka saya memulai mencoba menulis di kanal bola kompasiana. Tetapi tulisan itu lebih bersifat komen semata saja seperti di fb, belum dalam bentuk utuh sebagaimana ulasan artikel pada umumnya. Lebih tepat dikatakan sebagai uji coba, apakah bisa posting atau tidak. Yang saat itu ternyata bisa di publish.

Awal tulisan penulis di bulan Juli 2013 mengangkat seputar kekalahan Timnas senior yang kalah dramatis dalam uji coba dengan tim-tim klub Eropa. Kemudian baru berlanjut dengan prestasi sensasional Timnas U-19 yang berhasil keluar sebagai juara dalam kompetisi sepakbola AFF U-19 di Sidoarjo 2013.

Boleh dibilang kanal bola saat itu rate-nya begitu tinggi di kompasiana. Dengan kata lain mengalahkan issu-issu lain seperti politik dan sebagainya. Dari sini saya bertambah semangat dan terus mencoba mengulas beberapa artikel di kanal bola.

Sementara untuk perlombaan artikel yang berjalan ketika itu yang dikenal dengan blog competition (blogcomp) belum terlalu berminat bagi saya. Memang terpikirkan juga untuk mencobanya, tapi merasa belum "percaya diri".

Setahun kemudian baru saya mencoba ikut blog competition yang saat itu diadakan oleh salah satu BUMN seputar konversi gas elpiji. Meski tidak menang, dua artikel sempat saya ulas. Dari sini saya mulai merasa ada yang harus diperbaiki dalam penulisan artikel disamping memperhatikan tulisan-tulisan para pemenang.

Sejak itu mulai ada passion yang tumbuh, tapi memang belum banyak berbicara dalam bentuk artikel lain. Saya pun menyadari di media keroyokan kompasiana ini terdapat ajang pembelajaran. Dengan platform sharing and connecting kala itu betul-betul dirasakan manfaatnya.

Dari hal-hal yang luput atau tidak terperhatikan dalam teknik menulis mulai saya dapatkan dari tulisan-tulisan senior di kompasiana. Tentu saja para pemenang blogcomp kompasiana tidak luput jadi rujukan dalam teknik menulis.

Selain mendapat pertemanan, juga pengalaman penulis-penulis lain dapat dijadikan sebagai "kompas" yang terukur bagi saya. Dikatakan demikian, karena ada beberapa sudut pandang yang bisa dijadikan sebagai petunjuk dalam mencapai tujuan arah tulisan.

Agar tulisan kita tidak liar, "peta" merupakan landasan-landasan teori yang tersebar di kompasiana. Tinggal kita menentukan resection atau posisi kita di peta itu dimana pastinya. Untuk itu diperlukan beberapa bidikan kompas tulisan sebagai landasan dan acuan dari teori.

Kemudian setelah mengetahui posisi dari patokan teori yang di peroleh tadi, maka dilanjutkan dengan intersection yakni membidik sasaran yang kita tuju dalam tulisan kita. Misalkan, dalam menulis tentang banjir bandang yang melanda Lombok Timur baru-baru ini, maka diperlukan data dan informasi yang akurat (resection). Setelah mencukupi, langsung diarahkan (intersection) dalam tulisan yang bisa berbentuk reportase atau opini.

Dalam ilmu navigasi darat, olah data, tekhnik dan pengetahuan lainnya sangat krusial di lapangan. Bagi seorang penggiat di alam bebas, materi navigasi darat merupakan syarat mutlak dikuasai. Terlebih bagi yang suka dengan merintis jalur baru di hutan gunung.

Analogi di atas saya coba hubungkan dengan dunia menulis. Selama 4 tahun lebih bergabung di kompasiana wawasan saya seputar navigasi  literasi menjadi bertambah. Belum lagi masukan-masukan dari kompasianer lainnya yang sudah mumpuni yang kebetulan berada satu kota dengan saya di Medan.

Kompasianers itu ibaratnya bisa dikatakan sebagai kompas (patokan) bagi saya dalam hal menulis. Terlebih dengan terbentuknya komunitas Kompasiana Medan (Komed), sharing dan connecting menjadi terasah lagi. Karena disini akan terdapat semacam back azimuth (sudut kembali) yaitu berupa koreksi masukan agar kita tidak "melenceng" dari tujuan pokok bidikan sasaran tulisan.

Secara pengalaman, saya akui belum sekaliber dengan kompasianer lainnya. Walau demikian, ikhwal menorehkan sedikit banyaknya dalam blogcomp pernah juga penulis rasakan sebagai pemenang.

Ini jelas membuat saya sedikit lebih termotivasi lagi dalam melahirkan karya-karya yang tentu saja untuk kemasylahatan umat. Selain itu juga berperan membantu antisipasi dari berita-berita miring /hoax yang akhir-akhir ini masih berkeliaran di dunia maya.

Pengalaman lain yang boleh dikatakan surprise yaitu, saya pernah diminta menjadi pemateri dalam hal jurnalistik. Suatu hal yang tidak terduga sama sekali bagi saya, sekaligus suatu kehormatan tersendiri. Padahal ilmu belum seberapa untuk dijadikan sebagai pengajar dalam hal jurnalisme warga.

Namun, hal itu jadi tantangan pula bagi saya untuk mencoba berbagi ilmu. Bermula dari komunitas Jemaah Ahmadiyah lewat pengurus ibu-ibu Lajnah Imaillah (LI) pada bulan Februari 2017 yang lalu meminta kepada saya untuk memberi materi jurnalistik.

Ini mungkin dikarenakan saya suka sharing artikel di group Whatsapp (wag) Jemaah Ahmadiyah, terutama artikel-artikel dalam bentuk blogcomp.

Dengan bekal yang ada dan di tambah literatur dari kompasiana seperti karya Kang Pepih dan Mas Isjet, saya mencoba memadu racikan materi dalam tingkat dasar jurnalistik. Acara itu dimulai Sabtu (11/2/17) malam minggu bakda Isya atau pukul 20.30 WIB.

penulis saat berbagi materi jurnalistik dasar kepada jemaah komunitas Ahmadiyah, Sabtu (11/2/17). [ dok. pribadi]
penulis saat berbagi materi jurnalistik dasar kepada jemaah komunitas Ahmadiyah, Sabtu (11/2/17). [ dok. pribadi]
Untuk lebih menyerap materi, saya berusaha membangun komunikasi dua arah. Artinya, selesai satu materi dilanjutkan denga tanya jawab langsung. Bertujuan untuk tidak kaku dalam belajar mengajar. Selain itu saya bisa melihat perkembangan dari peserta sejauh mana pemahaman materi.

Padahal jujur saja ini pertama kali saya menyampaikan materi jurnalistik dasar di komunitas Ahmadiyah. Belum pernah dilakukan pada organisasi lain. Tapi ini tidak menyurutkan saya dalam berbagi ilmu. Tujuan utama saya adalah sebagai ladang amal jairiyah semata.

Alhamdulillah, antusias peserta lumayan dalam memberi respon dan pertanyaan. Saya sengaja tidak langsung menjawabnya tapi melemparkan lagi kepada peserta.

Bila ada peserta menjawab meski kurang tepat, saya tinggal memoles atau menambahkan saja. Disinilah maksud dari komunikasi dua arah tadi. Atau peranan dari navigasi literasi itu terlihat pada wawasan peserta sebagai bidikan kompas saya.

Durasi yang diberikan panitia untuk pemberian materi awalnya dua jam. Tapi dalam ekspose dan tanya jawab  ternyata tidak mencukupi yang akhirnya waktu ditambah. Hampir sekitar tiga jam  jadinya.

Secara tidak langsung saya telah ikut memperkenalkan kompasiana kepada para peserta. Disini saya tekankan juga kepada peserta silahkan coba menulis di kompasiana. Nanti akan terasa nuansa berbagi. Saya contohkan lagi, penulis-penulis di kompasiana tidak saja di huni oleh pakar-pakarnya tapi juga banyak yang perdana sebagai debutan pemula.

Singkatnya, saya sampaikan dari amatir sampai yang senior berkumpul di sana. Tidak ada ditemukan kesan membuli, malah yang ada saling respek positif. Ada penulis yang tidak terkenal, suatu ketika menjadi terkenal berkat blog keroyokan kompasiana ini.

Dari sini dapat saya simpulkan bahwa  dunia literasi sudah mulai disadari oleh sebagian masyarakat. Selama ini mungkin bersifat ansich saja bagi saya. Ibarat sebagai petualang di alam terbuka menjelajah di tengah-tengah hutan hanya bisa menikmati sendiri saja.

Tapi setelah menerapkan sharing and connecting materi itu, membuat saya merasa terpacu lagi meningkatkan wawasan pengetahuan.

Satu hal lagi yang patut saya syukuri lagi yaitu, saat ini saya ditunjuk kembali sebagai pemateri dalam lanjutan pelatihan menulis /jurnalistik di Masjid Mubarak- Medan dalam waktu dekat ini. Pelatihan ini bisa jadi dalam bentuk workshop kecil sebagai lanjutan dari materi yang lalu. (Inshaa Allah)

Program ini dirancang dalam rangka tarbiyat anggota jemaah Ahmadiyah Cabang Medan dan sekitarnya. Terutama kalangan pemuda dan pemudinya. Dalam program pengurus masjid sebelumnya telah di bahas dan disetujui serta mendapatkan prioritas.

Sungguh suatu penghargaan yang tak ternilai lagi bagi saya atas kepercayaan yang diberikan pengurus masjid kepada saya. Padahal notabene saya masih ada kekurangan dan sedang berusaha terus mengasah dan belajar dalam membangun budaya literasi.

Semoga amanah itu bisa saya jalankan dengan baik. Nyata sekali dirasakan, bahwa kompasiana dalam usianya yang ke 9 tahun dengan platform beyond blogging sekarang ini, telah menjadi rumah dan ajang navigasiliterasi bagi siapa saja yang membutuhkannya. 

Wassalam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun