Kompasianers itu ibaratnya bisa dikatakan sebagai kompas (patokan) bagi saya dalam hal menulis. Terlebih dengan terbentuknya komunitas Kompasiana Medan (Komed), sharing dan connecting menjadi terasah lagi. Karena disini akan terdapat semacam back azimuth (sudut kembali) yaitu berupa koreksi masukan agar kita tidak "melenceng" dari tujuan pokok bidikan sasaran tulisan.
Secara pengalaman, saya akui belum sekaliber dengan kompasianer lainnya. Walau demikian, ikhwal menorehkan sedikit banyaknya dalam blogcomp pernah juga penulis rasakan sebagai pemenang.
Ini jelas membuat saya sedikit lebih termotivasi lagi dalam melahirkan karya-karya yang tentu saja untuk kemasylahatan umat. Selain itu juga berperan membantu antisipasi dari berita-berita miring /hoax yang akhir-akhir ini masih berkeliaran di dunia maya.
Pengalaman lain yang boleh dikatakan surprise yaitu, saya pernah diminta menjadi pemateri dalam hal jurnalistik. Suatu hal yang tidak terduga sama sekali bagi saya, sekaligus suatu kehormatan tersendiri. Padahal ilmu belum seberapa untuk dijadikan sebagai pengajar dalam hal jurnalisme warga.
Namun, hal itu jadi tantangan pula bagi saya untuk mencoba berbagi ilmu. Bermula dari komunitas Jemaah Ahmadiyah lewat pengurus ibu-ibu Lajnah Imaillah (LI) pada bulan Februari 2017 yang lalu meminta kepada saya untuk memberi materi jurnalistik.
Ini mungkin dikarenakan saya suka sharing artikel di group Whatsapp (wag) Jemaah Ahmadiyah, terutama artikel-artikel dalam bentuk blogcomp.
Dengan bekal yang ada dan di tambah literatur dari kompasiana seperti karya Kang Pepih dan Mas Isjet, saya mencoba memadu racikan materi dalam tingkat dasar jurnalistik. Acara itu dimulai Sabtu (11/2/17) malam minggu bakda Isya atau pukul 20.30 WIB.
Padahal jujur saja ini pertama kali saya menyampaikan materi jurnalistik dasar di komunitas Ahmadiyah. Belum pernah dilakukan pada organisasi lain. Tapi ini tidak menyurutkan saya dalam berbagi ilmu. Tujuan utama saya adalah sebagai ladang amal jairiyah semata.
Alhamdulillah, antusias peserta lumayan dalam memberi respon dan pertanyaan. Saya sengaja tidak langsung menjawabnya tapi melemparkan lagi kepada peserta.
Bila ada peserta menjawab meski kurang tepat, saya tinggal memoles atau menambahkan saja. Disinilah maksud dari komunikasi dua arah tadi. Atau peranan dari navigasi literasi itu terlihat pada wawasan peserta sebagai bidikan kompas saya.