Psykologi jiwa akan mempengaruhi terutama kepada anak-anak dan wanita. Merekalah yang sangat rentan dari dampak bencana demikian. Katakanlah seperti peristiwa gempa bumi yang melanda Sumatera Barat pada 30 September 2009 yang lalu. Kepanikkan luar biasa terjadi secara “massiv” ditengah masyarakat.
Penulis jadi teringat sewaktu tinggal di Kota Padang, ketika gempa bumi 7,6 SR (Skala Richter) melanda Sumatera Barat pada 30 September 2009 yang lalu. Sehingga gempa ini dijuluki Gempa G-30-S 2009. Saat sore itu, cuaca cerah di kota Padang. Penulis saat itu berada di jalan dengan sepeda motor menuju kantor.
Awalnya penulis tidak merasakan ketika awal gempa datang. Tetapi ada yang dirasa aneh, yakni tiba-tiba banyak warga yang keluar berhamburan baik dari rumah, ruko, ataupun kantor. Reflek naluri penulis mengatakan ini ada gempa. Penulis melambatkan laju motor dan berusaha menghentikannya.
Benar rupanya. Disaat itulah penulis merasakan gempa yang hebat. Bumi seolah berayun ke kiri dan ke kanan. Dan penulis pun jatuh dari motor akibat tidak kuat menahan beban motor. Beruntung motor sudah posisi berhenti dan dengan refleks penulis sedikit melompat menghindari tertimpa motor.
Warga Kota Padang saat itu memang dibuat panik. Kemacetan luar biasa di beberapa titik Kota Padang tidak dapat dihindari. Bahkan saking paniknya ada warga meninggalkan kendaraan mobilnya begitu saja dalam keadaan hidup dipinggir jalan. Tak sedikit juga ada warga berpakaian ala kadarnya di tubuh. Semua bergegas dengan cepat menuju arah Timur Kota Padang untuk menghindari gelombang tsunami pasca gempa.
Artinya telah terjadi zona subduksi (tumbukkan) yang baru akibat sesar aktif dari Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke lempeng Eurasia. Dan ter-subduksi lagi dengan patahan di Sumatera (patahan semangko). Sehingga goyangan begitu hebat dan dirasakan sampai ke negara tetangga seperti Singapura, Thailand dan Malaysia.
Kogami yang berkantor pusat di Kota Padang yang didirikan 4 Juli 2005 telah memberikan andil pengetahuan tentang mitigasi bencana. Bahkan saking pentingnya komunitas ini dalam peranan membangun masyarakat dalam siaga bencana, stasiun Radio milik pemerintahan yakni RRI (Radio Republik Indonesia) sering mengadakan talk show serta diskusi interaktif dengan masyarakat.