Mohon tunggu...
Fristian Shamsapeel Griec
Fristian Shamsapeel Griec Mohon Tunggu... -

I am me, \r\nI left 'my home' to find 'my own home'

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dia Memang Bertarif Bung

25 Juli 2011   12:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:23 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berapa hargamu?

Begitu seseorang bertanya padanya

Segera ditaksir olehnya harganya

Senyum termanis coba diberikannya, sembari menyebut harga

Agar tak terlalu mahal dirasa, ujarnya ...

Disepakati satu harga diantara mereka

Satu harga ...

Untuknya yang menjaja di pinggiran jalan yang sedikit remang

Untuknya yang menjaja berbalut kain minim yang tak cukup menutupi tubuhnya

Harga dalam keping mata uang bernilai tertentu

Bernilai tertentu atas dirinya yang dijaja itu...

Dijajanya dirinya ...

Di setiap hitungan waktu, bernilai tertentu

Dirinya memang bukan angkot atau bus antar kota yang bertarif

Tapi...

Dirinya memang bertarif, bung...

Tarif, menaksir harga dirinya

Dijajanya dirinya ...

Beragam betul alasan dia menjajanya

Ada, demi sesuap nasi

Ada, demi beli ini, beli itu

Dirinya memang bertarif, bung...

Tarif demi keping-keping duit

Dia yang menjaja itu berujar alasan untuk membenar

“saya di desak oleh perut yang kriuk-kriuk pertanda sedang kosong, jadi saya beli makan dengan apa?”,

“saya butuh keping-keping duit itu”

“saya tak punya ilmu”

“Saya tak terampil”

“Hanya menjaja ini yang saya bisa”

Dia yang menjaja itu...

Tak dilihatnya pilihan yang diberi Tuhan

Pilihan yang lebih baik, bahkan terbaik

Menjaja itu tak dilarang-Nya,

Tapi...

Bukan diri yang dijaja...

Dia yang menjaja itu...

Tak disadarinya, Tuhan telah memberi harga atas dirinya

Tinggi nilainya... , tinggi sekali

Dicipta-Nya manusia bersamaan dengan harga atas dirinya

Bisa ditaksir tetap tinggi, jika lakunya bernilai tetap tinggi

Bisa ditaksir lebih tinggi, jika lakunya bernilai lebih tinggi

Harga atas diri itu anugerah, bung...

Senilaikah, harga atas diri dengan keping-keping duit itu?

Tidak, mutlak tidak

Adakah alasan yang membenar menjaja diri?

Tidak, mutlak tidak ada

Tanyakan rasaku, tanyakan rasamu

Tanyakan pikirku, tanyakan pikirmu

Tak ada yang berkata “iya, menjaja diri itu benar”

Dia memang bertarif, bung...

Tarif, menaksir harga dirinya

Tapi...

Kita memang bukan Tuhan, bung...

Tak pantas menaksir harga atas dirinya

Taksiran harga atas dirinya yang paling hakiki

Bukan rasaku, bukan rasamu

Bukan pikirku, bukan pikirmu

Dia...bung

Dia yang memberi harga atas diri kita semua

Taksiran harga atas diri yang hakiki ada pada-Nya
-Fristian Shamsapeel Griec-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun