Hai, perkenalkan namaku Mentari dan usiaku menginjak 13 tahun. Aku bersekolah di kota kelahiran ku. Nama sekolah ku itu SMP N 4 Lembor lho. Teman-teman tahu gak lokasinya? Sekolah saya itu terletak di Desa Wae Wako, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar).
Bila teman-teman penasaran dengan sekolah ku, yuk nanti liburan panjangnya main ke tempatku yah kak. Dijamin kamu pasti suka deh. Sekarang aku ingin berkisah lebih jauh tentang kota kelahiranku ya. I hope you like my history...
Teman-teman ceritaku mungkin berbeda dengan kalian. Di kota kelahiranku, semua yang dibutuhkan susah untuk di jangkau lho. Sebut saja air bersih, di sini sulit sekali mendapatkanya. Di tambah lagi bila musim kemarau datang, haduh tanah di desaku pasti kering kerontang.
Sementara untuk penerangan di malam hari, kami menggunakan lampu pelita. Tahu kan lampu pelita? iya yang itu, yang pakai minyak tanah dan ada sumbunya juga. Yang kalau kita bangun di pagi hari tetiba hidung jadi hitam aja. hihihi
Tak hanya itu lho kak, bila berangkat ke sekolah kami berjalan melewati jembatan gantung. Soalnya kalau gak gitu, ya gak bisa ke sekolah deh. Benar-benar miris kan, kak?
Tetapi, karena sudah terbiasa dengan pola hidup seperti itu, kami mah woles aja menjalaninya. Senyum kami tak pernah redup. Meski kami tertinggal dalam segala hal, tapi kami selalu berbagi dalam kesederhanaan. Bu Guru selalu mengajarkan kami agar gak boleh pelit kepada sesama.
Oh, ya hampir lupa, di desaku mata pencaharian penduduknya beragam. Ada yang bertani jambu mete, kemiri, dan menanam kayu jati. Ada juga yang beternak sapi, kerbau, kambing, ayam, dan anjing. Pokoknya beragam banget lho kak.
Kota kelahiranku masih tertinggal
Hemm.. Oleh karena tertinggal kami acap kali mengandalkan apa adanya untuk bertahan hidup. Istilahnya gak boleh mengalah pada keadaan. Desa ini jugalah yang menjadi saksi kehidupanku dan dengan setia memberi dukungan agar aku tetap tersenyum dan mensyukuri segala berkat.
Orang-orang di desa kelahiranku lebih senang untuk mondok di kebun. Itu lho kak rumah swadaya yang dibangun di kebun. Di tempatku namanya 'sekang'. Kalau ditempat kakak namanya apa?
Dan bila musim jambu mete berbuah, wah ramai banget tuh kak. Mete biasanya berbuah sekitar bulan Agustus-Oktober. Semua beramai-ramai memungut buah mete yang jatuh untuk kemudian di jual ke pedagang yang mencari buah tersebut.
Uniknya pula, di desa kelahiranku ketika mengadakan acara adat, terlepas acaranya kecil atau besar, tuan pesta biasanya menyembelih sapi sebagai jamuannya. Terus semua tamu yang datang, wajib membawa gula dan beras.