Mohon tunggu...
Friska Tau
Friska Tau Mohon Tunggu... Guru - Guru

Mengajar di pelosok Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Namaku Mentari

9 November 2020   15:40 Diperbarui: 9 November 2020   16:06 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hai, perkenalkan namaku Mentari dan usiaku menginjak 13 tahun. Aku bersekolah di kota kelahiran ku. Nama sekolah ku itu SMP N 4 Lembor lho. Teman-teman tahu gak lokasinya? Sekolah saya itu terletak di Desa Wae Wako, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar).

Bila teman-teman penasaran dengan sekolah ku, yuk nanti liburan panjangnya main ke tempatku yah kak. Dijamin kamu pasti suka deh. Sekarang aku ingin berkisah lebih jauh tentang kota kelahiranku ya. I hope you like my history...

Teman-teman ceritaku mungkin berbeda dengan kalian. Di kota kelahiranku, semua yang dibutuhkan susah untuk di jangkau lho. Sebut saja air bersih, di sini sulit sekali mendapatkanya. Di tambah lagi bila musim kemarau datang, haduh tanah di desaku pasti kering kerontang.

Sementara untuk penerangan di malam hari, kami menggunakan lampu pelita. Tahu kan lampu pelita? iya yang itu, yang pakai minyak tanah dan ada sumbunya juga. Yang kalau kita bangun di pagi hari tetiba hidung jadi hitam aja. hihihi

Tak hanya itu lho kak, bila berangkat ke sekolah kami berjalan melewati jembatan gantung. Soalnya kalau gak gitu, ya gak bisa ke sekolah deh. Benar-benar miris kan, kak?

Tetapi, karena sudah terbiasa dengan pola hidup seperti itu, kami mah woles aja menjalaninya. Senyum kami tak pernah redup. Meski kami tertinggal dalam segala hal, tapi kami selalu berbagi dalam kesederhanaan. Bu Guru selalu mengajarkan kami agar gak boleh pelit kepada sesama.

Oh, ya hampir lupa, di desaku mata pencaharian penduduknya beragam. Ada yang bertani jambu mete, kemiri, dan menanam kayu jati. Ada juga yang beternak sapi, kerbau, kambing, ayam, dan anjing. Pokoknya beragam banget lho kak.

Kota kelahiranku masih tertinggal

Hemm.. Oleh karena tertinggal kami acap kali mengandalkan apa adanya untuk bertahan hidup. Istilahnya gak boleh mengalah pada keadaan. Desa ini jugalah yang menjadi saksi kehidupanku dan dengan setia memberi dukungan agar aku tetap tersenyum dan mensyukuri segala berkat.

Orang-orang di desa kelahiranku lebih senang untuk mondok di kebun. Itu lho kak rumah swadaya yang dibangun di kebun. Di tempatku namanya 'sekang'. Kalau ditempat kakak namanya apa?

Dan bila musim jambu mete berbuah, wah ramai banget tuh kak. Mete biasanya berbuah sekitar bulan Agustus-Oktober. Semua beramai-ramai memungut buah mete yang jatuh untuk kemudian di jual ke pedagang yang mencari buah tersebut.

Uniknya pula, di desa kelahiranku ketika mengadakan acara adat, terlepas acaranya kecil atau besar, tuan pesta biasanya menyembelih sapi sebagai jamuannya. Terus semua tamu yang datang, wajib membawa gula dan beras.

Kebiasaan seperti ini sudah terpelihara sedari zaman moyang kami dulunya.

Selain itu, penduduk di tempat saya punya kebiasaan (berkesadaran pada mitos masyarakat setempat) mengatai cewek single begini" Nona, kalau sudah berada di sebelah sungai besar berarti tidak akan kembali. Artinya, cewek tersebut pasti akan menikah dengan cowok yang ada di desaku". Hihihi

Bintangku, satu pintaku bahwa engkau akan selalu dalam sanubariku. Meskipun aku belum memberikan apa-apa untuk buatmu bahagia. Aku akan selalu punya angan agar dunia mengenalmu. Mengenalmu sebagai bintang yang selalu ada bersama cahayamu.

Dunia harus tahu bahwa ternya bintangku punya andil besar untuk mengubah dunia. Meski perlahan dan tertatih, tapi selalu ada harapan untuk pembaruan. Apapun itu aku mencintaimu. Berlayar bersama asa untukmu kotaku.

Nah, demikian saja cerita ini dibuatkan ala kadarnya ya kak. Salam hangat peluk cinta untuk kalian semua. Mentari tunggu cerita kalian yah.. Bye kak:)

*Penulis: Mentari (nama pena), murid saya di SMP- N 4 Lembor*

Tulisan sebelumnya ditayangkan di website Pribadi [link].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun