Eutrofikasi dapat memiliki dampak negatif, seperti penurunan kualitas air, penurunan oksigen terlarut, dan mengganggu keseimbangan ekosistem perairan. Pertumbuhan alga yang berlebihan dapat menutupi permukaan air, menghambat sinar matahari yang masuk ke dalam air, dan mengganggu pertumbuhan organisme lainnya. Hal ini dapat mengubah struktur ekosistem, mengurangi keanekaragaman hayati, dan mengancam kelangsungan hidup ikan dan organisme perairan lainnya.
DAMPAK DARI DISTRIBUSI KJA YANG BERLEBIHAN
PARAMETER FISIK DAN KIMIA PERAIRAN DANAU TOBA
Tingginya nilai parameter BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) dalam sampel air Danau Toba juga  menunjukkan adanya pencemaran berat oleh bahan-bahan organik. Khususnya, perairan tercemar oleh bahan organik yang tinggi, menyebabkan penurunan kualitas air. Pencemaran ini diduga kuat berasal dari kegiatan perikanan yang menggunakan keramba jaring apung, baik dari sisa pakan ikan maupun kotoran ikan (13,14). Nilai BOD dan COD yang tinggi telah melebihi batas mutu air untuk air minum dan juga baku mutu untuk tujuan rekreasi air di perairan Danau Toba, terutama di wilayah Kabupaten Toba Samosir.Â
Pencemaran bahan-bahan organik dalam suatu badan air dapat teridentifikasi melalui peningkatan nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand), serta penurunan konsentrasi oksigen terlarut (DO) dalam badan air. Penurunan konsentrasi oksigen terlarut terjadi karena oksigen terlarut digunakan untuk proses dekomposisi bahan pencemar organik di dalam badan air, sehingga jumlah oksigen terlarut tersebut berkurang.
Hasil pengukuran DO pada penelitian ini menunjukkan kisaran konsentrasi antara 6,2-6,8 mg/l, yang masih memenuhi baku mutu yang berlaku dengan nilai minimum 6 mg/l. Secara teoritis, berdasarkan pengukuran in-situ terhadap suhu badan air yang berkisar antara 25,9-26,7 C, seharusnya nilai DO di lokasi sampling mendekati konsentrasi maksimal (jenuh) dalam kisaran 7,90-8,00 mg/l (16).Â
Namun, hasil pengukuran aktual menunjukkan nilai DO dalam kisaran 6,2-6,8 mg/l. Ketidakmampuan mencapai atau mendekati konsentrasi jenuh tersebut diduga disebabkan oleh penggunaan oksigen hasil fotosintesis dan difusi udara oleh bakteri untuk mendegradasi bahan organik pencemar yang menghasilkan fosfor-inorganik, nitrogen-inorganik, H2S, dan gas-gas lainnya.
Konsentrasi total fosfat dalam badan air Danau Toba berkisar antara 0,030-0,070 mg/l. Dibandingkan dengan baku mutu air untuk air minum (0,01 mg/l) dan baku mutu untuk sarana dan prasarana rekreasi air (0,03 mg/l), ini menunjukkan bahwa air Danau Toba di wilayah tersebut sudah tidak layak digunakan sebagai sumber air minum dan untuk sarana rekreasi. Namun, jika kita melihat konsentrasi total nitrogen yang berkisar antara 0,249-0,562 mg/l, air Danau Toba masih memenuhi baku mutu untuk air minum dan sarana rekreasi air.Â
Baku mutu yang berlaku untuk air minum adalah 0,065 mg/l, sedangkan untuk sarana rekreasi adalah 1,90 mg/l, keduanya lebih tinggi dari konsentrasi yang ditemukan. Secara umum, konsentrasi total fosfor dan nitrogen yang tinggi dalam perairan tidak diinginkan. Hal ini disebabkan oleh potensi stimulasi pertumbuhan fitoplankton yang cepat akibat konsentrasi fosfor dan nitrogen yang tinggi, yang pada akhirnya dapat menyebabkan algal bloom. Algal bloom merupakan pertumbuhan alga yang berlebihan dan dapat mengganggu kualitas air dan ekosistem perairan secara keseluruhan.
STRUKTUR KELIMPAHAN FITOPKANKTON DI SEKITAR DANAU TOBA