Air matanya mulai berambai-ambai di pipinya, setetes demi setetes jatuh ke pipinya yang lembut, tangannya yang anggun tak mampu menyeka air matanya. Mungkin, hanya lelaki itu yang bisa menyeka air mata gadis itu. Reina pun terbaring Reina lemas, dan berdoa. ya Tuhan, mengapa yang aku dapat tidak sesuai, dengan harapan kedua orang tuaku. mengapa aku malah dijodohkan dengan orang yang tak aku cintai? taklukan hati orang tuaku agar mereka bisa menerima Dinar lelaki yang aku cintai." Di dalam hatinya Reina terus berkata-kata seraya memejamkan mata, hingga akhirnya terlelap.
  Seminggu telah berlalu. Reina tak banyak bicara dengan ibunya, karena kejadian malam itu. Namun, Reina terus berupaya bagaimana cara menaklukan hati orang tuanya. Ya, meski menaklukan hati mereka ibarat mengambil besi dalam tumpukan api. Setelah dipikir-pikir akhirnya gadis itu menemukan ide yaitu, membawa lelaki itu ke rumah, untuk di perkenalkan langsung kepada kedua orang tuanya.
 Bel pintu berbunyi. tanpa basa basi Reina langsung membuka pintu tersebut. Ternyata yang datang itu adalah Dinar. Dengan ramah, gadis itu mempersilahkan lelaki untuk masuk ke dalam rumah. Orang tua gadis itu, sangat kaget dengan kedatangan lelaki itu. Tanpa berlalu lama Reina memperkenalkan lelaki itu dengan orang tuanya. Dan dengan ramah dan bersikap sopan lelaki itu menyahutnya.Â
"Saya Dinar, pacarnya Reina. Maaf sebelumnya kalau baru kali ini saya bertamu ke rumah bapak dan ibu. Karena, sibuk dengan urusan pekerjaan yang tak habisnya, sehingga aku tak sempatkan waktu untuk bertamu ke rumah, dan kami hanya menjalani hubungan interlokal saja."Â
 Begitupun sebaliknya perbincangan mereka terus berlangsung, hingga hadirnya tawa riang diantara mereka. Seiring berjalannya  waktu ayah Reina sering mengajak  lelaki itu untukbertamu ke rumah mereka. sepertinya, orang tua Reina sudah menyukai kehadiran lelaki tersebut, Hingga lelaki itu meluangkan waktu dan pekerjaanya demi gadis itu
   Reina melihat orang tuanya  sudah mulai  menyukai pria yang di cintainya. Sudah  sedikit lega  untuk menaklukan hati orang tuanya akhirnya sedikit berhasil. Apalagi, di dukung dengan sikap Dinar yang sopan dan pandai mengambil hati orang tuanya. Harapanya semoga ia bisa bersama  bersama lelaki itu. Lelaki yang sudah menatapanya hingga hadirnya cinta.  Ini bukan soal cinta monyet, yang mencintai karena membutuhkan akan tetapi cinta sejati yang membutuhkan karena mencintai.
  "Reina.. Reina..Reina " panggil ibunya dari depan ruang tamu.
Reina yang sedang merapikan rambutnya di ruang tengah karena barusan selesai mandi langsung menyajutnya."Ia bu ada apa?"
   Â
   "Ayo ke ruang tamu, ada hal penting yang akan ayah dan ibu katakan sama kamu." Ujar ibunya.
  Perasaan gugup Reina kembali muncul. dia menerka pasti mengenai hubungannya dengan Dinar. Reina yang duduk di sebelah ibunya mulai menampakan muka cemas. perasaan tidak karuan karena, penasaran tentang hal apa yang di bicarakan mereka kepadanya.
Â
 "Ren, ayah ada ngomong sesuatu yang penting sama kamu nak." katanya sambil menatap mata anak semata wayangnya. Setelah aku dan ibumu memikirkannya secara matang-matang apalagi, dengan kehadiran Dinar yang sopan dan ramah ketika bertamu ke rumah kita, setelah ayah perhatikan sikapnya secara teliti. Sepertinya, dia sosok lelaki yang baik dan bertanggung jawab. ayah melihatnya dari segi sikapnya yang ramah, bijaksana dan sopan santun, sehingga  ayah dan ibu bersepakat akan menyetujui hubungan kalian. Ayah  udah egois selama ini terlalu mementingkan diri sendiri. menjodohkan kamu sama anak dari kerabat ayah. Ternyata pilihan itu salah, maafkan ayah nak, bapak sudah mengekangmu untuk tidak mengikuti pilihan hati kamu sendiri sekarang ayah dan ibu sudah merestui hubungan kalian." Ujarnya
   " Terimakasih banyak ayah ibu," sahutnya dengan muka berseri sembari mengakhiri perbincangan.