Mohon tunggu...
Friska jeliha
Friska jeliha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas TribhuwanaTunggadewi

jangan pernah takut untuk mencoba suatu hal yang baru karena kegagalan bukan suatu hal yang menyakitkan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki Bermata Sayu

16 November 2022   12:17 Diperbarui: 16 November 2022   12:31 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

     Gumamnya sambil tersenyum sendiri. Pria bermata sayu itu padahal selama ini ia berusaha juga untuk mendapatkanya. Apakah ini arti dari tatapan malam itu. tatapan yang menimbulkan rasa penasaran sama lawan jenisnya. Reina masih saja terus memikirkannya. tatapan yang pada akhirnya bisa menembus sampai ke bola-bola matanya, hingga akhirnya menghadirkan silau-silau bayangan. yang membuat gadis itu sering membayangkan wajah lelaki itu.
Apakah Reina sudah jatuh cinta kepada tatapan lelaki bermata sayu itu?  yang tiba-tiba hadir ketika sebelumnya hati sudah terkunci dalam-dalam karena, tidak ingin membuka hatinya kembali untuk orang lain.Tetapi kali ini dengan adanya keberadaan lelaki itu membuat Reina kembali merasakan cinta.
                                                       
         Sejak saat itu meski hanya menjalin hubungan interlokal, Reina sering mendapati pesan singkat dari lelaki separuh baya itu. Hingga tak terasa hubungan mereka semakin dekat. Pada suatu saat akhirnya Dinar mengajak Reina, untuk bertemu 4 mata di sebuah kafe kecil.  dengan senang hati Reina menyetujui tawaran dari  si pria tersebut.

      "Hmmmmm. tumben malam-malam begini ko sibuk amat udah dandan cantik, kamu mau kemana Reina?" tanya sang ibu sambil mengampirinya.

     Dengan sikap sedikit buncah Reina menjawabnya "Aku.. aaaaku..aku mau ke kafe bu."

      "Memang sama siapa kamu ke sana?"
"Sama teman bu"
 

      "Hmmmmmm okelah nanti pulangnya jangan kemalaman ingat dengan waktu." Pesan ibunya.

       "Baik bu." Ujarnya sambil berpamitan sama ibunya.

        Ternyata lelaki itu sudah menunggunya di depan rumah. Ibunya memperhatikan dari balik jendela, sang ibu penasaran siapa laki-laki yang bersama Reina itu.                                               beberapa menit kemudian tibalah mereka di sebuah kafe.  Di situlah Retina kedua insan itu kembali menatap. Tapi, kali ini tatapan ini sembari mengungkapan  perasaan isi hati yang selama ini enggan untuk di utarakan kepada gadis idamannya. Begitu juga sebaliknya Reina, apa yang di bayangkan selama ini tentang laki bermata sayu itu kini sudah di depanya.  kembali menatapnya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Cinta  yang hadir di tengah mereka kini sudah mulai bertumbuh. Reina  sangat senang setelah dia bisa merasakan kembali cinta sejati karena sudah sekian lama sendiri. apalagi sudah pernah,  dikecewakan oleh lelaki yang dia cintai tetapi, lebih memilih pergi dengan gadis lain. Tetapi Kini ia menemukan cinta sejati, dan makna dari hadirnya cinta sejati itu.
                                       
"Reina." Panggil ibunya.
Sambil menoleh ke arah ibunya Reina-pun menyahut."Iya ibu, ada apa sih ibu?"

      Dengan tatapan muka bawang, lantas ibunya mengeraskan suaranya "Laki-laki siapa yang datang jemput kamu semalam?"
 

      "Maafin Reina bu, selama ini Reina belum cerita sama ibu soal laki-laki itu. Lelaki itu adalah, pacar Reina bu memangnya kenapa sih bu?" ujarnya dengan sedikit cemas.

     "Kamu tau gk?  Ayahmu  sudah lama menjodohkan kamu sama anak kerabat kerjanya. Kalau saja, ayahmu tahu tentang masalah ini pasti akan marah besar."

      Dengan tatapan muka sedih Reina membalasnya "Tapi bu, aku sangat mencintai Dinar, karena trauma dengan kejadian masa lalu sebanyak-banyaknya lelaki yang dekati Reina selama ini tapi, Reina sama sekali Reina tidak menerimanya bu. Apalagi, dengan perjodohan ini Reina tidak akan terima. Aku harap ibu, tolong mengerti sedikit sama Perasaan Reina," tutupnya sambil berlari kecil menuju kamar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun