Jadi usaha yang terbaik yang harus dilakukan ialah ketika gejala baru keluar seperti yang sudah penulis terangkan sebelumnya. Insya Allah apabila pendeteksian dini tersebut sudah dilakukan sesuai prosedur, maka blow out dapat dicegah dengan sistem Well Control.
Selain itu untuk masih ada beberapa prosedur umum yang harus dilakukan bila flow terjadi selama pengeboran sumur migas berlangsung, yaitu:
- Segera angkat Kelly sehingga tool joint berada di atas rotary table.
- Stop Pompa lumpur.
- Pasang slip di drill pipe dan kemudian putar pelan Rotary Table.
- Lihat di flowline apakah ada aliran gas yang keluar bersama lumpur.
- Apabila semua prosedur sederhana di atas sudah dilakukan dan tidak terdapat hal-hal yang mencurigakan, maka pemboran bisa dilanjutkan. Pompa dijalankan lagi dan sirkulasi sebagaimana biasa.
Tujuan disirkulasikannya lumpur dalam menanggulangi flowing adalah untuk mempertahankan tekanan di dasar lubang supaya tetap dan harus lebih tinggi sedikit dari tekanan formasi yang sedang kick. Maksudnya adalah untuk mencegah adanya tambahan cairan atau gas yang masuk kedalam hole sewaktu sirkulasi.
Untuk mencegah tidak terjadi kick, ada beberapa hal yang harus diingat dan dicatat dengan baik. Bahwa salah satu usaha yang utama adalah mempertahankan Bottom Hole Pressure dengan sirkulasi lumpur pada berat yang cukup. Ini terus dilakukan sampai keadaan betul-betul normal, dan viscosity lumpur benar-benar dapat membentuk lapisan dinding yang baik pada dinding lubang bor, sehingga dapat mencegah keruntuhan-keruntuhan yang tidak diharapkan selama pengeboran berlangsung (Sloughing Effect).
Contoh mengatasi Blow-out tercepat
Beberapa peristiwa blow out besar yang pernah terjadi di wilayah kerja Pertamina EP (terakhir blow out di struktur Pulau Panjang) penulis jadi teringat saat mewawancarai Soegianto Wiryodiardjo seusai menangani penanggulangan semburan liar gas di sumur SUT-1 yang blow-out pada tanggal 03 November 1983, dia mengatakan dalam hal melakukan pengeboran (tajak) sumur migas kita harus lebih dahulu mempelajari dan paham betul tentang “tingkah laku” sumur migas ataupun mengenai lapisan struktur yang akan kita tajak. Sebab kalau kita kurang berhati-hati, akibatnya akan jadi fatal.
Kepada penulis Soegianto menjelaskan sumur migas itu seperti seekor kucing liar yang berbulu bagus, mengkilat, halus dan tebal sehingga ingin rasanya tangan kita untuk mengelusnya. Akan tetapi kalau kita salah colek, dia akan mengambek dan bahkan dapat mengamuk serta mencakar siapa saja yang berada didekatnya. Sedangkan untuk menjinakkannya kembali diperlukan keberanian yang menegangkan urat saraf.
“Sumur yang sudah uzur sekalipun bahkan yang sudah sekarat terkadang dapat mengamuk dan membuat kita kewalahan,” kata Soegianto pada penulis di lokasi blow-out SUT-1 (Susu Timur Satu) 33 tahun lalu (1983-2016).
Apa yang dikatakan Soegianto memang tidak dapat dibantah kebenarannya. Contohnya sudah terjadi di sumur tua PT-18 yang berada di struktur Paluh Tabuhan Timur, Desa Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat, dan di Struktur Pulau Panjang, Kecamatan Pangkalansusu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara pada 30 September 2016 lalu.
Sumur PT-18 yang sudah berusia 26 tahun (1974-2000) dan sudah ditinggalkan sejak tahun 1983, ketika dilakukan pekerjaan reparasi (work over) oleh Pertamina EP Pangkalansusu guna penelitian dan pengembangan pada zone 850 dengan mempergunakan perabot bor BIR-100 Hoist milik Pertamina tiba-tiba telah terjadi aliran semburan liar gas berkekuatan sekitar 1,100 psi, sehingga membuat para pekerja BIR-100 berhamburan untuk menyelamatkan diri dari kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya kebakaran.
Menurut keterangan yang diperoleh dari Ka. Operasi KKAF Pertamina EP Pangkalansusu Daryono dan stafnya, Saleh Indra, sebelum terjadinya blow-out terlebih dahulu dilakukan pelubangan pada sumur PT-18 di zone 850 selang 819-820 meter dengan casing gun 12 TPK melalui sistem tandem tiga kali penembakan per 4 TPK.