Perbedaan bahasa ini dipengarui oleh beragam  tempat asal dari masyrakat etnis Nangamboa. Misalnya untuk Kampung Nangamboa 2; ada yang berasal dari kampung pedalam Ende Selatan dan untuk orang muslim kebanyakan berasal dari Pulau Ende. Mereka biasanya tinggal di wilayah pesisir pantai. Sedangkan untuk Nangamboa 3, kebanyakan berasal dari kampung-kampung pedalam sehingga ada beberapa bahasa yang mereka gunakan tidak dimengerti oleh orang-orang di kampung tetangga.
Variasi pemakaian bahasa yang berbeda tersebut akan berpengaruh pada internal bahasa (unit-unit lingusitik) itu sendiri yaitu adanya variasi fonologis, fonetis, dan struktur sintaksis. Kebervariasian pemakaian bahasa tersebut mencerminkan identitas etnik asal (ethnic identity), dan yang menjadi key point dalam mengenal serta mengidentifikasi keberasalannya. Perihal ini dapat dipelajari lebih lanjut dalam cabang ilmu Etnografi Linguistik. Untuk  menyatukan perbedaan ini, komunikasi antar kampung biasanya menggunakan bahasa indonesia. Namun ada pula kelompok-kelompok keluarga tertentu yang kurang fasih berbahasa indonesia. Sehingga untuk orang-orang baru yang ingin berkomunikasi dengan mereka biasanya menggunakan bahasa isyarat. kelompok ini pun sudah jarang ditemukan. Biasanya hanya orang-orang tua (lansia) yang termasuk dalam kelompok tersebut.
2.Sistem Pengatahuan
Terkait dengan sistem pengatahuan, terdiri atas beberapa komponen:
*Pengatahuan tentang tubuh; berkaitan dengan kemampuan para tua-tua yang bisa  menerawang atau meramal arti dari warna wajah seseorang, misalnya muka pucat (udu nia powa nawi) diklaim sebagai seorang yang mempunnyai ilmu hitam atau pemuda berbadan tegap akan dilihat sebagai seorang yang akan menjadi pembesar kelak.
*Pengatahuan tentang flora-fauna: berkaitan dengan pemberian nama pada binatang atau pun tumbuhan dalam bahasa setempat. Misalnya anjing dikenal dengan nama zako atau dako, kambing disebut rongo atau longo, pohon mangga (pu'u pau), pohon kelapa (pu'u nio), dan masih banyak sebutan lainnya terhadap berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Selain mengenal namanya, masyarakat etnis Nangamboa juga mengetahui mana jenis tumbuhan atau hewan yang bisa dikonsumsi dan juga yang beracun sehingga tidak bisa dikonsumsi. Misalnya jenis ikan sepatu yang dilarang untuk dikonsumsi karena racun atau ikan batu (ika dhobu) Â yang dilarang konsumsi oleh ibu-ibu hamil, supaya anak yang ada di kandungan tidak keras kepala atau kepala batu.
*Pengatahuan matematik: dalam Etnis Nangamboa terdapat beberapa sistem hitung yang unik.
Misalnya untuk satuan hitung: satu  (esa), dua  (rua), tiga (tedu), empat (wutu), lima (dima), enam (dima esa), tujuh ( dima rua),  delapan (rua mbutu), sembilan ( tere esa), sepuluh ( sembudu).
 Untuk satuan ukur; 1 jengkal (sepangga), 1 dapa (serepha), 1 langkah (shepha), 1 inci (sefate).
Untuk satuan hitung lainnya: 1 ulu/ 40 buah (seudu), 1 liwut/4 buah (sediwu), 1 lusin/12 buah (selosi).
*Pengatahuan tentang pembagian  waktu: pemberian nama atau sebutan bertolak dari situasi, keadaan alam atau posisi matahari. Berikut penamaan tiap waktu secara detail;
Poa (pagi);
 07:00 -- 09:00 wita
dera dhengga nai (matahari tengah naik):
 09:00 -- 11.00 wita
dera petu (matahari panas):
 11:00 -- 12:00 wita
dera wenggu (matahari sangat panas):Â
13.00 -- 14.00 wita
dera rade (matahari condong ke barat):Â