Gemerlap malam merampas senja
kian datang menyapu habis
satu, dua, tiga dan seterusnya
pancar sinar mulai menyala
menggantikan tugas pelita
yang selalu menjadi peran utama
Tempat ini menjadi latar di mana cerita pernah bermula, kala maghrib menghampiri ia duduk dan tertunduk seorang diri dan
sangat jelas ia sendiri !, aku pun juga sendiri. Aku masih ingat, dulu akulah yang memberanikan diri untuk menghampirinya dengan
maksud hati ingin mengenali dan aku pun berhasil, sayangnya perkenalan itu sangatlah singkat hanya sebatas nama dan ia langsung
beranjak pergi ketika adzan telah selesai dikumandangkan.
wajah yang diselimuti niqab dengan pakaian tertutup dan terjaga, paras cantik dan menawan sangat terlukis jelas walau wajahnya
tertutup, suaranya yang khas dari seorang wanita muslimah, lembut sayu dan candu, membuat siapa saja yang mendengarkan
suaranya akan merasa nyaman. Zulaika, itulah namanya. siapa sangka ialah akan menjadi peran utama dalam cerita ini. waktu berlalu
dan aku pun beranjak pulang.
dirumah, aku masih belum bisa melupakan namanya dan aku juga larut memikirkan mengapa ia langsung pergi begitu saja setelah
menyebutkan namanya tadi dan itu akan selalu menjadi tanda tanya bagiku. apa mungkin tadi aku sudah mengganggu waktunya atau
mungkin juga karena akunya jelek di mata dia sehingga ia langsung meninggalkanku begitu saja, tapi ya sudahlah mungkin memang
seperti itu inginnya takdir dalam mempertemukan.
menjadi seorang mahasiswa semester tua yang sedang sibuk-sibuknya mengerjakan skripsi, membuat hari-hari ku selalu
disibukkan dengan dunia perskripsian. melihat kawan-kawan yang hampir semuanya sudah selesai sidang skripsi membuatku takÂ
nyaman untuk menghadiri undangan persidangan mereka. aku tahu proses setiap orang itu berbeda dan itu memang sulit untuk
diterima. itulah mengapa aku juga sering keluar untuk menenangkan sejenak pikiran dari dunia perskripsian.
pantai menjadi salah satu tempat peredam dari setiap masalah yang datang. desir angin yang berhembus berirama dengan
ombaknya, orang-orang yang lalu lalang bermain pasir menambah cita rasa dalam menikmati swastamita. di tempat ini, di tempatÂ
pertama kali aku mengenali namanya. aku kembali lagi setelah beberapa waktu tak kesini. aku sangat berandai untuk bisa kembaliÂ
bertemu dengannya walau hanya sebatas berpapasan, tapi setidaknya itu bisa menenangkan diri dari rasa penasaran. setelahÂ
pertemuan itu aku sulit untuk melupakannya, perempuan berniqab dengan suara yang khas, lembut sayu dan candu.
Tuhan, mengapa pertemuan yang singkat terasa begitu lekat ?!.
jika engkau mengizinkan Tuhan, aku ingin mengenalnya lebih lagi dari saat itu, tapi sepertinya swastamita kali ini belum mauÂ
untuk mempertemukan, bahkan ketika adzan maghrib telah selesai dikumandangkan kita tak kunjung juga dipertemukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H