Mohon tunggu...
Anak Petani
Anak Petani Mohon Tunggu... Editor - Asli

Belajar dari pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Tinta Senja Gelap Menyapa

15 Mei 2023   15:35 Diperbarui: 26 Februari 2024   12:33 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gemerlap malam merampas senja

kian datang menyapu habis

satu, dua, tiga dan seterusnya

pancar sinar mulai menyala

menggantikan tugas pelita

yang selalu menjadi peran utama

Tempat ini menjadi latar di mana cerita pernah bermula, kala maghrib menghampiri ia duduk dan tertunduk seorang diri dan

sangat jelas ia sendiri !, aku pun juga sendiri. Aku masih ingat, dulu akulah yang memberanikan diri untuk menghampirinya dengan

maksud hati ingin mengenali dan aku pun berhasil, sayangnya perkenalan itu sangatlah singkat hanya sebatas nama dan ia langsung

beranjak pergi ketika adzan telah selesai dikumandangkan.

wajah yang diselimuti niqab dengan pakaian tertutup dan terjaga, paras cantik dan menawan sangat terlukis jelas walau wajahnya

tertutup, suaranya yang khas dari seorang wanita muslimah, lembut sayu dan candu, membuat siapa saja yang mendengarkan

suaranya akan merasa nyaman. Zulaika, itulah namanya. siapa sangka ialah akan menjadi peran utama dalam cerita ini. waktu berlalu

dan aku pun beranjak pulang.

dirumah, aku masih belum bisa melupakan namanya dan aku juga larut memikirkan mengapa ia langsung pergi begitu saja setelah

menyebutkan namanya tadi dan itu akan selalu menjadi tanda tanya bagiku. apa mungkin tadi aku sudah mengganggu waktunya atau

mungkin juga karena akunya jelek di mata dia sehingga ia langsung meninggalkanku begitu saja, tapi ya sudahlah mungkin memang

seperti itu inginnya takdir dalam mempertemukan.

menjadi seorang mahasiswa semester tua yang sedang sibuk-sibuknya mengerjakan skripsi, membuat hari-hari ku selalu

disibukkan dengan dunia perskripsian. melihat kawan-kawan yang hampir semuanya sudah selesai sidang skripsi membuatku tak 

nyaman untuk menghadiri undangan persidangan mereka. aku tahu proses setiap orang itu berbeda dan itu memang sulit untuk

diterima. itulah mengapa aku juga sering keluar untuk menenangkan sejenak pikiran dari dunia perskripsian.

pantai menjadi salah satu tempat peredam dari setiap masalah yang datang. desir angin yang berhembus berirama dengan

ombaknya, orang-orang yang lalu lalang bermain pasir menambah cita rasa dalam menikmati swastamita. di tempat ini, di tempat 

pertama kali aku mengenali namanya. aku kembali lagi setelah beberapa waktu tak kesini. aku sangat berandai untuk bisa kembali 

bertemu dengannya walau hanya sebatas berpapasan, tapi setidaknya itu bisa menenangkan diri dari rasa penasaran. setelah 

pertemuan itu aku sulit untuk melupakannya, perempuan berniqab dengan suara yang khas, lembut sayu dan candu.

Tuhan, mengapa pertemuan yang singkat terasa begitu lekat ?!.

jika engkau mengizinkan Tuhan, aku ingin mengenalnya lebih lagi dari saat itu, tapi sepertinya swastamita kali ini belum mau 

untuk mempertemukan, bahkan ketika adzan maghrib telah selesai dikumandangkan kita tak kunjung juga dipertemukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun