"Hah, masa sih Mbah aku cuma muter-muter aja?"
Mbah Lastri menghela nafas lalu menepuk pundak Putri.
"Yaah... hal itu kadang terjadi pada orang-orang tertentu. Sudah cepat pulang sana, sudah malam."
Setelah pundaknya ditepuk mendadak Putri merasakan situasinya berubah. Jalan di depannya adalah taman komplek rumahnya, sedangkan jalan kerumahnya ada di belakang Mbah Lastri. Putri cuma bisa melongo, berarti sedari tadi dia cuma memutari taman komplek. Pantas saja tidak sampai-sampai ke rumah.
"Oh iya Mbah, benar jalannya di sana. Terimakasih ya Mbah!"
Karena sudah lelah, Putri langsung jalan meninggalkan Mbah Lastri. Setibanya di rumah, Putri mendapati lampu di ruang tamu masih menyala dan pintunya terbuka sedikit. Mendengar suara motornya, bapak ibunya keluar dari ruang tamu, wajah mereka tampak lega mendapati Putri sudah pulang.
"Lho, tumben Bapak Ibu nungguin aku," sapa Putri.
"Put, kamu ini kemana saja? Biasanya kalau rapat paling malam kamu pulang jam sepuluh. Ini sudah hampir tengah malam, kami kuatir ada apa-apa dengan kamu di jalan," kata ibunya dengan cemas.
"Bapak tadi udah WA dan nelpon kamu bolak-balik tapi ga diangkat. Bapak juga nelpon Farida, katanya kamu sudah pulang bareng dia."
"Lhah aku pulang jam setengah sembilan, masa aku selama itu di jalan?" tanya Putri dengan heran.
Dia melihat ke jam tangannya, waktu sudah menunjukan jam 23.35. Dilihatnya HPnya, ada banyak WA masuk dan panggilan tak terjawab dari bapaknya dan Farida.