Mohon tunggu...
Freya
Freya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

suka menulis cerita silat, misteri dan horror

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Di Antara Dua Dimensi Bab 3

21 Juli 2024   23:23 Diperbarui: 21 Juli 2024   23:42 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hal itu bisa jadi hanya halusinasi Mba Putri atau...mungkin Mba Putri sudah masuk ke dimensi lain."

Sebenarnya Putri masih kurang puas dengan penjelasan Pak Ustadz. Hingga Pak Ustadz berpamitan pulang, Putri masih saja memikirkan soal itu, dia duduk terdiam di kursi tamu sehingga bapaknya kemudian menegurnya

"Hei, jangan melamun saja, nanti kesambet setan beneran lho."

Putri tersentak dan menoleh

"Ah, Bapak, aku nggak melamun, aku cuma memikirkan  kejadian kemarin. Semuanya berjalan begitu cepat, aku dengan mudah bisa berpindah dari satu dimensi ke dimensi yang lain. Ketika aku sedang kebingungan karena tersesat di dimensi lain, seorang pemuda tiba-tiba datang menolongku keluar dari tempat itu.  Ah, tapi aku lupa tanya siapa namanya."

Putri baru menyadari, karena panik dan ketakutan, dia sampai lupa menanyakan nama pemuda itu.

"Kalau Bapak pernah dengar dari pengalaman teman, orang yang dengan mudah berpindah dari satu dimensi ke dimensi yang lain adalah orang yang memiliki weton Tulang Wangi. Coba cek wetonmu, siapa tahu kamu termasuk weton itu," kata bapaknya.

"Aku ini bukan anak indigo atau pakar spiritual, tapi mengapa tiba-tiba saja aku memiliki kemampuan berpindah alam dengan cepat? Ah, aku kok malah jadi takut ya kalau punya kemampuan begini," keluh Putri.

Mereka berdua terdiam, sibuk menganalisia fenomena yang dialami Putri. Tak lama kemudian suara bapaknya memecah keheningan.

"Semua ini terjadi setelah kamu nabrak ibu-ibu di depan kantor. Bapak yakin semua itu terjadi bukan sekedar kebetulan. Sadar atau tidak sadar, ibu-ibu yang menabrakmu itu pasti juga ada yang menggerakan. Mungkin kata Pak Ustadz tadi ada benarnya, ada pesan yang ingin disampaikan.  Jadi kamu harus mencari ibu-ibu itu, nanti kamu akan mendapat  jawabannya."

"Ya Pak, coba besok aku tanya sama teman-teman di kantor. Siapa tahu mereka punya datanya."

******

Sore hari sepulang kerja Farida datang menjenguknya.

"Mba Put, sudah baikan? Besok bisa masuk kan?" tanya Farida saat menjenguk Putri.

"Aku ngga papa kok, paling cuma kecapekan.  Besok aku bisa masuk."

"Oh ya, jangan lupa besok sabtu kita outbond  di sungai Elo, bawa sekalian baju ganti karena nanti ada acara arung jeram."

"Kok pada milih arung jeram sih, aku ngga suka kegiatan di air basah-basahan, bikin meriang aja," keluh Putri.

"Eh, ini perintah Bu Dessy, dia mau semua staf Marketing ikut. Nanti kita barengan sama karyawan cabang lain juga, pokoknya ini outbond gede-gedean karena seluruh cabang di area kita juga ikut," tukas Farida.

Mereka berdua kemudian berbincang mengenai pekerjaan di kantor dan persiapan outbond. Namun Putri tidak ingin membicarakan masalah yang dialaminya dengan rekan kerjanya.

*****

Keesokan harinya, Putri sudah kembali masuk kerja. Dia segera mencari tahu mengenai ibu-ibu yang menabraknya dua hari yang lalu. Dia bertanya pada rekannya di bagian teller dan customer service, namun tidak ada yang kenal dengan ibu-ibu itu dan nasabah itu juga tidak bertransaksi dengan mereka. Terakhir dia mencoba bertanya pada Pak Ramto Security yang bertugas menyambut nasabah atau memberikan informasi jika ada pertanyaan mengenai produk bank. Siapa tahu ibu-ibu itu sempat bertemu dan berbicara dengan Pak Ramto.

"Pak, waktu hari Senin pagi kemarin kan ada nasabah ibu-ibu nabrak aku di depan pintu. Pak Ramto kenal nggak dengan ibu itu?"

"Ciri-cirinya bagaimana?"tanya Pak Ramto

"Usianya sekitar limapuluhan, rambutnya pendek, pakai baju biru tua," jelas Putri.

Pak Ramto berpikir sejenak mengingat-ingat kejadian itu, kemudian dia berkata

"Oh ya,  ibu itu sempet masuk ke Bank, waktu saya tanya keperluannya ibu itu bilang kartu ATM nya terblokir.  Saya kasih nomor antrian, tapi baru nunggu sebentar ibu itu sudah pergi lagi. Sepertinya dia buru-buru, kalau Senin memang nasabahnya rame. Saya sendiri sebelumnya belum pernah melihat ibu itu. Memangnya ada apa dengan nasabah itu?"

"Oh...ngga apa-apa, terimakasih Pak Ramto," Putri segera berlalu pergi.

Sial, aku tidak mendapatkan informasi apa-apa.  Jangan-jangan dia nasabah cabang lain di luar kota. Jadi tambah susah lagi melacak keberadaannya.  Ah, sudahlah aku mau kerja. Semoga saja hari ini aku tidak nyasar ke dimensi itu lagi, pikir Putri.

Hari itu Putri baru pulang jam 20.30 malam karena sore tadi ada rapat mengenai program marketing baru. Putri mengendarai motornya menuju ke rumahnya.  Jalanan masih ramai dengan kendaraan dan orang-orang di pinggir jalan yang bersantai di kedai makan, toko-toko masih buka. Di penghujung perjalanan Putri memutuskan untuk membeli wedhang jahe di warung wedhangan Pak Mahfud di dekat rumahnya untuk menghangatkan badan yang dingin karena udara AC dan angin malam. Sesampainya di warung langganan setelah memarkir motornya, tiba-tiba Putri mendapati dirinya hanya sendirian di tempat itu tak ada kendaraan yang lewat. Orang-orang yang tadinya berlalu-lalang di jalan mendadak raib ditelan bumi.

Putri rasanya ingin menangis, sekarang dia sendirian di jalan, dia kembali lagi ke dimensi lain yang serupa tapi tidak ada kehidupan. Putri lalu mencoba menghibur diri

"Ah, semoga saja masnya yang kemarin ketemu di sini."

Putri melangkah masuk ke warung celingukan mencari penjualnya.

"Permisi...permisi...saya mau beli!"

Tak ada jawaban dari dalam, Putri duduk di bangku di depan gerobak wedhangan menunggu ada orang yang datang. Tak lama kemudian ada suara sandal diseret. 

"Ya Bu, mau pesan apa?"

Putri menoleh ke arah suara itu, dari pintu belakang, terlihat seorang pemuda datang menemuinya. Putri merasa lega bisa bertemu lagi dengan pemuda itu.

"Mas, sekarang kamu ada di sini? Setahu saya warung wedhangan ini milik Pak Mahfud.  Mas ini anaknya Pak Mahfud atau pegawainya? " tanya Putri.

Pemuda itu tampak bingung dengan pertanyaan Putri

"Maaf ya Mba, saya baru ketemu Mba sekarang, Pak Mahfud itu ya saya sendiri.  Sekarang Mba mau pesan apa?"

Putri tertegun, setiap kali bertemu pemuda itu pasti lupa kalau mereka pernah bertemu.

"Nggak, kita pernah ketemu sebelumnya, kamu bukan Pak Mahfud yang kukenal.  Sekarang katakan siapa kamu sebenarnya dan dimana Pak Mahfud? Kenapa setiap kali aku tersesat di tempat yang aneh tidak ada kehidupan seperti ini, selalu saja bertemu kamu?" tanya Putri.

"Mba, Pak Mahfud itu ya saya sendiri, memangnya ada Mahfud yang lain?"

"Mahfud yang saya kenal sebagai pemilik warung ini bukan kamu. Sekarang dimana Pak Mahfud pemilik warung ini?" Putri mulai jengkel dengan pemuda di depannya.

"Mba, Mahfud itu ya saya, mungkin ada orang yang sama namanya. Sudahlah perkara nama itu tidak penting, sekarang Mba mau pesan apa?" Pemuda itu kembali menawarkan jasanya.

Putri menghela nafas kesal, dia sudah lelah setelah seharian bekerja di kantor dan tak ingin berdebat lagi. Maka diapun menjawab sekenanya

"Aku pesan wedhang Jahe gepuk gula jawa."

"Baik Mba, tunggu sebentar."

Pemuda itu bergegas membuatkan wedhang jahe pesanan Putri, tak lama kemudian wedhang jahe itu sudah dihidangkan di depannya.

"Silahkan Mba."

Pemuda itu lalu duduk di dekat gerobak wedhangan seolah menunggu pelanggan datang.

Putri meminum wedhang jahe itu perlahan, tubuhnya mulai merasa hangat dan nyaman.

Ternyata wedhang jahe buatannya lebih enak daripada Pak Mahfud, pikir Putri.

Putri bermaksud mengajak pemuda itu bicara, tapi ketika dia menoleh, pemuda itu sudah tidak ada di tempatnya. Putri terkejut dan kembali ketakutan, dia berdiri lalu memanggil pemuda tadi.

"Mas...mas...saya mau mbayar!"

Tidak ada jawaban dari siapapun, Putri berjalan ke arah pintu belakang lalu kembali memanggil

"Mas...Mas, saya mau pulang nih!"

Sekarang Putri benar-benar sendirian, pemuda yang diharapkannya bisa menunjukan jalan pulang sekarang malah menghilang.

Gimana ini, kalau Masnya udah ga ada siapa yang bisa bantu aku keluar dari sini? Tapi ini kan sudah dekat rumah, harusnya aku bisa pulang sendiri tanpa bantuan dia, pikir Putri.

Putri meninggalkan uang sepuluh ribu di meja gerobak wedhangan lalu mengendarai motornya menuju jalan masuk komplek rumahnya.  Jalan masuk menuju komplek rumahnya begitu sepi, padahal biasanya masih banyak orang yang lewat jalan itu sepulang kerja atau berangkat kerja shift malam. Putri merasa saat berjalan menuju rumahnya, perjalanannya terasa jauh dan lama. Padahal biasanya hanya dalam waktu 3 menit saja dia sudah sampai di rumahnya.

Kenapa aku ngga sampai-sampai ya? Padahal harusnya sekarang aku sudah sampai rumah, pikir Putri.

Entah darimana datangnya, tiba-tiba dari tepi jalan terlihat satu sosok sedang melambaikan tangannya menghentikan Putri. Putri tercekat, ternyata ada orang lain lagi selain dia dan pemuda itu di tempat ini.

"Celaka, siapa dia? Masa pemuda itu lagi? Jangan-jangan dia orang jahat tapi coba aku jalan pelan aja siapa tahu dia tahu jalan keluar dari tempat ini. Kalau orangnya ternyata berbahaya aku tinggal tancap gas aja," gumam Putri.

Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun