Tidak ada jawaban dari siapapun, Putri berjalan ke arah pintu belakang lalu kembali memanggil
"Mas...Mas, saya mau pulang nih!"
Sekarang Putri benar-benar sendirian, pemuda yang diharapkannya bisa menunjukan jalan pulang sekarang malah menghilang.
Gimana ini, kalau Masnya udah ga ada siapa yang bisa bantu aku keluar dari sini? Tapi ini kan sudah dekat rumah, harusnya aku bisa pulang sendiri tanpa bantuan dia, pikir Putri.
Putri meninggalkan uang sepuluh ribu di meja gerobak wedhangan lalu mengendarai motornya menuju jalan masuk komplek rumahnya. Â Jalan masuk menuju komplek rumahnya begitu sepi, padahal biasanya masih banyak orang yang lewat jalan itu sepulang kerja atau berangkat kerja shift malam. Putri merasa saat berjalan menuju rumahnya, perjalanannya terasa jauh dan lama. Padahal biasanya hanya dalam waktu 3 menit saja dia sudah sampai di rumahnya.
Kenapa aku ngga sampai-sampai ya? Padahal harusnya sekarang aku sudah sampai rumah, pikir Putri.
Entah darimana datangnya, tiba-tiba dari tepi jalan terlihat satu sosok sedang melambaikan tangannya menghentikan Putri. Putri tercekat, ternyata ada orang lain lagi selain dia dan pemuda itu di tempat ini.
"Celaka, siapa dia? Masa pemuda itu lagi? Jangan-jangan dia orang jahat tapi coba aku jalan pelan aja siapa tahu dia tahu jalan keluar dari tempat ini. Kalau orangnya ternyata berbahaya aku tinggal tancap gas aja," gumam Putri.
Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H